Suku Karo: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Suntingan Julian Bramanda Putra (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HaidirAndiNovianto
Tag: Pengembalian
Baris 13:
 
== Eksistensi Kerajaan ==
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Aru Baroman
| common_name = Kerajaan Haru
| religion = [[Islam]]
| p1 =
| s1 = Kesultanan Deli
| flag_s1 =
| year_start = 1225<ref name="Brahma Putro"/>
| year_end = 1613
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = Serangan akhir dari [[Kesultanan Aceh]]
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = 1565 Sumatra Ramusio Delle Navigationi vol3 pp433-434.png
| image_map_caption = Peta Sumatra tahun 1565 dengan arah selatan di atas. Wilayah "Terre Laru" dapat dilihat di pojok atas dalam "kotak" kiri bawah
| capital = Kota Rentang
| common_languages = [[Bahasa Karo|Karo]]<br>[[Bahasa Melayu|Melayu]]
| government_type = Monarki
| title_leader =
| currency =
| category =
| today = {{flag|Indonesia}}
| footnotes =
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Aru '''atau '''Haru''' merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah pantai timur [[Sumatra Utara]] sekarang.
=== Historiografi ===
Nama kerajaan ini disebutkan dalam [[Pararaton]], yang tepatnya disebut di dalam [[Sumpah Palapa]]:<ref name="mangku">Mangkudimedja, R.M., 1979, Serat Pararaton. Alih aksara dan alih bahasa Hardjana HP. Jakarta: Departemen P dan K, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.</ref>
{{quote|“''Sira [[Gajah Mada]] pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, '''ring Haru''', ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa''”}}
Dalam [[bahasa Indonesia]] mempunyai arti:<ref name=mangku/>
{{quote|“''Dia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, '''Haru''', Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa''}} Sebaliknya tidak tercatat lagi dalam [[Kakawin Nagarakretagama]] sebagai negara bawahan sebagaimana tertulis dalam pupuh 13 paragraf 1 dan 2.
 
Kerajaan [[Haru-Karo]] ([[Kerajaan Aru]]) mulai menjadi [[kerajaan]] besar di [[Sumatra]], namun tidak diketahui secara pasti kapan berdirinya. Namun, Brahma Putra, dalam bukunya "Karo dari Zaman ke Zaman" mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di [[Sumatra Utara]] yang rajanya bernama "[[Pa Lagan]]". Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu Kerajaan Haru sudah ada? Hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.(Darwan Prinst, SH :2004)
Sementara itu dalam [[Suma Oriental]] disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan yang kuat ''Penguasa Terbesar di Sumatra'' yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing.<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols</ref> Dalam laporannya, [[Tomé Pires]] juga mendeskripsikan akan kehebatan armada kapal laut kerajaan Aru yang mampu melakukan pengontrolan lalu lintas kapal-kapal yang melalui [[Selat Melaka]] pada masa itu.
 
Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan [[Majapahit]], [[Sriwijaya]], [[Johor]], [[Malaka|Malaka,]] dan [[Aceh]]. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru pada masa keemasannya, pengaruhnya tersebar mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau.
Dalam [[Sulalatus Salatin]] Haru disebut sebagai kerajaan yang setara kebesarannya dengan [[Kesultanan Malaka|Malaka]] dan [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]]. Peninggalan [[arkeologi]] yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru telah ditemukan di [[Kota China]] dan [[Kota Rantang, Hamparan Perak, Deli Serdang|Kota Rantang]].
 
Terdapat suku Karo di [[Aceh Besar]] yang dalam [[bahasa Aceh]] disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Ia menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari Batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarich Atjeh dan Nusantara" (1961) mengatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping terdapat kerajaan Islam terdapat pula kerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari ke-20 mukim bercampur dengan suku Karo. [[Brahma Putra]], dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah [[Manang Ginting Suka]].
 
Kelompok Karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau Kaum Tiga Ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus.
 
Di kemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan [[suku Hindu]] dan mereka disebut sebagai kaum Ja Sandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imeum Peuet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, [[Bangsa Arab|Arab]], [[Persia]], dan lainnya.
 
== Wilayah Karo ==
Baris 154 ⟶ 120:
# Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.
 
== Aksara/Sistem Penulisan ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|state = {{{1<includeonly>|collapsed</includeonly>}}} align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Penggunaan Aksara Huruf Karo'''
|-
|align=center; colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|Ratapan Karo (''bilang-bilang'') pada tabung bambu
</gallery>
|}
 
Aksara yang digunakan di suku ini adalah Aksara Karo. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi. Guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek.
 
Dalam tradisi sastra Karo, hanya genre ratapan yang umumnya dituliskan. Ratapan Karo (disebut ''bilang-bilang'' dalam bahasa Karo) merupakan keluh kesah mengenai cinta atau nasib pilu yang digubah dalam bentuk prosa. Teks ini biasanya diguratkan pada bambu, tulang, dan perkakas sehari-hari oleh pemilik benda bersangkutan. Ratapan Karo sering kali ditemukan pada bambu dan perkakas yang diukir dengan kerajinan tinggi. Pada benda-benda tertentu, penggalan ratapan hanya digunakan sebagai teks pengisi dalam komponen pembentuk jimat.{{sfn|Kozok|1996|pp=236-239}}{{sfn|Kozok|2000|pp=50-51}}
 
Aksara Karo lazim digunakan oleh masyarakat awam untuk kegiatan surat-menyurat dengan media bambu, meski beberapa surat kertas juga diketahui. Tidak banyak tipe naskah ini yang kini tersisa karena kebanyakan surat Batak hanya berisikan pesan pendek yang kemudian dibuang setelah perihal yang bersangkutan terselesaikan. Terdapat pula jenis surat bernama ''pulas'' yang digunakan untuk menyampaikan tuntutan dan ancaman, misal untuk membayar utang atau mengembalikan sandra. Surat ancaman ini selalu disertai dengan miniatur senjata atau [[rijang|batuapi]] untuk mempertegas pesan yang disampaikan. ''Pulas'' terutama umum digunakan di daerah Karo. Pemilik perkebunan tembakau di [[Deli]] abad ke-19 kerap menerima surat ancaman semacam ini dari masyarakat Karo yang tanahnya sering kali disengketakan. Tak jarang pula para mengirim ''pulas'' tersebut menindaklanjuti ancaman mereka dengan membakar gudang dan perkebunan pada tanah yang dipermasalahkan.{{sfn|Kozok|1996|pp=236-239}}{{sfn|Kozok|2000|pp=51}}
=== Aksara dasar ===
Aksara dasar ('''''ina ni surat''''') dalam surat Karo merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/. Terdapat 19 aksara dasar yang dimiliki semua varian aksara Karo, sementara beberapa aksara dasar yang hanya digunakan pada varian tertentu. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | ''Ina ni Surat''
|-style="text-align:center;"
!
! a
! ha
! ka
! ba
! pa
! na
! wa
! ga
! ja
! da
! ra
! ma
! ta
! sa
! ya
! nga
! la
! nya
! ca
! nda
! mba
! i
! u
|- style="length:20%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Karo
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]
| align="center"|[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=Ha]]
| align="center" | [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|30px|link=|alt=Ka]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-2.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Ja.svg|30px|link=|alt=Ja]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Da.svg|30px|link=|alt=Da]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ta-1.svg|30px|link=|alt=Ta]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Nga.svg|30px|link=|alt=Nga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
!
| align="center"|[[Berkas:Batak Ca-3.svg|30px|link=|alt=Ca]]<hr>[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Ca]]
|[[Berkas:Batak Nda.svg|30px|link=|alt=Nda]]
|[[Berkas:Batak Mba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak I.svg|30px|link=|alt=I]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak U.svg|30px|link=|alt=I]]
|}
Bentuk-bentuk di atas merupakan bentuk yang digeneralisasi, tidak jarang suatu naskah menggunakan varian bentuk aksara atau tarikan garis yang sedikit berbeda antara satu sama lainnya tergantung dari daerah asal dan media yang digunakan.[7]
 
Aksara i (ᯤ) dan u (ᯥ) hanya digunakan untuk suku kata terbuka, misal pada kata dan ina ᯤᯉ dan ulu ᯥᯞᯮ. Untuk suku kata tertutup yang diawali dengan bunyi i atau u, digunakanlah aksara a (ᯀ atau ᯁ) bersama diaktirik untuk masing-masing vokal, misal pada kata indung ᯀᯪᯉ᯲ᯑᯮᯰ dan umpama ᯀᯮᯔ᯲ᯇᯔ.[33]
 
Dalam penulisan Karo, bunyi sengau m, n, dan ng sebelum konsonan b, c, d, g, j, k, dan p/ tidak ditulis. Karena itu, kata seperti ''panta'' hanya ditulis ''pata'' {{btk|ᯇᯗ}}.
-->
=== Diakritik ===
Diakritik ('''''anak ni surat''''') adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan, bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="uni"/>
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | ''Anak ni Surat''
|-
! style="text-align: center"|
! -i
! -u
! -é{{ref label|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"|1}}
! -e{{ref label|/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"|2}}
! -o
! -ou
! -ng
! -h
! pemati
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Karo
| [[Berkas:Batak sign I-1.svg|40px|link=|alt=-I]]<hr>[[Berkas:Batak sign I-2.svg|40px|link=|alt=-I]]
| [[Berkas:Batak sign O-1.svg|40px|link=|alt=-U]]
| [[Berkas:Batak sign E-2.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign E-1.svg|40px|link=|alt=-E]]
| [[Berkas:Batak sign E-3, O-2.svg|40px|link=|alt=-O]]<hr>[[Berkas:Batak sign O-3.svg|40px|link=|alt=-O]]
!
| [[Berkas:Batak sign Ng.svg|40px|link=|alt=-Ng]]
| [[Berkas:Batak sign H.svg|40px|link=|alt=-H]]
| [[Berkas:Batak sign mute-2.svg|40px|link=|alt=-]]
|- style="text-align: center"
| kelawan
| sikurun
| ketéléngan
| kebereten
| ketolongen
!
| kebincaren
| kejeringen
| penengen
|}
 
Tabel berikut menunjukkan bagaimana diakritik melekat pada aksara dasar ka dalam masing-masing varian aksara:
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | ''Ina ni Surat'' Ka + ''Anak ni Surat''
|-
! style="text-align: center"|
! ka
! ki
! ku{{ref label|3|3}}
! ké{{ref label|/e/ sebagaimana e dalam kata "enak"|1}}
! ke{{ref label|/ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"|2}}
! ko
! kou
! kang
! kah
! k
|- style="text-align: center"
! rowspan="2"| Karo
| [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|33px|link=|alt=Ka]]
| [[Berkas:Batak Ki-1.png|40px|link=|alt=Ki]]<hr>[[Berkas:Batak Ki-2.png|40px|link=|alt=Ki]]
| [[Berkas:Batak Ko-1, Ku-1.png|40px|link=|alt=Ku]]
| [[Berkas:Batak Ke-1.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ke-3.png|40px|link=|alt=Ke]]
| [[Berkas:Batak Ke-2, Ko-2.png|40px|link=|alt=Ko]]<hr>[[Berkas:Batak Ko-3.png|40px|link=|alt=Ko]]
!
| [[Berkas:Batak Kang.png|40px|link=|alt=Kang]]
| [[Berkas:Batak Kah.png|40px|link=|alt=Kah]]
| [[Berkas:Batak K-1 (Karo).svg|33px|link=|alt=K]]
|- style="text-align: center"
!
| kelawan
| sikurun
| ketéléngan
| kebereten
| ketolongen
!
| kebincaren
| kejeringen
| penengen
|}
== Contoh teks ==
Berikut adalah sebuah ratapan Karo pada bambu dari koleksi Museum fur Völkerkunde Berlin no. IC 39908a. Alih aksara dan terjemahan disadur dari Kozok (1999):{{sfn|Kozok|1999|pp=122-124}}
{| class="wikitable"
|-
! style="text-align: center"| Aksara Karo
! style="text-align: center"| Alih aksara Latin
! style="text-align: center"| Terjemahan
|-
|{{batk|ᯔᯂᯀᯪᯛᯨᯀᯒᯪᯂᯬᯗᯩᯉᯬᯆᯪᯞᯰᯆᯪᯞᯰᯂᯪᯉ᯳ᯆᯬᯞᯬᯱᯗᯎᯉ᯳ᯀᯩᯢ}}
|maka io ari kuté nu bilang-bilang kin buluh tagan énda
|inilah ratap tangis di bambu yang menjadi tabung
|-
|{{batk|ᯔᯉ᯳ᯀᯪᯝᯉ᯳ᯉᯬᯒᯪᯉᯬᯒᯪᯂᯧᯉ᯳ᯀᯗᯩᯔᯧᯘᯬᯋᯪᯞᯒᯧᯝᯑᯪᯝᯑᯪ}}
|man ingan nuri-nuriken até mesui la erngadi-ngadi
|sebagai tempat untuk menceritakan penderitaanku yang tiada habisnya
|-
|{{batk|ᯘᯪᯔᯉ᯳ᯗᯬᯒᯪᯉ᯳ᯂᯧᯉ᯳ᯔᯔᯘᯪᯂᯒᯨᯂᯒᯨᯔᯧᯒ᯳ᯎᯉᯆᯧᯒᯩᯘᯪᯆᯪᯒᯪᯰ}}
|si man turinken mama si karo-karo mergana beré simbiring
|tentang aku yang bermarga Karo-karo, yang marga ibunya (''beré'') Simbiring
|-
| {{batk|ᯘᯪᯞᯇᯘ᯳ᯔᯧᯞᯬᯔᯰ}}
|si lampas melumang
|yang lekas menjadi yatim piatu
|-
| {{batk|ᯘᯪᯗᯧᯒ᯳ᯆᯆᯀᯗᯩᯔᯧᯘᯬᯋᯪᯞᯒᯧᯝᯑᯪᯝᯑᯪ}}
|si terbaba até mesui la erngadi-ngadi
|yang penderitaannya tiada habis
|-
| {{batk|ᯇᯧᯝᯪᯢᯨᯂᯬᯞᯔᯧᯀᯬᯞᯪ}}
|péngindoku la mehuli
|nasibku yang malang ini
|-
| {{batk|ᯉᯢᯩᯆᯪᯆᯪᯂᯬᯂᯒᯪᯉᯂᯗᯂᯬ}}
|nandé bibiku karina kataku
|wahai nandé dan bibiku semua, kataku
|-
| {{batk|ᯀᯩᯢᯗᯬᯒᯰᯂᯬᯗᯬᯒᯪᯂᯧᯉ᯳}}
|énda, turang, kuturiken
|inilah, sayang, tuturanku
|}
 
== Kalender Karo ==
=== Nama-nama hari ===
Nama-nama hari pada [[suku Karo]] apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata [[bahasa Sanskerta]]. Setiap hari dari [[tanggal]] itu mempunyai makna atau pengertian tertentu. Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, [[berperang]] ke medan laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya. selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok. Di sinilah besarnya peranan "[[guru]] si beloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan serasi), yang dengan perhitungannya secara saksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.
 
Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
{{Col|2}}
# ''Aditia''<!-- adalah hari/wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)-->
# ''Suma''<!-- adalah hari/wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara''<!-- adalah hari/wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.-->
# ''Budaha''<!-- adalah hari/wari si empat nahe, wari page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.-->
# ''Cukra enem''<!-- adalah malam/berngi hari/wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.-->
# ''Belah naik''<!-- adalah hari/wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli, banci erkata gendang.-->
# ''Aditia naik''<!-- adalah hari/wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.-->
# ''Sumana siwah''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.-->
# ''Nggara sepuluh''<!-- adalah hari/wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.-->
# ''Budaha ngadep''<!-- adalah hari/wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.-->
# ''Beras pati tangkep''<!-- adalah hari/wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.-->
# ''Cukera dudu (lau)''<!-- adalah hari/wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.-->
# ''Belah purnama raya''<!-- adalah hari/wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.-->
# ''Tula''<!-- adalah hari/wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.-->
# ''Suma cepik''<!-- adalah hari/wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara enggo tula''<!-- adalah hari/wari mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.-->
# ''Budaha gok''<!-- adalah hari/wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari untuk menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.-->
# ''Cukra si 20''<!-- adalah hari/wari Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata gendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.-->
# ''Belah turun''<!-- adalah hari/ wari untuk buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.-->
# ''Aditia turun''<!-- adalah hari/wari erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.-->
# ''Sumana mate''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.-->
# ''Nggara simbelin''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna si mehuli.-->
# ''Budaha medem''<!-- adalah hari/wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.-->
# ''Beras pati medem''<!-- adalah hari/wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.-->
# ''Cukrana mate''<!-- adalah hari buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.-->
# ''Mate bulan ngulak''<!-- adalah hari untuk buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.-->
# ''Dalan bulan''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, simehuli tupuk.-->
# ''Sami sara''<!-- adalah hari/wari nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man nini-nini, nendungi guru.-->
{{EndDiv}}
=== Nama-nama bulan ===
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:
* Bulan ''Sipaka sada'' merupakan bulan [[kambing]]
* Bulan ''Sipaka dua'' merupakan bulan [[lembu]]
* Bulan ''Sipaka telu'' merupakan bulan ''gaya'' ([[cacing]])
* Bulan ''Sipaka empat'' merupakan bulan ''padek'' ([[katak]])
* Bulan ''Sipaka lima'' merupakan bulan ''arimo'' ([[harimau]])
* Bulan ''Sipaka enem'' merupakan bulan ''kuliki'' ([[elang]])
* Bulan ''Sipaka pitu'' merupakan bulan [[kayu]]
* Bulan ''Sipaka waluh'' merupakan bulan ''tambok'' ([[kolam]])
* Bulan ''Sipaka siwah'' merupakan bulan ''gayo'' ([[kepiting]])
* Bulan ''Sipaka sepuluh'' merupakan bulan ''belobat'', ''baluat'' atau ''balobat'' (sejenis alat musik tiup)
* Bulan ''Sipaka sepuluh sada'' merupakan bulan [[batu]]
* Bulan ''Sipaka sepuluh dua'' merupakan bulan ''binurung'' ([[ikan]])
 
== Kebudayaan tradisional ==