Zirah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Verosaurus (bicara | kontrib) Tag: Pembatalan |
Verosaurus (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Marksburg03.jpg|jmpl|220px|Zirah dan senjata dari Eropa.]]
[[Berkas:January 20 riot cops D.C..jpg|ka|220px|jmpl|Polisi anti huru-hara di [[Washington D.C.]], [[Amerika Serikat]] mengenakan pakaian perlindungan yang merupakan tipe zirah masa modern.]]
'''Zirah''' ([[bahasa Inggris]]: ''Body armor'') adalah [[pakaian]] atau lapisan pelindung yang dikenakan untuk melindungi tubuh maupun kendaraan dari [[senjata]] atau benda yang dapat memberi luka fisik. Istilah zirah identik dengan pakaian perlindungan untuk berperang pada zaman dahulu, meskipun pada masa modern [[polisi]] dan [[tentara]] juga menggunakan zirah yang lebih ringan dan fleksibel.
Dalam perkembangannya, zirah berkembang dari sekadar pakaian berbahan dasar kulit tebal (misalnya kulit [[trenggiling]]), kemudian lempengan logam yang dibentuk sesuai tubuh (misalnya [[kuiras]]), sampai yang termaju adalah [[rompi anti peluru]]. Saat ini yang dianggap sebagai baju zirah umumnya adalah baju besi. Pembagian jenis baju zirah yang terkenal adalah baju zirah dari jalinan rantai ([[zirah rantai]]), berbentuk sisik ([[zirah sisik]]), dan lempengan padat ([[zirah lempeng]]).
== Zirah di Nusantara ==
Baju zirah juga digunakan di Nusantara. Akan tetapi, tidak semua prajurit memakai baju zirah. Baju zirah umumnya dikenakan oleh raja, bangsawan, dan prajurit yang lebih kaya atau berpangkat tinggi. Catatan awal mengenai baju zirah ada di [[Tarumanagara#Prasasti Jambu|prasasti Jambu]] (prasasti Pasir Koleangkek) dari abad ke-5 Masehi:
<blockquote>''śrīmān=dātā kṛtajño narapatir=asamo yah purā [tā]r[ū]māya[ṃ] / nāmnā śrīpūrṇṇavarmmā pracuraripuṡarābhedadyavikhyātavarmmo /'' ''tasyedam=pādavimbadbadvayam=arinagarotsāda ne nityadakṣam / bhaktānām yandripāṇām=bhavati sukhakaraṃ śalyabhūtaṃ ripūṇām.''<br><br>“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin yang tiada taranya – Yang Termashur Sri Purnnawarman – yang sekali waktu (memerintah) di Taruma, dan yang [[Baju zirah|baju zirahnya]] terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”''.''<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/prasasti-jambu-prasasti-pasir-koleangkak/|title=Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak)|last=bpcbbanten|date=2019-12-23|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten|language=en-US|access-date=2020-08-02}}</ref></blockquote>
Orang Cina mencatat bahwa pakaian perang yang terbuat dari tembaga yang dicetak digunakan negara di pantai barat [[Kalimantan]] yang disebut Pu-ni (kemungkinan [[Brunei Darussalam|Brunei]]):<blockquote>
"Jika bertempur mereka membawa pedang dan mengenakan baju pelindung untuk melindungi dada dan punggung mereka. Baju ini berbentuk tabung panjang dan dibuat dari tembaga yang dicetak."</blockquote>[[Kakawin Ramayana]] (sekitar 870 M), yang merupakan versi Jawa dari epos [[Ramayana]] karya Valmiki (sekitar 500 tahun SM), menyebutkan pakaian dan zirah yang mencerminkan zamannya. Seorang anggota keluarga kerajaan disebutkan mengenakan mahkotanya, ''padaka'' (kerah, medali, atau pelindung dada), ''karambalangan'' (korset atau [[plastron]]) dan menggunakan baju besi berlapis emas bahkan dalam pertempuran.<ref>{{Cite journal|last=Tjoa-Bonatz|first=Mai Lin|date=2019|title=Art historical and Archaeometric Analyses of Ancient Jewellery (7–16th C.) : The Prillwitz Collection of Javanese Gold|url=https://journals.openedition.org/archipel/1018?lang=en|journal=Java: Arts and Representations|volume=|issue=|pages=19-68|doi=}}</ref>
Menurut Irawan Djoko Nugroho, baju itu di [[Jawa]] disebut sebagai ''kawaca'' dan digunakan oleh prajurit yang lebih kaya.<ref group="Catatan">''Kawaca'' memiliki dua makna. Yang pertama adalah kemeja yang dikenakan oleh para rohaniawan, yang lainnya berarti baju besi. Lihat Nugroho, Irawan Djoko (2011). hal. 386.</ref> Baju pelindung ini berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak. Walaupun begitu, prajurit yang lebih miskin pergi berperang dengan telanjang dada.<ref>{{Cite book|last=Groeneveldt|first=W.P.|year=1877|title=Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Sources|location=Batavia|publisher=Transactions of the Batavian Society of Arts and Science|isbn=|pages=}}</ref> Jenis [[baju zirah]] lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan ''karambalangan'' (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|location=|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=9786029346008|pages=}}</ref>{{Rp|202}}<ref name=":1">{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 August 2018|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|website=Nusantara Review|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=14 August 2019}}</ref><ref name=":4">Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref> Dalam [[Kidung Sunda]] pupuh 2 bait 85 dijelaskan bahwa mantri-mantri (menteri atau perwira) Gajah Mada mengenakan baju besi dalam bentuk zirah rantai atau [[plastron]] dengan hiasan emas dan mengenakan pakaian kuning,<ref name=":5">Berg, C. C., 1927, ''Kidung Sunda''. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen, ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|103}} sedangkan dalam Kidung Sundayana pupuh 1 bait 95 disebutkan bahwa Gajah Mada mengenakan ''karambalangan'' berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref name=":4" /><ref name=":1" />
Majapahit memiliki pasukan elit yang disebut ''Bhayangkara''. Tugas utama pasukan ini adalah untuk melindung raja dan kaum bangsawan, namun mereka juga dapat diterjunkan ke pertempuran jika diperlukan. [[Hikayat Banjar]] mencatat perlengkapan ''Bhayangkara'' di istana Majapahit, termasuk pelindung dan senjatanya:<blockquote>... dengan perhiasannya orang ber[[baju rantai]] empat puluh serta pedangnya ber[[kopiah]] taranggos sachlat merah, orang membawa [[Senapan sundut|astengger]] [senapan sundut] empat puluh, orang membawa perisai serta pedangnya empat puluh, orang membawa dadap [perisai rotan] serta sodoknya [senjata mirip tombak dengan mata lebar] sepuluh, orang membawa panah serta anaknya sepuluh, yang membawa tombak rampukan bersulam emas empat puluh, yang membawa tameng Bali bertulis air empat puluh.
— Hikayat Banjar. 6.3</blockquote>Putra [[Afonso de Albuquerque]] menyebutkan persenjataan [[Perebutan Melaka (1511)|Melaka setelah kejatuhannya pada tahun 1511]]: Ada senapan ''matchlock'' besar ([[arquebus Jawa]]), sumpitan beracun, busur, panah, baju berlapis besi (''[[Baju lamina|laudeis de laminas]]''), tombak Jawa, dan jenis senjata lainnya.<ref>{{Cite book|last=The son of Afonso de Albuquerque|first=|year=1557|title=Comentários de Afonso de Albuquerque|location=Lisboa|publisher=|isbn=|pages=}}</ref><ref name=":52">{{Cite book|last=Albuquerque|first=Afonso de|year=1875|title=The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774|location=London|publisher=The Hakluyt society|isbn=|pages=}}</ref>{{rp|127}} Dua komunitas etnis terkait di [[Sulawesi Selatan]], [[suku Bugis]] dan [[Suku Makassar|Makassar]], juga mengadopsi baju besi rantai yang mereka sebut sebagai ''waju'' ''rante'' atau ''waju'' ''ronte''. Zirah ini dibuat oleh untaian cincin besi yang diikatkan satu sama lain, yang membuatnya mirip dengan rajutan.<ref>{{Cite book|last=Hamid|first=Pananrangi|year=1990|title=Senjata Tradisional Daerah Sulawesi Selatan|location=|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|39}} Selama bertahun-tahun peperangan, tentara Bugis dan Makassar, mengenakan zirah rantai dan membawa [[senapan lontak]] yang mereka buat sendiri, mendapatkan reputasi yang hebat untuk keganasan dan keberanian mereka.<ref>{{Cite book|last=Marsden|first=William|date=|year=1966|title=A History of Sumatra|location=Kuala Lumpur|publisher=|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|209}}
[[Suku Nias]] membuat baju zirah tradisional mereka yang disebut [[Baru Öröba|''Baru'' ''Öröba'']].<ref>{{Cite web|last=Yayasan Pustaka Nias|first=|date=|title=Warriors Armor “Öröba Si’öli”|url=https://museum-nias.org/en/?artwork=warriors-armor-oroba-sioli|website=Nias Heritage Museum|archive-url=|archive-date=|access-date=29 February 2020|url-status=live}}</ref> Contoh yang paling awal dari baju pelindung ini terbuat dari kulit [[buaya]]. Setelah buaya tidak dapat ditemukan lagi di habitat alaminya di Nias, bahannya diganti dengan logam yang dipalu.<ref>{{Cite web|title=Armor (Öroba) {{!}} Yale University Art Gallery|url=https://artgallery.yale.edu/collections/objects/160016|website=artgallery.yale.edu|access-date=2020-02-29}}</ref> Orang Sunda memiliki kata yang disebut ''kutang'', yang dapat diartikan kaus dalam atau ''breastplate'' (zirah dada/plastron).<ref>{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|date=1852|url=http://wallace-online.org/converted/pdf/1852_Crawfurd_WS5.2.pdf|title=A Grammar and Dictionary of the Malay Language|location=London|publisher=Smith, Elder, and co.|isbn=|pages=83|url-status=live}}</ref><gallery mode="packed" widths="170" heights="170">
Berkas:Seated Male Deity Holding a Cuirass (Chest Armour) last quarter of the 10th–first half of the 11th century.jpg|Patung dewa memegang sebuah [[kuiras]], dari [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]], pada masa sebelumnya (abad ke-10 sampai ke-11).
Berkas:Patung Candi Singasari Baju Besi.jpg|Baju besi dari sebuah patung candi di Singasari.
Berkas:Malay war dress baju rantai or baju besi.jpg|Baju rantai Melayu.
Berkas:Malay war dress baju lamina and kechubong.jpg|Baju lamina dan kechubong (helm perang) [[orang Melayu]].
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een man van Nias in krijgskleding met op de achtergrond een springsteen TMnr 10005457.jpg|Prajurit Nias dengan [[pemuras]]
</gallery>
== Jenis zirah ==
Baris 15 ⟶ 35:
=== Zirah rantai ===
{{main|Zirah rantai}}
Pada zaman dahulu, jenis zirah rantai adalah baju zirah yang paling fleksibel. Dibuat dari cincin-cincin yang salin sambung dan dijalin hingga seperti kaus, disebut ''hauberk''. Banyak terlihat digunakan oleh orang-orang Gaul ([[
Rantai zirah ini cenderung pecah jika menghadapi tusukan, atau bahkan jika menghadapi tebasan yang cukup kuat. Karena sifatnya yang fleksibel maka pemakainya masih rentan terhadap senjata-senjata tumpul seperti tongkat, gada, atau pentungan.
Baris 42 ⟶ 62:
Pada perang dunia pertama terdapat sepasukan kekaisaran Jerman yang menggunakan baju zirah ini untuk memberikan perlindungan pada badannya, terutama karena belum adanya rompi anti peluru.
==
<references group="Catatan" />
== Lihat juga ==
{{commonscat|Armour}}
* [[Baju halkah]]
Baris 51 ⟶ 74:
* [[Zirah lamela]]
== Referensi ==
<references />{{Elements of Medieval armor}}{{Senjata Indonesia}}
[[Kategori:Zirah| ]]
[[Kategori:Perang]]
|