Kabupaten Nduga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
 
Lembah Baliem dikelilingi oleh [[Pegunungan Jayawijaya]] yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain: [[Puncak Trikora]] (4.750 m), [[Puncak Mandala]] (4.700 m) dan [[Puncak Yamin]] (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).
 
== Ekologi ==
Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut.
 
=== Batas Wilayah ===
Baris 69 ⟶ 72:
[[Babi]] merupakan jenis ternak yang paling banyak dipelihara di Kabupaten Nduga. Jumlahnya mencapai 25.845 ekor pada tahun 2011. Hewan ternak lainnya yang dikembangkan adalah [[kelinci]], dengan jumlah 1.774 ekor. Terdapat juga hewan unggas lainnya didominasi oleh ayam buras atau ayam kampung. Kemudian untuk sektor perikanan kolam, pembudidayaan ikan di Kabupaten Nduga ada seluas 84,5 hektar yang dikembangkan oleh 87 kelompok tani dan anggota 2.800 orang. Jenis ikan yang dibudidayakan, antara lain ikan mas, nila, mujair, dan lele. Produksi ikan darat tahun 2011 sebesar 227.060 ton. Jenis tanaman perkebunan yang banyak dibudiadayakn ialah [[kopi]], buah merah, [[kelapa]], [[tebu]], dan [[sagu]]. Produksi tanaman perkebunan terbesar tahun 2011, yaitu sagu sebesar 200 ton dengan produktivitas 8 ton/ha, lalu diikuti produksi buah merah sebesar 45 ton dan produktivitas 1,5 ton/ha.<ref name="NDUGA"/>
 
== EkologiKonflik Nduga ==
Sebuah konflik sosial terjadi di kabupaten Nduga, sejak 2 Desember 2018. Rentang waktu antara 2 Desember 2018 hingga 18 Juli 2020, ada sebanyak 263 warga sipil tewas dalam konflik tersebut. Total warga yang tewas tersebut termasuk 20 orang pekerja PT Istaka Karya yang dibunuh oleh [[Kelompok Kriminal Bersenjata]] (KKB) yang dipimpin oleh [[Egianus Kogoya]].<ref name="KONFLIK">{{cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2020/09/01/15064081/konflik-nduga-263-orang-tewas-sejak-2018-kebanyakan-karena-kelaparan|last=Suwandi|First=Dhias|title=Konflik Nduga, 263 Orang Tewas Sejak 2018, Kebanyakan Karena Kelaparan Mengungsi ke Hutan|editor=David Oliver Purba|website=www.regional.kompas.com|accessdate=23 Februari 2021}}</ref> Hasil ini merupakan laporan jilid II dari Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua yang telah diserahkan ke Komnas HAM Papua. Pada peristiwa pertama 2 Desember 2018 hingga 2019 terdapat korban 184 orang, dan pada peristiwa kedua terdapat 59 orang korban, hingga total 243 orang ditambah dengan 20 pekerja Istaka Karya. Penyebab kematian disebabkan adanya korban penembakan, dan kebanyakan karena kelaparan selama berada di tempat pengungsian dan juga karena sakit.<ref name="KONFLIK"/>
Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut.
 
== Referensi ==