Maria Magdalena: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Templat dengan kontrol karakter Unicode) |
||
Baris 167:
Dalam tafsiran Paus Gregorius, tujuh roh jahat yang diusir Yesus dari dalam diri Maria Magdalena ditransformasikan menjadi [[tujuh dosa pokok]] menurut ajaran Gereja Katolik pada Abad Pertengahan,{{sfn|Morrow}}{{sfn|Haskins|2005|page=14}} sehingga Maria Magdalena "bukan hanya bersalah karena mengumbar syahwat, melainkan juga karena sombong dan tamak."{{sfn|Morrow}} Aspek pendosa yang bertobat menjadi nyaris sama pentingnya dengan aspek murid dalam ''persona'' Maria Magdalena sebagaimana yang digambarkan dalam seni rupa dan seni sastra keagamaan Dunia Barat, selaras dengan pengutamaan [[penitensi]] dalam teologi Abad Pertengahan. Dalam legenda keagamaan yang muncul kemudian, riwayat Maria Magdalena dicampuradukkan dengan riwayat [[Maria dari Mesir|Santa Maria dari Mesir]], seorang pelacur yang bertobat dan menjadi pertapa. Menurut Susan Haskins, penulis buku ''Mary Magdalene: Myth and Metaphor'', citra Maria Magdalena dengan jati diri campur aduk ini "akhirnya mengekal...selama hampir seribu empat ratus tahun,"{{sfn|Haskins|2005|page=95}} kendati sesungguhnya keterangan-keterangan populer terpenting mengenai riwayat Maria Magdalena yang muncul pada Akhir Abad Pertengahan menggambarkannya sebagai seorang perempuan berlimpah harta yang bebas mengumbar hawa nafsu demi kesenangan belaka.{{sfn|Johnston|2012|page=64}} Jati diri campur aduk Maria Magdalena ini terbawa-bawa sampai ke dalam teks-teks misa pada hari peringatannya. Dalam teks [[Misa Tridentina]] untuk hari peringatan Maria Magdalena, [[doa pembuka]] berisi pernyataan yang nyata-nyata menyamakannya dengan Maria dari Betania, yakni dengan menyebutnya sebagai saudari Lazarus, sementara bacaan injil berisi kisah tentang perempuan yang bertobat dan melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi.{{sfn|Missale Romanum|1962}}
Jati diri yang "campur aduk" ini tidak pernah diterima di kalangan [[Gereja Ortodoks Timur]], yang hanya menyoroti pribadi Maria Magdalena sebagai salah seorang murid Yesus, dan percaya bahwa ia tinggal bersama Bunda Maria sesudah kebangkitan Yesus. Bahkan tidak semua orang di Gereja Barat membenarkan anggapan ini. Tarekat [[Benediktin]] senantiasa memperingati Maria dari Betania bersama-sama dengan Marta dan Lazarus setiap tanggal 29 Juli, sementara Maria Magdalena diperingati setiap tanggal 22 Juli.{{sfn|Ibenedictines.org}} Bukan hanya Yohanes Krisostomus di Gereja Timur (''Matius, Khotbah 88''), melainkan juga Ambrosius di Gereja Barat (''De virginitate'' 3,14; 4,15), yang berpandangan bahwa Maria Magdalena adalah seorang perawan alih-alih pelacur manakala membahas tentang dirinya selepas kebangkitan Yesus Kristus.{{sfn|Hufstader|
Menurut salah satu tradisi Gereja Timur yang didukung oleh uskup dan sejarawan Gereja Barat, [[Gregorius dari Tours]] (''ca.'' 538–594), Maria Magdalena dikabarkan hijrah menyertai Bunda Maria ke [[Efesus]] di [[Asia Kecil]], dan tinggal bersama di kota itu sampai akhir hayat mereka.{{sfn|Foss|1979|page=33}} Gregorius dari Tours meriwayatkan bahwa Maria Magdalena wafat dan dikuburkan di kota Efesus.{{sfn|Foss|1979|page=33}} [[Modestus dari Yerusalem|Modestus]], [[Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem|Batrik Yerusalem]] dari tahun 630 sampai tahun 634, mengemukakan sebuah tradisi yang sedikit berbeda bahwasanya Maria Magdalena hijrah ke Efesus dan tinggal bersama Rasul Yohanes sepeninggal Bunda Maria.{{sfn|Foss|1979|page=33}}
Baris 213:
[[Berkas:RubensSimonCyreneCarriesCross.jpg|jmpl|upright=1.3|''[[Kristus dan Para Pendosa Yang Bertobat]]'' (1617) karya [[Peter Paul Rubens]] adalah contoh tipikal penggambaran Maria Magdalena pada era [[Barok]], yang sengaja menonjolkan daya pikatnya dan mengaburkan batasan-batasan yang memisahkan seni rupa religius dari [[seni rupa erotis]].{{sfn|Maisch|1998|pages=63–65}}]]
Pada tahun 1517, menjelang [[Reformasi Protestan]], tokoh [[humanis Renaisans]] Prancis terkemuka, [[Jacques Lefèvre d'Étaples]], menerbitkan bukunya yang berjudul ''De Maria Magdalena et triduo Christi disceptatio'' (''Perbedaan Pendapat Perihal Maria Magdalena dan Tiga Hari Kristus''). Dalam buku ini, ia menyanggah pandangan yang menyamakan Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan perempuan berdosa tanpa nama dalam Injil Lukas.{{sfn|Hufstader|
Pada masa [[Reformasi Katolik|Kontra Reformasi]], ajaran Gereja Katolik mulai menonjolkan citra Maria Magdalena sebagai seorang pendosa yang bertobat.{{sfn|Maisch|1998|page=65}}{{sfn|Haskins|2005|pages=251–252}}{{sfn|Mormando2|1999|pages=107-135}} Citranya sebagai pengayom dan pembela kian memudar,{{sfn|Maisch|1998|page=65}} dan laku silih yang dijalaninya kian dianggap sebagai aspek yang terpenting dari dirinya, teristimewa di Prancis dan daerah-daerah Katolik di kawasan selatan Jerman.{{sfn|Maisch|1998|page=65}} Ada sejumlah besar karya seni lukis dan seni pahat berlanggam [[Barok]] yang menggambarkan Maria Magdalena sedang menjalani laku silih,{{sfn|Maisch|1998|page=65}}{{sfn|Haskins|2005|pages=251–253}} kerap dalam keadaan telanjang bulat atau setengah telanjang, dan sangat menonjolkan kecantikannya yang menggiurkan.{{sfn|Maisch|1998|pages=63–65}} Syair-syair tentang pertobatan Maria Magdalena juga populer.{{sfn|Maisch|1998|pages=65–66}} Tanah-tanah pertuanan kaum ningrat dan raja-raja di kawasan selatan Jerman diperlengkapi dengan "sel Magdalena", yakni bangunan persemadian yang berfungsi ganda sebagai kapel sekaligus rumah tinggal, tempat kaum ningrat dapat berkhalwat bilamana hendak mencari ketenteraman batin.{{sfn|Maisch|1998|pages=67–70}} Sel-sel Magdalena lazimnya dibangun di tengah hutan, jauh dari rumah dan ladang-ladang mereka.{{sfn|Maisch|1998|page=67}} Tampilan luar bangunan-bangunan ini dibuat sedemikian rupa agar tampak tidak kukuh.{{sfn|Maisch|1998|page=67}}
|