Skadron Udara 11: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cacacantika (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 91:
 
=== Kelahiran ===
Akhir tahun 1955, beberapa penerbang dan teknisi AURI ditugaskan ke Little Rissington dan South Corney di Inggris untuk mempelajari mengoperasikan pesawat pemburu [[De Havilland Vampire]]. Penerbang yang dikirimkan kesana adalah Letnan Udara Satu [[Leo Wattimena]] dan Kapten Udara [[Roesman Noerjadin]]. Sedangkan para teknisi yang dikirimkan antara lain adalah Letnan Udara Dua (LU II) Sarjono, LU II Kamarudin dan Letnan Muda Udara I (LMU I) Setedjo.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://angkasa.news/sejarah/detail/meski-kehadirannya-singkat-dh-115-vampire-mengubah-sejarah-tni-au|title=Meski Kehadirannya Singkat, DH-115 Vampire Mengubah Sejarah TNI AU|last=Adrian|first=Beny|date=18 Mei 2019|website=Angkasa.news|language=id-ID|access-date=01 Januari 2020|archive-date=2020-01-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20200101173857/https://angkasa.news/sejarah/detail/meski-kehadirannya-singkat-dh-115-vampire-mengubah-sejarah-tni-au|dead-url=yes}}</ref> Hal ini dilakukan untuk memperbaharui armada AURI dengan pesawat-pesawat jet.{{Sfn|Sutisna|2002|p=13 - 17}} Vampire adalah pesawat bermesin jet (dikenal dengan nama "pesawat pancar gas") pertama yang dimiliki oleh AURI. Pesawat-pesawat tersebut ditempatkan di [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Lanud Andir, Bandung]] dan dimasukkan ke Kesatuan Pancar Gas (KPG). Kesatuan ini diresmikan oleh KASAU pada 20 Februari 1956, dan berkekuatan 8 pesawat DH-115 Vampire. KPG ini merupakan embrio Skadron-Skadron Tempur Jet. KPG ini dipimpin oleh Letnan Udara [[Leo Wattimena]].{{Sfn|Group|2003|p=8 - 10}}
 
Pada 20 Maret 1957, berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor 56, KPG diubah menjadi Skadron Udara XI "Pemburu". Upacara peresmian skadron ini baru dilaksanakan pada 1 Juni 1957 bertempat di Lanud Husein Sastranegara. Dalam upacara itu juga dilantik komandan pertamanya, Letnan Udara 1 [[Leo Wattimena]]. Dalam kesempatan itu pesawat pemburu Vampire resmi menjadi pesawat pertama dari Skadron Udara XI. Dan sejak saat itu, tanggal 1 Juni diperingati sebagai tanggal kelahiran Skadron Udara 11.{{Sfn|Group|2003|p=8 - 10}}
Baris 161:
Pada tanggal 18 Januari 1976, Mayor Pnb. Sukirwan dan Lettu Pnb. Sutadi gugur di desa Cangkringan di kaki [[Gunung Lawu]] karena pesawat T-33 yang sedang dipakai untuk latihan rutin jatuh dan hancur. Pada tanggal 29 September 1976, Lettu Pnb. Ari Prasetya dan Lettu Pnb. Juliarto gugur di desa Cangkringan di kaki [[Gunung Lawu]] karena pesawat T-33 yang sedang dipakai untuk latihan rutin jatuh dan hancur.{{Sfn|Group|2003|p=95 - 96}}
 
Pada tahun 1978 pesawat T-33 dilengkapi dengan persenjataan 2 tabung roket LAU-68 untuk roket [[FFAR|FFAR (''Folding Fin Aerial Rocket'')]]<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-2741763/keren-ini-roket-asli-buatan-indonesia|title=Keren! Ini Roket Asli Buatan Indonesia|date=07 November 2014|website=detiknews|access-date=04 Januari 2020}}</ref> dan 2 bom udara, masing-masing seberat 50 Kg serta dua senapan 12,7&nbsp;mm, yang masing-masing berisikan 250 peluru.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=68 - 69}} Modifikasi ini dilakukan oleh tim [[TNI AU|Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU]] ([[TNI AU|Dislitbangau]]). Persenjataan ini digunakan oleh 6 pesawat T-33 Thunderbird dalam [[Operasi Cakar Garuda]] di [[Timor Timur]].<ref>{{Cite web|url=https://arsip-interaktif.kompas.id/Pemersatu%20Bangsa,%20Penggentar%20Lawan|title=Pemersatu Bangsa, Penggentar Lawan|website=Arsip Interaktif Kompas|access-date=04 Januari 2020}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sebelum operasi dilaksanakan, para penerbang berlatih untuk melakukan penembakan dari udara-ke-darat di AWR Pulung, [[Ponorogo]], memakai berbagai persenjataan dan pelbagai bom. Selain itu, mereka juga dilatih untuk melakukan misi CAS (''Closed Air Support''), atau dukungan serangan udara serta taktik agar selamat seandainya harus melewati AAA (''Anti Aircraft Artilery'') - senjati Artileri Anti Pesawat Udara. Karena persenjataan yang dipasang adalah hasil dari sebuah modifikasi maka tidak ada prosedur dan parameter tembakan (''mils setting'') yang sama antara satu pesawat dengan pesawat lainnya. Sehingga para penerbang harus rajin saling bertukar informasi setting tersebut atas setiap pesawat yang berbeda.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=68 - 69}}
 
Dalam Operasi Cakar Garuda, pesawat T-33 tidak dapat berkomunikasi dengan pasukan di darat dikarenakan perbedaan frekuensi radio. Pesawat T-33 mempergunakan frekuensi [[VHF|VHF-AM]] sedangkan pasukan darat mempergunakan frekuensi VHF-FM. Tanpa ada komunikasi, maka pasukan darat tidak akan bisa menuntun pesawat untuk melakukan penembakan dari udara-ke-darat atas sasaran yang dimaksudkan. Kendala ini diatasi dengan cara penerbang yang duduk di belakang terbang dengan memangku radio PRC-77 dan baru dioperasikan ketika pesawat mendekati sasaran. Radio PRC-77 sendiri memiliki frekuensi VHF-FM sehingga bisa dipergunakan untuk berkomunikasi dengan pasukan darat.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=68 - 69}}