Budaya peretas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
== Latar sejarah ==
Budaya peretas awal mulanya menggunakan istilah penyelia mahir bidang komputasi. Seperti asal istilahnya, budaya peretas lahir di [[Institut Teknologi Massachusetts|Institut Tekonologi Massachusetts]], [[Amerika Serikat|Amerika Serika]]<nowiki/>t.<ref>{{Cite web|title=A Brief History of Hacker Culture|url=https://www.cybersecurityeducationguides.org/a-brief-history-of-hacker-culture/|website=Cyber Security Education Guides|access-date=24 April 2021}}</ref> Dimana di lembaga pendidikan tersebut memiliki kekhususan bidang teknologi komputasi. Pekerjaan awal dari budaya peretas ini timbul dari upaya dan keinginan para pelajar pada institut tersebut untuk menyalin program yang telah sukses untuk disalin dan dikembangkan pada konsep program yang dikerjakan.
== Konsep psikologikal pelaku budaya peretas ==
Keilmuan psikologi pernah mempelajari latar belakang para pelaku budaya peretas yang teridentifikasi. Telah ditemukan simpul klasifikasi latar belakang kenapa mereka para pelaku memelihara perilaku yang mengkonstruksi budaya peretas. Klasifikasi pertama, para pelaku budaya peretasan menerapkan teori dramaturgi. Dimana perilaku apa yang ditampakkan pada umum berbeda dengan perilaku sehari-hari. Sebagai contoh, seorang pelaku budaya peretas di depan khalayak umum berharap tidak ingin dipuji. Namun apabila melancarkan aksinya sebagai peretas, mempunyai keingian untuk menjadi tenar dan dipuji<ref>{{Cite web|last=Cole|first=Nicki Lisa|date=14 Juli 2019|title=Goffman's Front Stage and Back Stage Behavior|url=https://www.thoughtco.com/goffmans-front-stage-and-back-stage-behavior-4087971|website=thoughtco.com|access-date=24 April 2021}}</ref>.
Klasifikasi yang kedua adalah model ''Robin Hood''<ref>{{Cite web|title=Robin Hood Merriam-Webster.com Dictionary|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/Robin%20Hood|website=Merriam-Webster.com Dictionary|access-date=24 April 2021}}</ref>. Klasifikasi ini didasarkan pada apa penyebab individu atau kelompok membangun budaya peretas berdasarkan kekuatan untuk yang tak berdaya. Pelaku berjuang menjadi penolong individu atau kelompok yang lebih lemah dengan memanfaatkan kekuatan pelaku guna mendukung upaya kelompok lemah menjadi berkembang. Klasifikasi ini dekat dengan istilah perilaku altruisme. Perilaku tersebut merupakan lawan kata dari egoisme<ref>{{Cite news|last=Suhanda|first=Irwan|date=16 November 2017|title=Egoisme|url=https://lifestyle.kompas.com/read/2017/11/16/190100920/egoisme?page=all|work=Kompas|access-date=24 April 2021}}</ref>. Altruisme merupakan perilaku peduli kepada kepentingan individu atau kelompok lain diatas kepentingannya sendiri. Apapun dilakukan, termasuk menjadi bagian dari budaya peretas untuk kepentingan individu atau kelompok lainnya.
== Perkembangan kultur budaya peretas ==
|