Budaya Timor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k clean up
Baris 7:
 
== Kekerabatan ==
Sebagian besar masyarakat Timor menerapkan sistem kekerabatan [[patrilineal]]. Hanya di wilayah [[Kabupaten Belu|Belu]] bagian utara yakni Fialaran dan Lamaknen (semuanya berawal dari Leluhur Pertama Perempuan di Puncak Gunung Lakaan bernama Dasi Laka Lorok Kmesak) dan selatan, lalu Bobonaro, juga Wehali dan [[Suai]] yang menggunakan sistem kekerabatan [[matrilineal]]. Loro atau Lorok adalah Gelar Bangsawan Tertinggi tradisional di Pulau Timor sebelum penjajahan Belanda dan Portugis yang kadang turut memecah belah kesatuan Orang Timor. Masyarakat Timor menjadikan [[Mahar|mas kawin]] sebagai penentu tingkat kekerabatan antara [[marga]] suami dan margag isteri serta anak-anaknya. Tiap marga juga memiliki [[kelas sosial]] dalam bentuk hak-hak dan kewajiban-kewajiban tiap anggota marganya. Orang Timor menjadi anggota suatu marga tertentu yang patrilineal. Seorang anak wajib mengikuti marga ayahnya secara adat setelah mas kawin ibunya dilunasi oleh ayahnya. Selain itu, istri tersebut juga menjadi anggota dari marga suaminya. Jika suaminya meninggal, maka ia harus kawin secara [[yibbum]] untuk mendapatkan kembali nama marga suaminya. Hanya anak laki-laki yang menerima hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam suatu marga sebagai penerus nama keluarga. Jika dalam keluarga hanya ada anak perempuan, maka hak-hak dan kewajiban dibebankan kepada kerabat dekat ayahnya. Dalam masyarakat Timor, hak-hak dan kewajiban-kewajiban berhubungan dengan pembagian warisan dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan.{{Sfn|Windiyarti|2006|p=37}}
 
== Persalinan ==
Baris 13:
 
== Mata pencaharian ==
Sebagian besar penduduk Timor [[Budi daya|bercocok tanam]] di ladang. Jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu jagung, padi, ubi kayu, keladi, labu, sayur-sayuran, kacang hijau, kedelai, bawang, tembakau, kopi, dan jeruk. Tanah yang digarap adalah hutan atau bekas hutan yang pohon-pohon telah ditebang dan semak-semaknya telah dibakar. Setelh itu, tanah dicangkul dan dibajak. Para petani bebas memilih tempat untuk bercocok tanam. Satu bidang tanah dapat ditanami selama dua hingga lima tahun. Penggarapan tanah dilakukan oleh satu keluarga atau beberapa keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.{{Sfn|Windiyarti|2006|p=39}} Laki-laki bertugas membersihkan dan membakar hutan, membajak tanah, memagari batas lahan dan menyiangi tanaman. Pekerjaan menanam benih dan memanen hasil adang dilakukan oleh perempuan. Sebagian kecil wilayah melakukan pekerjaan bercocok tanam secara perseorangan atau hasil kerja sama antar anggota dalam satu keluarga saja.{{Sfn|Windiyarti|2006|p=40}}
 
Selain bercocok tanam, masyarakat Timor juga beternak sapi, kerbau, kuda, kambing. dan unggas. Kepemilikan ternak menjadi kepemilikan bersama antar anggota dalam sebuah rumah tangga. Ternak diwariskan kepada anak laki-laki yang sudah dewasa apabila ayahnya meninggal. Jika dalam keluarga hanya terdapat anak perempuan, maka ternak diwariskan kepada saudara laki-laki ayahnya atau anak laki-laki saudara perempuan ayahnya. Masyarakat yang berada di wilayah pesisir bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan-ikan kecil, kerang, dan teripang. Selain hasil alam, masyarakat Timor juga membuat kerajinan tangan [[tenun ikat]] dan anyaman keranjang. Mereka juga membuat ukiran pada tiang-tiang rumah, kulit kerbau, tanduk kerbau, tempurung kelapa, dan bambu. Kerajinan berbahan perak dibuat oleh orang Roti yang berasal dari Ndau. Mereka membuat kalung, getang, [[giwang]], piring, dan perhiasan. Kegiatan perdagangan dilakukan seminggu sekali di pasar yang ada di tiap desa. Hewan ternak dan hasil hutan dijual melalui pelabuhan [[Kota Kupang|Kupang]].{{Sfn|Windiyarti|2006|p=40}}