Beno Soematenojo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 41:
Hasil pemilihan umum yang pertama ternyata didominasi oleh [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) 8.434.653 suara / 57 kursi, [[Partai Masyumi]] 7.903.886 suara / 57 kursi, [[Nahdlatul Ulama]] (NU) 45 kursi, Partai Komunis Indonesia (PKI) 39 kursi, [[Partai Kristen Indonesia]] (Perkindo) 12 kursi, Partai Serikat Islam (PSI Sutan Syahrir) 12 kursi, [[Partai Katolik (Indonesia)|Partai Katolik]] 9 kursi, [[Partai Syarikat Islam Indonesia]] (PSII), Perti dan [[Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia]] (IPKI) masing-masing 4 kursi dan Murba hanya 2 kursi dan sisanya diperoleh oleh wakil-wakil perseorangan.
Komposisi perolehan suara secara nasional di atas ternyata mempengaruhi wakil-wakil rakyat di Salatiga dengan komposisi PKI 7 kursi, PNI 1 kursi, Partai Islam 1 kursi, dan wakil umat Kristen dan Katholik 1 kursi. Keberhasilan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada pemilu 1955 merupakan kesempatan untuk menghabisi Partai Murba yang dianggap sebagai rival berat bidang ideologi. Anggota-anggota Partai Murba selalu disudutkan sebagai pengikut ideologi komunis aliran Trotsky dan harus dilenyapkan.
Meskipun Beno Somatenoyo tidak berhasil mengantarkan kader-kadernya duduk di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah|DPRD]] Salatiga, ternyata tidak menyurutkan perjuangannya sebagai seorang kader, pejuang, dan patriot bangsa. Partai Murba mendapat angin segar kembali ketika aktif mendukung konsepsi Demokrat Terpimpin yang dilontarkan Bung Karno dalam mengatasi kemelut perpecahan bangsa. Beberapa tokoh Partai Murba seperti Chaerul Saleh, Adam Malik, Sukarni, dan DR. Priyono menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan. Bahkan bulan Desember [[1960]] Bung Karno merehabilitir Tan Malaka dan menetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
== Daftar pustaka ==
|