== Kehidupan ==
===== '''Awal Kehidupan''' =====
Jabir bin Abdullah lahir di kota Yatsrib (sekarang bernama Madinah) 15 tahun sebelum Nabi Muhammad [[Hijrah]]. Dia berasal dari keluarga yang miskin di Yatsrib. Dia berasal dari suku Khazraj. Ayahnya pernah menikah dengan sepupunya.
===== '''Era [[Nabi Muhammad]]''' =====
Jabir bin Abdullah dikatakan telah memeluk [[Islam]] ketika ia masih kecil. Kiprahnya dalam Pertempuran Badar masih dipertanyakan oleh sebagian sejarahwan; tercatat dia turut andil dalam 19 pertempuran (termasuk [[Pertempuran Badar]]). Dia juga hadir pada saat [[Pembebasan Mekkah]].
====='''Pertempuran Uhud'''=====
<span class="notranslate" onmouseover="_tipon(this)" onmouseout="_tipoff()"><span class="google-src-text" style="direction: ltr; text-align: left">Pada saat [[Pertempuran Uhud]], Jabir bin Abdullah tidak diizinkan oleh ayahnya untuk berjihad dikarenakan </span>Jabir memiliki tujuh saudara perempuan (beberapa sejarahwan mengatakan sembilan) dan ayahnya menginginkan Jabir untuk mengurus dan menjaga saudara-saudara perempuannya. Oleh karena itu, Jabir bertugas memberikan minum pada para prajurit yang kehausan. Abdullah bin Amr bin Haram al-Anshari (Ayah Jabir) mencapai kesyahidan dalam pertempuran Uhud <ref>[[Sahih Bukhari]] [http://www.sacred-texts.com/isl/bukhari/bh4/bh4_39.htm 4:40]</ref> bersama dengan saudara iparnya yakni [[Amru bin al-Jamuh]], umur keduanya hampir mendekati 100 tahun.</span>
===== '''Era [[Ali bin Abi Thalib]]''' =====
Dalam era ini, Jabir bin Abdullah selalu berada pada pihak 'Ali bin Abi Thalib dalam tiga perang sipil pertama dalam Islam, yaitu pada [[Perang Jamal]], [[Pertempuran Shiffin]], dan [[Pertempuran Nahrawan]].
===== '''Era [[Husain bin Ali]]''' =====
Di karenakan usia yang sudah tua dan menderita kebutaan, Jabir bin Abdullah tidak dapat ikut berpartisipasi membela Husain bin 'Ali dalam [[Pertempuran Karbala]] ([[10 Oktober]] [[680|680 Masehi]]) di mana cucu [[Nabi Muhammad]], yakni [[Husain bin Ali]] mati syahid.
===== '''Era [[Ali bin Husain]]''' =====
Jabir bin Abdullah di anugrahi umur yang panjang hingga penglihatannya memudar di usia tuanya. Tapi dia taat menunggu kedatangan imam ke lima Syi'ah yakni Muhammad bin Ali yang dikenal dengan nama Muhammad al-Baqir. Setiap pagi ia keluar dari rumahnya, duduk di pinggir jalan dan menunggu setiap suara langkah kaki untuk mengenali Imam ke lima. Suatu hari saat ia menunggu sedang di suatu jalan di kota [[Madinah]], ia mendengarkan langkah kaki seseorang berjalan ke arahnya, suara langkah kakinya mengingatkannya pada cara [[nabi Muhammad]] berjalan. Jabir bin Abdullah pun berdiri menghentikan langkah pria itu menanyakan namanya. Pria itu menjawab, "[[Muhammad al-Baqir|Muhammad]]", Jabir bin Abdullah bertanya kembali, "Anak siapa?". Dia menjawab "[[Ali bin Husain]]". Jabir bin Abdullah langsung mengenali bahwa pria itu adalah Imam ke lima yang ia tunggu, ia adalah Muhammad bin Ali. Dia [[cium tangan|mencium tangannya]] dan menyampaikan pesan dari [[nabi Muhammad]].
===== ''' Era Abdul Malik bin Marwan dan Akhir Kehidupan ''' =====
Pada masa Abdul Malik bin Marwan, Jabir bin Abdullah meriwayatkan kembali pidato pelarangan mut'ah oleh khalifah [[Umar bin Khattab]]. Meskipun Jabir di anugrahi umur yang panjang, pada usia 94 tahun dia wafat karena di racuni oleh Al-Hajjaj bin Yusuf dikarenakan dukungan dan kesetiaan Jabir sebagai pengikut setia Ahlul Bait. Dia dikebumikan di [[Al-Mada'in]]. Dia meninggal pada tahun 78H (697).
== Warisan ==
|