Suku Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menolak 12 perubahan teks terakhir (oleh 103.10.66.7 dan Julian Bramanda Putra) dan mengembalikan revisi 18251206 oleh Gervant of Shiganshina: Jangan menghapus sumber.
Tag: Pengembalian manual
Baris 1:
{{redirect|Batak}}
{{ethnic group|
|group=Suku Batak <br/><small>'''Toba-Samosir''': {{batk|ᯅᯖᯂ᯲}}</small><br/> <small>'''Karo''': {{batk|ᯆᯗᯂ᯳}}</small><br/> <small>'''Simalungun''': {{batk|ᯅᯖᯃ᯳}}</small><br/> <small>'''Pakpak-Dairi''': {{batk|ᯅᯗᯂ᯲}}</small><br/> <small>'''Angkola-Mandailing''': {{batk|ᯅᯖᯄᯱ᯲}}</small>
|image=<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
Baris 29:
<tr>
<td>[[Berkas:Ferdinand Lumbantobing 1969 Indonesia stamp.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Tifatul-sembiring.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Cosmos Batubara 2010.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:KIBII Chairul Tanjung.jpg|60x80px]]</td>
Baris 34 ⟶ 35:
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Ferdinand Lumban Tobing]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tifatul Sembiring]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Cosmas Batubara]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Chairul Tanjung]]</small></td>
Baris 44 ⟶ 46:
</tr>
</table>
|poptime='''78.466.969''' <ref>{{citeweb|url=https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Kewarganegaraan,%20Suku%20Bangsa,%20Agama%20dan%20Bahasa_281211.pdf|title=''Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia 2011''|date=2011-01-01|accessdate=2016-12-31}}</ref>
|region1 = [[Sumatra Utara]]
|pop1 = '''45.785.716'''
|region2 = [[Riau]]
|pop2 = '''691.399'''
Baris 65 ⟶ 67:
|region10 =
{{flagicon|Malaysia}} [[Malaysia]]
|pop10 = '''305.400'''
|region11 = {{flagicon|Brunei}} [[Brunei]]
|pop11 = '''65650'''
|langs= [[Bahasa Batak Angkola|Angkola]]<br />[[Bahasa Mandailing|Mandailing]]<br />[[Bahasa Batak Pakpak|Pakpak]]<br />[[Bahasa Batak Simalungun|Simalungun]]<br />[[Bahasa Batak Toba|Toba]]<br />[[Bahasa Batak Karo|Karo]]
|rels=<br/>• [[Kristen]] 55.63 <br/>• [[Protestan]] 49.56% <br/>• [[KatholikIslam]] 644.0717% <br/>• [[IslamKatholik]] 446.1707% <br/>• [[HinduBuddha]] 0.11% <br/>• [[BuddhaHindu]] 0.02% <br/>• Lainnya 0.7% <ref>{{cite web
| title = Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies. p. 271.
| date = 2015
| url =
}}</ref>|related=[[Suku Alas]]<br />[[Suku Nias]]<br />[[Suku Melayu]]<br />[[Suku Minangkabau]]<br />[[Suku LubuRimba]]<br />[[Suku Gayo]]<br />[[Suku Singkil]]<br />[[Suku Aceh]]<br />[[Suku Karo]]<br />[[Suku Siladang]]<br />[[Suku Keluwat|Suku Kluet]]<br />[[Suku Singkil]]
}}
'''Suku Batak''' merupakan salah satu [[suku bangsa]] terbesar di [[Indonesia]], berdasarkan sensus dari Badan Pusat Satistik pada tahun 2010. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]]. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi, Simalungun, dan Toba/Samosir. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba, padahal Batak tidak hanya suku Toba.
 
Saat ini pada umumnya orang Batak menganut [[agama]] [[Kristen Protestan]], [[Kristen Katolik]], dan [[Islam]]. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tradisional yakni: tradisi [[Parmalim|Malim]] (penganutnya disebut [[Parmalim]]) dan juga menganut kepercayaan [[animisme]], walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Baris 87 ⟶ 89:
 
== Identitas Batak ==
''Identitas Batak'' populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun, DairiPakpak di organisasi yang di namakan [[Jong Batak]] tahun 1926, tanpa membedakan Agama dalam satu kesepahaman:
''Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu'' <ref>{{cite book |title =Dengan Semangat Berkobar |author = Hans Van Miert |publisher = Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu-KITLV |page = 475 |isbn = 9799665736 |year = 2003}}</ref>
 
[[R.W Liddle]] mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<ref>{{cite book | last =Liddle | first =R.W | authorlink = | coauthors = | title =Ethnicity, party, and national integration: an Indonesian case study | year =1970 | publisher =New Haven: Yale University Press | location = | url =https://archive.org/details/ethnicitypartyna00lidd| doi = | isbn = | page = }}</ref> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<ref>{{cite book | last =Castles | first =L | authorlink = | coauthors = | title =Statelesness and Stateforming Tendencies Among the Batak before Colonial Rule | publisher =Monograph no 6 of MBRAS | date = | location = Kuala Lumpur | url = | doi = | isbn = | page = 67-66 }}</ref> Dalam disertasinya [[J. Pardede]] mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, [[Siti Omas Manurung]], seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik [[PakpakKaro]] maupun [[MandailingSimalungun]] mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa [[Pusuk Buhit]], salah satu puncak di barat [[Danau Toba]], adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari [[Samosir]].
 
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh [[J.H Neumann]], berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu ''[[Pustaka Kembaren]]'' dan ''[[Pustaka Ginting]]''. Menurut ''Pustaka Kembaren'', daerah asal marga Kembaren dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari [[Bahasa Tamil]]. [[Suku Tamil|Orang-orang dari Suku Tamil]] yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatra akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.<ref>{{cite book | last =Tideman | first =J. | authorlink = | coauthors = | title =Hindoe-Invloed in Noordelijk Batakland | publisher =Uitgave van het Bataksche Institut no 23 | date = | location = Amsterdam | url = | doi = | isbn = | page = 56 }}</ref>
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra.
 
== Penyebaran agama ==
Baris 110 ⟶ 112:
Selanjutnya [[Misi Katolik di Tanah Batak]] terhitung sejak Pastor Misionaris pertama yakni Pastor [[Sybrandus van Rossum]] OFM.Cap masuk ke jantung Tanah Batak, yakni [[Balige]] tanggal 5 Desember 1934.
 
Masyarakat Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan sebagian Angkola menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya<ref>[http://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&printsec=frontcover&source=gbs_v2_summary_r&cad=0#v=onepage&q=&f=false Ooi KG. ''Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor.'' Santa Barbara, Calif.: ABC-CLIO, 2004.]</ref>. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme [[Hindia Belanda]], dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, [[Sisingamangaraja XII]] wafat.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0804716668 Sherman, George, ''Rice, Rupees and Ritual,'' Cornell University Press, Ithaca, NY 1990.]</ref>
 
=== Gereja HKBP ===
Gereja [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) telah berdiri di [[Balige, Toba Samosir|Balige]] pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)]] didirikan.<ref>[http://faculty.washington.edu/kushnick/kushnick_ch2.pdf Kushnick, G. "Parent-Offspring Conflict Among the Karo of Sumatra," Doctoral dissertation, University of Washington, Seattle, 2006, p. 7.]</ref>
 
=== Gereja Katolik di Tanah Batak ===
Baris 134 ⟶ 136:
 
1. Pakpak
“Njuah-Juahjuah Mo Banta Karina!”
 
2. TobaKaro
“Mejuah-juah Kita Krina!”
 
3. Toba
“Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
 
4. Simalungun
3. Simalungun↵“Horas“Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
 
45. Mandailing &dan Angkola
“Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
 
Baris 158 ⟶ 164:
[[Berkas:Flag of Batak (1).jpg|jmpl|Bendera yang digunakan oleh Suku Batak]]
 
Masyarakat Batak memiliki falsafah, asas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut ''[[Dalihan Natolu|Dalihan na Tolu]]''. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut kelimakeenam puak Batak
 
1. Dalihan Na Tolu (Toba)
SombahSomba Marhula-hula
• Manat Mardongan Tubu
• Elek Marboru
Baris 175 ⟶ 181:
• Marboru Ningon Elek, Pakkei
 
4. DalikenRakut Sitelu (PakpakKaro)
• Nembah Man Kalimbubu
• Mehamat Man Sembuyak
• Nami-nami Man Anak Beru
 
5. Daliken Sitelu (Pakpak)
• Sembah Merkula-kula
• Manat Merdengan Tubuh
• Elek MerberruMarberru
 
* Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
Baris 213 ⟶ 224:
 
== Kontroversi ==
Sebagian orang [[MandailingKaro]], [[SimalungunAngkola]], dan [[PakpakMandailing]] sempat tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak, wacana identitas itu sempat muncul disebabkan karena pada umumnya kategori "Batak" dipandang primitif dan miskin oleh etnik lain masa Orde Baru. Selain itu, perbedaan agama juga menyebabkan sebagian orang Tapanuli tidak ingin disebut sebagai Batak. Di pesisir timur laut Sumatra, khususnya di [[Kota Medan]], perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles yang membuat etnik Kristen yang berada antara Kesultanan Aceh dan Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing, Simalungun(Angkola) dan PakpakKaro, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar Danau Toba dan Samosir, akibat pelaksanaan dari pembuatan afdeeling Bataklanden oleh pemerintah Hindia Belanda, yang melarang penduduk muslim bermukim di wilayah tersebut.
 
Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam Kasus Syarikat Tapanuli (1919-1922), Kasus Pekuburan Sungai Mati (1922),<ref>{{cite book | last =Perret | first =Daniel | authorlink = | coauthors = | title =La Formation d'un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est | publisher =École Française d'Extrême-Orient | date = | location = Paris | url = | doi = | isbn = | page = 316-325 }}</ref> dan Kasus Pembentukan Propinsi Tapanuli (2008-2009).
 
Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak.<ref>{{en}} Leo Suryadinata, Evi Nurvidya arifin, Aris Ananta, [http://books.google.co.id/books?id=nFckUneBbRIC&dq=Indonesia%27s+Population:+Ethnicity+and+Religion+in+a+Changing+Political+Landscape&printsec=frontcover&source=bl&ots=C_BK8d_8vs&sig=4_QnkNN1VlxjKnTP_T7tYzTlhZ8&hl=id&ei=8FIaSqPEOY6CkQXD9kQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#v=onepage&q=&f=false ''Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape''], Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, hal.48.</ref>
 
== Kalender Batak ==
Baris 223 ⟶ 234:
{| class="wikitable"
|-
! No!! Penanggalan (Toba) !! Penanggalan (Karo) !! Lama Hari
|-
| 1 || Sipaha sada || Paka sada (Kambing) || 30
|-
| 2 || Sipaha dua || Paka dua (Lembu) || 29
|-
| 3 || Sipaha tolu || Paka telu (Gaya) || 30
|-
| 4 || Sipaha opat || Paka empat (Padek) || 29
|-
| 5 || Sipaha lima || Paka lima (Arimo) || 30
|-
| 6 || Sipaha onom || Paka enem (Kuliki) || 29
|-
| 7 || Sipaha pitu || Paka pitu (Kayu) || 30
|-
| 8 || Sipaha ualu || Paka waluh (Tambok) || 29 / 30
|-
| 9 || Sipaha sia || Paka siwah (Gayo) || 29 / 30
|-
| 10 || Sipaha sampulu || Paka sepuluh (Baluat) || 29
|-
| 11 || Sipaha li || Paka sepuluh sada (Batu) || 30
|-
| 12 || Sipaha hurung || Paka sepuluh dua (Binurung) || 29
|-
| 13 || ''Lamadu'' || || ''(30)''
|-
| colspan="2" 3|'''Total''' || 353-355/''(383-384)''
|}
 
Baris 257 ⟶ 268:
{| class="wikitable"
|-
! Hari !! Penamaan hari (Toba) !! Penamaan hari (Karo) !! Penamaan hari (Simalungun)
|-
| 1 || Aditia || Aditia || Aditia
|-
| 2 || Suma || Suma || Suma
|-
| 3 || Anggara || Nggara || Anggara
|-
| 4 || Muda || Budaha || Mudaha
|-
| 5 || Boraspati || Beraspati || Boraspati
|-
| 6 || Singkora || Cukra Enem Berngi || Sihora
|-
| 7 || Samisara || Belah Naik || Samisari
|-
| 8 || Artia ni Aek || Aditia Naik || Aditia Turun
|-
| 9 || Suma ni Mangadop || Suma Siwah|| Suma ni Siah
|-
| 10 || Anggara Sampulu || Nggara Sepuluh || Anggara ni Sapuluh
|-
| 11 || Muda ni Mangadop || Budaha Ngadep || Mudaha ni Mangadop
|-
| 12 || Boraspati ni Mangadop || Beraspati Tangkep || Boraspati ni Takkop
|-
| 13 || Singkora ni Purnama || Cukra Dudu (Lau) || Sihora Duduk (Bah)
|-
| 14 || Samisuru ni Purasa || Belah Purnama Raya || Samisara Purnama Raya
|-
| 15 || Tula || Tula || Tula
|-
| 16 || Suma ni Holom || Suma Cepik || Suma ni Holom
|-
| 17 || Anggara ni Holom || Nggara Enggo Tula || Anggara ni Tula
|-
| 18 || Muda ni Holom || Budaha Gok || Mudaha (Gok)
|-
| 19 || Boraspati ni Holom || Beraspati 19 || Boraspati 19
|-
| 20 || Singkora Maraturun || Cukra Si 20 || Sihorasi 20
|-
| 21 || Samisara Maraturun || Belah Turun || Samisara Maraturun
|-
| 22 || Aditia ni Angga || Aditia Turun || Aditia Turun
|-
| 23 || Suma ni Mate || Sumana Mate || Suma ni Mate
|-
| 24 || Anggara ni Begu || Nggara Simbelin || Anggarana (Bod)
|-
| 25 || Muda ni Mate || Budaha Medem || Mudaha (Bod)
|-
| 26 || Boraspati ni Gok || Beraspati Medem || Boraspati (Bod)
|-
| 27 || Singkora Dudu || Cukrana Mate || Sihora 27
|-
| 28 || Samisara Bulan Mate || Mate Bulan || Matei ni Bulan
|-
| 29 || Hurung || Dalin Bulan || Dalan ni Bulan
|-
| 30 || Ringkar || Sami Sara || Rikkar
|}