Bulue, Marioriawa, Soppeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menghapus kalimat yang double.
Tempat menarik: mendai sebuah titik
Baris 35:
Apabila hendak merantau, sebelum berangkat, mereka datang menziarahi leluhur mereka di Komplek Pekuburan para Raja-Raja Marioriawa di JerakE Madining, ke esokan harinya mereka mendatangi lagi leluhur mereka di Komplek Pekuburan para Raja-Raja Marioriawa di JerakE Mario di Panci, kemudian dilanjutkan ke Komplek Pekuburan para Raja-Raja Kajuara di Desa Bulue,sepulang dari ziarah tersebut mereka mampir mandi-mandi Permandian Wae Bebbae yang berlokasi tengah hutan kemiri.sambil merebus telur di mata air permandian tersebut. setelah hendak pulang mereka (yang hendak merantau) menggantung sebuah batu di dahan pohon yang berada diarea permandian tersebut sambil berucap " Narekko ololongengngi aga usappae ri sompereng lesukka Lejja-i paimeng, lesu cemme-cemme nennia bukka paimeng Batue " (Jika saya berhasil dan mendapatkan apa yang saya cita-citakan di negeri rantau saya akan datang kembali (Lejja-i) mandi-mandi dan dan membuka kembali ikatannya Batu ini). dari kata "lejja" inilah yang kelak menjadi nama tempat pemukiman disekitar permandian tersebut.
 
Seiring dengan perjalan waktu pada tahun 1996 Kawasan ini berstatus hutan lindung berdasarkan SK. Menhut No. 636/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996. Luas kawasan ini 1.265 ha yang kemudian dilakukan penataan batas, dan luasnya bertambah menjadi 1.318 ha, dan Pemandian Air Panas Wae Bebbae Lejja dibangun dan ditata dan menjadi obyak Wisata. dengan adanya status sebagai tempat wiasa maka kebiasaan masyarakat pun ikut berubah, yang tadinya hanya sebuah ritual ziarah kubur kemudian berkembang dengan berbagai variannya, mulai dari mencari jodoh, menggantung botol dan lain-lain.
 
{{Marioriawa, Soppeng}}