Maulana Rahmat Ali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 5 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6 |
||
Baris 1:
[[Berkas:Rahmatali_alislam.jpg|jmpl|200px|ka|Maulana Rahmat Ali HA.OT.]]
'''Maulana Rahmat Ali, HA.OT''' atau biasa disebut '''Tuan Rahmat Ali''' (lahir pada 1893 - wafat [[31 Agustus]] [[1958]] di [[Rabwah]], [[Pakistan]]) adalah seorang [[Mubalig]] [[Jamaah Muslim Ahmadiyah|Ahmadiyah]] serta sahabat dari [[Mirza Ghulam Ahmad]]. Ia adalah mubalig Ahmadiyah pertama yang diutus ke [[Indonesia]] dari [[Qadian]], [[India]], oleh [[Khalifatul Masih]] II, [[Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad]].<ref>{{Cite web |url=http://www.alislam.org/indonesia/75thJAI.html |title=Salinan arsip |access-date=2007-04-26 |archive-date=2016-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160304060738/http://www.alislam.org/indonesia/75thJAI.html |dead-url=yes }}</ref> Ia dikenal sebagai ''Sang Penabur Benih'' Ahmadiyah di Indonesia, juga seorang yang memiliki kedudukan istimewa yaitu sebagai sahabat dari Mirza Ghulam Ahmad.<ref> Majelis Irfan (Tanya-Jawab) [[Khalifatul Masih]] IV di [[Masjid Fadhl]], [[London]] - Jumat, 14 Juli 2000).</ref>
== Riwayat hidup singkat ==
Baris 8:
== Masa bertugas di Indonesia ==
=== Tiba di Tapaktuan ===
Atas undangan pelajar-pelajar Indonesia yang sedang belajar di Qadian,<ref>{{Cite web |url=http://www.alislam.org/indonesia/75thJAI.html |title=Salinan arsip |access-date=2007-04-26 |archive-date=2016-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160304060738/http://www.alislam.org/indonesia/75thJAI.html |dead-url=yes }}</ref> tepatnya pada tanggal [[2 Oktober]] [[1925]], ia tiba pertama kali di [[Tapaktuan]], [[Aceh]], setelah sebelumnya ditahan di [[Sabang]], [[Aceh]], karena polisi mengira buku-buku agama berbahasa arab dan [[Bahasa Urdu|urdu]] yang ia bawa adalah buku doktrin [[komunisme]].<ref>Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari (1894-1994), hal. 63, 1994, Jemaat Ahmadiyah Indonesia</ref> Di latar belakangi kepercayaan akan datangnya [[Imam Mahdi]], dan surat yang sering dikirimkan para pelajar Indonesia di Qadian agar apabila utusan pertama dari Imam Mahdi datang supaya diterima baik-baik, tibanya Maulana Rahmat Ali rahmatullah. di pantai Tapaktuan disambut oleh ratusan penduduk yang menunggu kedatangan utusan Imam Mahdi. Di antara mereka ada yang menerima dan masuk menjadi pengikut Ahmadiyah. Selaku juru bahasa dalam bahasa Arab pada waktu itu adalah seorang pemuda bernama [[Maulana Abdul Wahid|Abdul Wahid]], yang kemudian hari pemuda tersebut belajar ke Qadian dan mewakafkan hidupnya menjadi Muballigh Ahmadiyah.<ref>Bunga Rampai Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (1925-2000), h.21</ref>
=== Di Tanah Minang ===
|