Awalnya pesawat dibangun dengan menggunakan kerangka yang biasanya berbentuk tabung dari bahan [[kayu]] atau [[baja]], yang kemudian ditutupi (atau ''dikuliti'') dengan kain,<ref>Megson, 1972, p.198</ref>, seperti [[Linen|linen irlandia]] atau [[Kapas|katun]].<ref name="WWI Brit">Robertson, 1996, pp.1–2</ref> Kulit tersebut tidak memberikan kontribusi apapun pada kekuatan rangka pesawat dan hanya menambah berat. Kulit hanya untuk memperhalus tampak luar. Dengan membayangkan rangka pesawat sebagai satu kesatuan utuh dan bukan gabungan dari beberapa bagian, struktur monokok menjadi hal yang masuk akal dan beberapa perusahaan dengan segera mengadopsi penerapan-penerapan dari industri kapal, seperti memberikan lapisan-lapisan kayu tipis. Tahun 1912, Deperdussin memperkenalkan sebuah pesawat balap monokok menggunakan badan yang terbuat dari tiga lapis lapisan kayu tipis yang dilem, yang menjadi kulit luar sekaligus struktur utama penopang beban.<ref name="ReferenceA">Aeronautics, 1912, p.112</ref> Struktur ini mengurangi beban sehingga secara efektif pesawat ini dapat memenangkan sebagian besar perlombaan yang diikutinya.<ref name="ReferenceA">Aeronautics, 1912, p.112</ref> Gaya konstruksi ini ditiru dengan beberapa variasi, di [[Jerman]] oleh LFG Roland, dipatenkan oleh mereka dengan nama ''Wickelrumpf'' (tubuh dibungkus), dan digunakan oleh Pfalz Flugzeugwerke. Bentuk ''Wickelrumpf'' menggunakan dua lapisan [[kayu lapis]] (''plywood'') dan pada setiap cetakan setengah bagian kulit badan pesawat dibungkus dengan kain; sementara Albatros, Hannover, dan Siemens-Schuckert malah menggunakan empat panel ''plywood'' berdampingan, menutupi kerangka internal ringan yang dikerjakan dan ekor ke depan dan dari sisi ventral struktur ke atas. Tapi, struktur ini rentan terhadap kerusakan akibat lembap dan delaminasi.<ref>FAA, 2001, p.1.2</ref>
[[Berkas:Zeppelin-Lindau_(Do)_D.I.jpg|jmpl|Zeppelin-Lindau (Do) D.I, produksi pertama menggunakan monokok logam seluruhnya]]