Ujungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 53:
Di daerah Banjarnegara tepatnya di desa Gumelem kecamatan Susukan, ujungan sebagai festival kebudayaan ketika musim kemarau, awalnya untuk meminta hujan. Namun karena minat masyarakat akan kebudayaan ujungan di banjarnegara. Terkadang di adakan ketika musik kemarau panjang, tapi tidak setiap saat kemarau di adakan, hanya pada saat-saat tertentu saja.
 
Di daerah [[Kabupaten Jombang|Jombang]], Tari Ujungan dilakukan pada musim kemarau. Tujuan dari tradisi tersebut adalah sebagai usaha untuk meminta hujan kepada Tuhan. Sama dengan yang ada di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]], penari yang akan dicambuk melakukannya tanpa diperintah melainkan secara sukarela.<ref>{{Cite web|url=https://www.inews.id/daerah/jatim/233837/uniknya-seni-ujung-tradisi-minta-hujan-yang-digelar-warga-jombang|title=Uniknya Seni Ujung, Tradisi Minta Hujan yang Digelar Warga Jombang|website=iNews.ID|language=en|access-date=2019-02-19|archive-date=2019-02-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20190219184944/https://www.inews.id/daerah/jatim/233837/uniknya-seni-ujung-tradisi-minta-hujan-yang-digelar-warga-jombang|dead-url=yes}}</ref>
 
Namun seiring waktu, Tari Ujungan yang awalnya dijadikan sarana untuk meminta hujan kini hanya dilaksanakan sebagai pertunjukan seni  dan hiburan biasa. Pada umumnya para penari mendapat beberapa puluh ribu [[rupiah]] untuk sekali tampil.<ref>{{Cite web|url=https://jatim.antaranews.com/foto/227380/tradisi-ujungan|title=Tradisi Ujungan|last=News|first=Top|last2=Terkini|website=jatim.antaranews.com|access-date=2019-02-19|last3=Pariwisata|first3=Budaya &|last4=Ekonomi|last5=Hukum|last6=Olahraga|last7=Haji|first7=Info|last8=Politik|last9=Mlaku-mlaku}}</ref>
 
Dalam pertunjukannya, tidak ada ketentuan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Permainan berakhir ketika kedua penari yang diadu telah merasa cukup. Jika ditilik berdasarkan sejarah, Tari Ujungan diambil dari cerita rakyat [[Aji Saka]], dimana menceritakan kedua anak buahnya yang memperebutkan senjata tuannya.<ref>{{Cite web|url=https://radarmalang.id/ujung-ujungan-maknai-berkelahi-untuk-hidup-rukun/|title=Ujung-Ujungan, Maknai Berkelahi Untuk Hidup Rukun|last=radarmalangonline|date=2017-09-14|website=Radar Malang Online|language=en-US|access-date=2019-02-19|archive-date=2017-09-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20170915213116/http://www.radarmalang.id/ujung-ujungan-maknai-berkelahi-untuk-hidup-rukun/|dead-url=yes}}</ref>
 
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Tari Ujungan merupakan warisan dari [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]]. Terlepas dari mana sebenarnya Tari Ujungan berasal, tradisi ini dilaksanakan sekali dalam setahun.<ref>{{Cite web|url=https://semarang.solopos.com/read/20180928/515/942397/ritual-minta-hujan-dikemas-dalam-pesta-rakyat-di-banjarnegara|title=Ritual Minta Hujan Dikemas dalam Pesta Rakyat di Banjarnegara|last=Media|first=Solopos Digital|website=Semarangpos.com|language=id|access-date=2019-02-19}}</ref>