Sudwikatmono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 23:
== Kiprah Sudwikatmono ==
Pria yang akrab dipanggil Pak Dwi ini memiliki hubungan erat dengan [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]] sebagai seorang sepupu. Sepupu itu terjadi karena ayah Soeharto, [[Kertosudiro]] memiliki saudara wanita yang menikahi ayah Dwi, Rawi Prawirodiharjo. Setelah Kertosudiro bercerai, Soeharto kemudian dititipkan pada istri ayah Dwi, Sugiem - bibinya sendiri - dan mereka ditempatkan dalam rumah yang sama. Sejak kecil, Dwi sudah hidup bersama calon orang No.1 di Indonesia itu, bahkan sampai mengira Soeharto adalah saudaranya sendiri karena orangtuanya berkata bahwa Soeharto adalah anaknya. Namun, Dwi tidak terlalu dekat dengan Soeharto karena perbedaan usianya. Tumbuh besar, Dwi hampir saja masuk ke [[Universitas Gadjah Mada]] [[Yogyakarta]] untuk belajar ekonomi, namun ia tidak memiliki dana memadai. Kemudian, pada 1958 Dwi pindah ke Jakarta hanya dengan modal Rp 50, dan tiba di Jakarta Dwi mendapat pekerjaan di salah satu kantor [[ALRI]]. Lalu, Dwi pada 1960 pindah ke PN Jaya Bhakti yang bergerak di bidang perdagangan dan [[ekspor]]-[[impor]] Dwi ditempatkan dalam posisi yang menangani bisnis tersebut. Di tengah pergolakan politik pada 1960-an, Soeharto yang pada saat itu menjadi [[Daftar Panglima
Pada tahun 1967, Dwi dipertemukan oleh Soeharto dengan seorang pebisnis [[Tionghoa]]
Seiring waktu, pada 1970-an Dwi juga merintis bisnisnya sendiri. Dwi sendiri awalnya banyak didekati karena koneksinya dengan Presiden (pada saat itu, anak-anak Soeharto masih belum matang untuk berbisnis). Misalnya, pada 1982 ia diberi kontrak di [[Sumatra Utara]] untuk membangun pabrik [[petrokimia]]. Selain itu, juga diera 1970-an Dwi juga sempat mendirikan perusahaan dengan nama PT Wijaya Kusuma, di Kalimantan yang bergerak dalam pengolahan kayu.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=Di+dalam+kelompok+merintis+ini+terdapat+sekitar+40+-+an+kelompok+perusahaan+,+yang+di+...&dq=Di+dalam+kelompok+merintis+ini+terdapat+sekitar+40+-+an+kelompok+perusahaan+,+yang+di+...&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiy_J6k2fbuAhUFSX0KHWRvCwcQ6AEwAHoECAAQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref> Namun, bisnis Dwi yang utama ada pada dua grup: Subentra dan Dwi Golden Graha. Subentra pertama kali didirikan pada 1981 dengan [[Benny Suherman|Benny Suherman Putra]], diambil dari nama keduanya (SUdwikatmono-BENny suherman puTRA). Bisnis Subentra sendiri beranak-pinak dengan cepat di berbagai bidang seperti Asahimas Subentra Chemical (di bidang [[kimia]] dengan [[Rodamas]]),<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=Jt7sAAAAMAAJ&q=subentra+didirikan&dq=subentra+didirikan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi6veTu0vbuAhUs6XMBHYn9AfoQ6AEwAHoECAQQAg Informasi, Masalah 203-208]</ref> keuangan dengan [[Bank Subentra]], PT Altamitra Subentra, PT Armada Subentra, PT Multindo Finance, PT Pakersa Sejati dan PT Arkasa Pacific Leasing (kemudian menjadi Subentra Finance) dan di properti membangun [[Blok M Plaza]] secara patungan.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=subentra+properti&dq=subentra+properti&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiRsbmA1PbuAhU1IbcAHaAAB_QQ6AEwAnoECAIQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref>
Namun, bisnis Subentra yang terutama adalah dalam bidang [[perfilman]], sehingga Dwi sempat dianggap memonopoli industri ini di Indonesia. Sebenarnya, yang memulai bisnis film adalah Benny dengan impor film [[Mandarin]]nya dibawah PT Suptan Film. Kemudian, kongsi ini diperluas dengan Subentra memiliki 5 perusahaan pengimpor film di daerah: PT Ciptamas Subentra Film, PT Dwi Subentra, PT Jabar Subentra dan PT Kharisma Subentra. Perlahan-lahan, Subentra bisa menguasai bisnis film karena setelah sebelumnya mendominasi impor film Mandarin, kemudian anak usaha Subentra lain, PT Subentra Nusantara justru menguasai peredaran film [[India]],<ref>[https://books.google.co.id/books?id=wr0TAQAAMAAJ&q=subentra+Nusantara&dq=subentra+Nusantara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjQjPau1fbuAhUV4XMBHdhXB7oQ6AEwAnoECAkQAg Tempo, Volume 31,Masalah 19-24]</ref> dan pada 1991 Subentra juga mendapat hak eksklusif impor film Barat (dari AS). Ditambah dengan adanya Asosiasi Importir Film yang banyak dikendalikan oleh Subentra, akibatnya hampir seluruh impor film dikendalikan oleh Subentra sehingga banyak [[bioskop]] independen tutup.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=zTxlAAAAQBAJ&pg=PA36&dq=subentra+Nusantara+21&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiU5r_c1fbuAhXJT30KHUKkAc8Q6AEwBHoECAAQAg#v=onepage&q=subentra%20Nusantara%2021&f=false Cerita Monopoli di Balik Sukses Bisnis Grup 21 Cineplex]</ref> Pada 21 Agustus 1987, dibawah PT Subentra Nusantara, Subentra meluncurkan bioskop modern bernama [[Cinema 21]], yang sering dipanggil ''Cineplex'' (dibaca sinepleks). Angka 21 diambil dari angka keramat bagi masyarakat Jawa, dan perusahaan ini kemudian menjadi salah satu pengelola bioskop terbesar Indonesia (bahkan sampai sekarang).<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=zTxlAAAAQBAJ&pg=PA36&dq=subentra+Nusantara+21&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiU5r_c1fbuAhXJT30KHUKkAc8Q6AEwBHoECAAQAg#v=onepage&q=subentra%20Nusantara%2021&f=false Contemporary Indonesian Film: Spirits of Reform and Ghosts from the Past]</ref> Di daerah-daerah lain, perusahaan-perusahaan anak Subentra lainnya, seperti PT Batam Subentra, PT Sanggar Subentra, PT Pasundan Subentra, dan PT Nusantara Indah Subentra-lah yang mengelola bisnis dengan ''brand'' 21.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=NOPsAAAAMAAJ&q=subentra+Nusantara&dq=subentra+Nusantara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjQjPau1fbuAhUV4XMBHdhXB7oQ6AEwCXoECAcQAg Kisah sukses Sudwikatmono: dari Wuryantoro ke Sineplek]</ref> Bisnis film ini diperkuat misalnya dengan pendirian PT Subentra Studio Film yang memproses film<ReF>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=Jt7sAAAAMAAJ&dq=importir+film+mandarin+%28+PT+Suptan+Film+%29+.+Mereka+melanjutkan+...&focus=searchwithinvolume&q=ciptamas Informasi, Masalah 203-208]</ref> dan perusahaan importir lain bernama PT Camila Internusa Film, PT Satrya Perkasa Esthetika Film dan [[Cinema 21|PT Nusantara Sejahtera Raya]]. Praktis, grup perfilman Subentra (kemudian dikenal dengan nama 21 Group) berhasil memonopoli perfilman di Indonesia secara vertikal.<ref>[https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol6035/cerita-monopoli-di-balik-sukses-bisnis-grup-21-cineplex?page=3 Cerita Monopoli di Balik Sukses Bisnis Grup 21 Cineplex]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=zF3PDwAAQBAJ&pg=PA146&dq=PT+Camila+Internusa+Film+Subentra&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiy98X31_buAhXH63MBHSwjA-oQ6AEwBXoECAYQAg Indonesian Cinema after the New Order: Going Mainstream]</ref> Oleh karena itu, Sudwikatmono kemudian dikenal sebagai "raja sinepleks" nasional.
Pasca [[krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997-1998]], berbagai kerajaan bisnis Sudwikatmono itu goyang diterjang hutang yang besar. Bank Surya dan Subentra miliknya ditutup pada 1998, dan pada 1999 Dwi terjerat hutang ke [[BPPN]] senilai Rp 1,84 T.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=utjsAAAAMAAJ&q=bppn+sudwikatmono&dq=bppn+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjV3uz82_buAhUDQH0KHfjbBvYQ6AEwAHoECAUQAg Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 15,Masalah 18-26]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=TuVHAAAAMAAJ&q=bppn+sudwikatmono&dq=bppn+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjV3uz82_buAhUDQH0KHfjbBvYQ6AEwCXoECAMQAg A Country in Despair: Indonesia Between 1997 and 2000]</ref> Dalam krisis itu, Dwi juga terlibat persengketaan dengan partnernya, seperti dengan [[Henry Pribadi]] dan Bambang Sutrisno. Khusus [[Bambang Sutrisno (pengusaha)|Bambang]], bahkan Dwi menyatakan bahwa ialah yang merusak kerjasama bisnis mereka, terutama Bank Surya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=NbNWAAAAMAAJ&q=bank+surya+golden+truly&dq=bank+surya+golden+truly&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwint7L22_buAhVLWH0KHUE0D_sQ6AEwAHoECAUQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 11,Masalah 17-18]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=x3IvAAAAMAAJ&dq=bank+surya+bambang&focus=searchwithinvolume&q=dwi Eksekutif, Masalah 235-239]</ref> Dwi pun juga mendapat masalah karena ia mulai disingkirkan atau mengundurkan diri dari banyak posisi. Untuk mengatasi problem hutang, Dwi kemudian menyerahkan banyak asetnya dan melakukan restrukturisasi dengan menutup banyak usahanya yang tidak menguntungkan, atau juga menjual sahamnya kepada pihak lain. Pada 2004, BPPN menyatakan bahwa Dwi sudah berhasil melunasi hutangnya.<ReF>[https://books.google.co.id/books?id=J3hYAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+bppn&dq=sudwikatmono+bppn&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj45NKo3fbuAhXSF3IKHb8lAd4Q6AEwAXoECAAQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 17,Masalah 3-4]</ref> Sejak krisis itu, Dwi tidak pernah terlalu terlihat lagi mengelola bisnis secara langsung, atau memiliki kerajaan bisnis seperti dulu. Bisa dikatakan, kemudian anak-anaknyalah yang mengelola bisnisnya dan membangun bisnisnya masing-masing, yaitu:
* [[Martina Sudwikatmono]], mengelola ''franchise'' sejumlah [[restoran]] seperti [[Planet Hollywood]], Fabrice World Music Bar's [[Lawry's]] dan [[Tomy Roma's]]. Selain itu, ia juga mengelola tempat pelelangan, sejumlah perusahaan keuangan dan PT J & M Incorporation International Investments.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=Et7sAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+planet+hollywood&dq=sudwikatmono+planet+hollywood&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwickebx3fbuAhVz8HMBHQfhC-gQ6AEwA3oECAYQAg Para superkaya Indonesia: sebuah dokumentasi gaya hidup]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=6hxqDwAAQBAJ&pg=PT475&dq=Sudwikatmono+1967&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjansiv0fbuAhXXXCsKHbLmBGoQ6AEwA3oECAYQAg#v=onepage&q=Sudwikatmono%201967&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=KGlvAAAAMAAJ&dq=sudwikatmono+planet+hollywood&focus=searchwithinvolume&q=fabrice Harta Habibie]</ref> Bisnis ini dibantu awalnya secara permodalan oleh Dwi ketika didirikan di tahun 1990-an, dan kemudian dua anaknya yang lain, Miana dan Tri Hanurita juga bergabung dalam bisnis saudarinya.▼
* [[Agus Lasmono Sudwikatmono]], dianggap sebagai "penerus" bisnis ayahnya sesungguhnya karena ialah yang paling sukses. Dengan wadah [[Indika Group]], Agus awalnya merintis bisnis di bidang hiburan, seperti [[rumah produksi]] [[sinetron]] dengan nama [[Indika
▲* Martina Sudwikatmono, mengelola ''franchise'' sejumlah [[restoran]] seperti [[Planet Hollywood]], Fabrice World Music Bar's [[Lawry's]] dan [[Tomy Roma's]]. Selain itu, ia juga mengelola tempat pelelangan, sejumlah perusahaan keuangan dan PT J & M Incorporation International Investments.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=Et7sAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+planet+hollywood&dq=sudwikatmono+planet+hollywood&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwickebx3fbuAhVz8HMBHQfhC-gQ6AEwA3oECAYQAg Para superkaya Indonesia: sebuah dokumentasi gaya hidup]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=6hxqDwAAQBAJ&pg=PT475&dq=Sudwikatmono+1967&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjansiv0fbuAhXXXCsKHbLmBGoQ6AEwA3oECAYQAg#v=onepage&q=Sudwikatmono%201967&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=KGlvAAAAMAAJ&dq=sudwikatmono+planet+hollywood&focus=searchwithinvolume&q=fabrice Harta Habibie]</ref> Bisnis ini dibantu awalnya secara permodalan oleh Dwi ketika didirikan di tahun 1990-an, dan kemudian dua anaknya yang lain, Miana dan Tri Hanurita juga bergabung dalam bisnis saudarinya.
▲* [[Agus Lasmono Sudwikatmono]], dianggap sebagai "penerus" bisnis ayahnya sesungguhnya karena ialah yang paling sukses. Dengan wadah [[Indika Group]], Agus awalnya merintis bisnis di bidang hiburan, seperti [[rumah produksi]] [[sinetron]] dengan nama Indika Entertainment, radio dengan nama [[Indika Radio]] dan perusahaan lainnya. Pada 2004, perusahaan ini masuk ke industri batubara dengan harga US$ 150 juta lewat anak usahanya PT Indika Inti Energi yang pada 2007 tercatat merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=FwXtAAAAMAAJ&q=indika+batubara&dq=indika+batubara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiO6Oy93_buAhWm_XMBHVUiB4QQ6AEwAnoECAAQAg Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 14-19]</ref> Selain itu, Indika sempat terjun ke bisnis kimia dengan membeli [[Lotte Chemical Titan|Petrokimia Nusantara Interindo]], namun dijual kembali setelah dimiliki secara singkat. Lalu, bisnis Indika diperkuat dengan restrukturisasi bisnis Dwi yang diserahkan sebagai anak usaha Indika, menjadikannya induk baru dari kerajaan bisnis Dwi.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=ZYMWAQAAMAAJ&q=sudwikatmono+sctv&dq=sudwikatmono+sctv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwikms2k2_buAhVL7HMBHbnsBF4Q6AEwCHoECAUQAg Informasi & peluang bisnis SWA sembada, Volume 20,Masalah 17-21]</ref>
== Referensi ==
|