Kekhalifahan Abbasiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 34:
 
== Menuju kekuasaan dan masa berkuasanya ==
 
Bani Abbasiyyah merupakan keturunan dari [[Abbas bin Abdul-Muththalib]] ([[566]]-[[652]]) yang juga merupakan paman dari [[Nabi Muhammad]], oleh karena itu mereka termasuk ke dalam [[Bani Hasyim]]. Sedangkan [[Bani Umayyah]] yang merupakan salah satu kabilah dalam [[Quraisy]], bukan termasuk yang seketurunan dengan Nabi.
 
Baris 90 ⟶ 91:
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah [[al-Manshur]] hingga [[Harun al-Rasyid]]. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah [[al-Ma'mun]] hingga tahun '''300 H'''. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun '''300 H''', terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
 
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir ''bi al-ma'tsur'', yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari [[Nabi]] dan para sahabat. Kedua, tafsir ''bi al-ra'yi'', yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode [[''bi al-ra'yi]]'', (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
 
Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. [[Imam Abu Hanifah]] '''(700-767 M)''' dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di [[Kufah]], kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan [[Persia]] yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, [[Abu Yusuf]], menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman [[Harun al-Rasyid]].
Berbeda dengan [[Imam Abu Hanifah]], [[Imam Malik]] '''(713-795 M)''' banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh [[Imam Syafi'i]] '''(767-820 M)''',dan [[Imam Ahmad ibn Hanbal]] '''(780-855 M)''' mengembalikan sistim madzhab dan pendapat akal semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini beliau Rahimahullah lakukan untuk menjaga dan memurnikan ajaran [[Islam]] dari kebudayaan serta adat istiadat orang-orang non-Arab. Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
 
Aliran-aliran sesat yang sudah ada pada masa [[Bani Umayyah]], seperti [[Khawarij]], [[Murji’ah]] dan [[Mu'tazilah]] pun ada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional [[Mu'tazilah]] muncul di ujung pemerintahan [[Bani Umayyah]]. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran [[Yunani]] yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam [[Islam]]. Tokoh perumus pemikiran [[Mu'tazilah]] yang terbesar adalah [[Abu al-Huzail al-Allaf]] '''(135-235 H/752-849M)''' dan [[al-Nazzam]] '''(185-221 H/801-835M)'''. [[Asy'ariyah]], aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh [[Abu al-Hasan al-Asy'ari]] '''(873-935 M)''' yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika [[Yunani]]. Ini terjadi, karena [[al-Asy'ari]] sebelumnya adalah pengikut [[Mu'tazilah]]. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan [[hadits]], juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis [[hadits]] bekerja.
 
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama [[al-Fazari]] sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. [[Al-Farghani]], yang dikenal di [[Eropa]] dengan nama [[Al-Faragnus]], menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama [[ar-Razi]] dan [[Ibn Sina]]. [[Ar-Razi]] adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan [[Ibn Sina]]. [[Ibn Sina]] yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah ''al-Qoonuun fi al-Thibb'' yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.