Sardjono Dipokusumo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
 
 
Tidak lama berselang setelah kepergian sang ayah, beberapa tahun kemudian Ibu Sukaptinah Sastrosuwarno menikah lagi dengan Bapak Notosukarto dan berganti nama menjadi Ibu Notosukarto, ia mengikuti tugas suaminya yang harus berpindah tugas ke beberapa tempat sebagai mantra guru sekolah rakyat. Jabatan terakhir yang dipegang adalah sebagai seorang kepala sekolah dan setelah pensiun kemudian memilih untuk menetap di daerah [[Godean, YogyakartaSleman]]. Ketika Sardjono kecil, ia diasuh oleh kakak ibunya yaitu Ibu Atmo Seduto, seorang pedagang yang juga dikenal sebagai “Mbah Solo”. Ibu Atmo Seduto menikah dengan seorang Abdi Dalem Keraton, Bapak Kabayan Atmo Seduto namun tidak dikaruniai keturunan, sehingga Ibu Atmo Seduto sangat sayang kepada Sardjono dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Sardjono menilai, Ibu Armo Seduto-lah yang mempunyai andil dalam membesarkan dan membantu ia menyelesaikan sekolahnya. Suatu pengorbanan yang luar biasa mengingat kondisi depresi negara pada tahun 1930.
 
== Riwayat Pendidikan ==
* Sekolah dasar di “Holland Javaansche School, “kota baruKotabaru,Jogyakarta pada tahun 1921-1928
* Sekolah menengah pertama di “Christelijke“[[SMA Bopkri 1 Yogyakarta|Christelijke Mulo School ]]“, Kotabaru Jogyakarta pada tahun 1928-1931,
* Sekolah menengah Atas di “[[SMA Negeri 3 Yogyakarta|Algmeene Middelbare School (AMS) Jogyakarta]] pada tahun 1931-1934
* [https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_lulusan_Technische_Hoogeschool_te_Bandoeng S1 Teknik Sipil - Technise Hoogeschool Bandung/Institut teknologi Bandung (ITB) 1934-1938]
== Keluarga ==
Sardjono menikah dengan Ibu Soekapti pada hari Selasa, 28 Maulud 139 H atau 7 Mei 1940 di Yogyakarta dan kemudian dikaruniai 7 putra dan putri.
 
Setelah menikah, Sardjono dan Seokapti merantau bekerja ke Surabaya. Pada tanggal 12 Maret 1941, lahir putri pertama mereka yang diberi nama Tati Purwani di rumah sakit Kedung Doro Surabaya. Pada tanggal 27 April 1942, mereka kembali dikaruniai putri kedua yang diberi nama Anny Herawati di Suryomentaraman, Yogyakarta.
Baris 21:
Sardjono lari dari Surabaya ke Yogyakarta pada tahun 1943 dan mengembara selama 6 bulan karena dicari oleh tentara Jepang. Pada saat pengembaraan tersebut, lahirlah putra ketiganya Tonny Rustam Effendy di [[Panembahan, Kraton, Yogyakarta|Sawojajar, Yogyakarta]] pada 14 Juni 1944.
 
Tahun 1946, pada saat Sardjono bekerja di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tanggal 24 Agustus ia dianugerahi putra keempat dan diberi nama Bobby Imam Santoso di SarwojajarSawojajar No. 12, Yogyakarta.
 
Menjelang serangam umum 1 Maret 1949 tepatnya pada tanggal 4 Februari, putra ke empat Harry Budiman lahir. Pada saat itu, Sardjono tengah berada di daerah pengungsian di sekitaran Yogyakarta. Tiga tahun kemudian, Sardjono yang saat itu telah pindah ke kota Jakarta, kembali dikarunai seorang anak laki-laki yang diberi nama Eddy Purnawarman pada tanggal 2 Februari 1952.
Baris 30:
 
=== Zaman Sebelum Perang Dunia ke-II (sampai tahun 1942) ===
Dunia organisasi sudah dimasuki Sardjono sejak masih di sekolah menengah pertama (MULO) dengan menjadi anggota “Indonesische“''Indonesische Padvinders Organisatie'' (INPO) suatu perkumpulan [[Gerakan Pramuka Indonesia|Pramuka Nasional]]. Setelah itu merambah juga keduniake dunia politik menjadi anggota perkumpulan “Indonesia Muda“ cabang Keresidenan Mataram. Dengan semangat [[Sumpah Pemuda]] yang baru dideklarasikan dua tahun yang lalu1928 untuk membebaskan dari penjajahan, Sardjono yang saat itu masih bersekolah di [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|sekolah Menengah Atas (AMS)]] (tahun 1930) selalu membekali dirinya dengan perkembangan politik,. iaIa senantiasa mendengarkan pidato-pidato milik Ir. Soekarno, Mr. [[Mohammad Yamin|Muhammad Yamin]], Mr.[[Ali Sastroamidjojo]], serta Mr. [[Amir Sjarifoeddin]] di Pendopo Joyodipuran, Yogyakarta.
 
Soekarno yang pada saat itu ditangkap oleh Belanda di Yogyakarta dan kemudian dipenjara di Bandung (Penjara Banceui). Pada waktu di pengadilan Seokarno selalu mengumandangkan pidato yang membangkitkan semangat,para pemuda hingga pada akhirnya Soekarno dan Hatta diasingkan ke Ende.
 
Pada tahun 1940 ketika awal [[Perang Dunia II|Perang Dunia ke-II]], Belanda jatuh ke tangan Jerman (Nazi),. saatSaat itu juga Jepang sudah mulai melakukan penaklukkan Asia Tenggara salah satunya dengan mengalahkan Amerika  ([[Perang Pasifik]]) melalui [[Pengeboman Pearl Harbor|penyerangan basis Amerika Serikat di Pearl Harbor (HawaiHawaii)]]. Sardjono kemudian masuk menjadi anggota partai politik “Parindra““[[Partai Indonesia Raya|Parindra]]“ cabang Surabaya (1940-1942) yang pada waktu itu dipimpin oleh Jenderal Sudirman sebagai pengurus besar partai tersebut.
 
=== Pada Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945) ===
Perang Pasifik berpengaruh terhadap gerakan kemerdekaan di Negara Asia Timur termasuk di Indonesia. Masa pendudukan Jepang dimulai sejak tanggal 8 maret 1942, ketika [[Perjanjian Kalijati|panglima tertinggi Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang]]. Sebenarnya, tujuan Jepang meduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber sumber alam terutama [[minyak bumi,]] gunauntuk mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Satu persatu wilayah Indonesia diduduki oleh Jepang. Beberapa perusahaan yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda mulai dialihkan menjadi perusahaan Jepang, termasuk pada perusahaan di mana Sardjono bekerja (''Surabaya Tekkosho''). Terjadi perlakuan kejam orang Jepang terhadap karyawan bangsa Indonesia. Sardjono menyatakan protes dengan keluar dari perusahaan untuk melajutkan perjuangan. Ia kemudian mengembara selama 6 bulan berpisah dengan keluarga ke Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta untuk menghindari kemungkinan penangkapan oleh ''Kenpetai'' (Polisi Militer Jepang).
 
Sardjono juga diam-diam melamar pekerjaan di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan, mendapat tugas dalam bidang riset industri kecil hingga akhirnya dianugerahi nama dan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Dipokusumo. Dengan pergantian nama baru tersebut, memudahkan ia luput dari kejaran tentara Jepang.
 
Perlawanan terhadap jepang terus dilakukan oleh bangsa Indonesia. Dengan telah menyerahnya Italia dan terus mundurnya Jerman dan Jepang dari Perang Dunia kedua, maka kekalahan Jerman dan Jepang sudah dapat diprediksi.
Baris 48:
 
=== Zaman Revolusi (1945-1949) ===
Pada tanggal 6 agustusAgustus 1945, [[Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki|Jepang di Bom oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki,]] Padadan pada tanggal 15 Agustus 1945, [[Menyerahnya Jepang|Jepang menyerah kepada Sekutu]] dan akhirnya terwujudlah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia]] pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta.
 
Atas instruksi dari Jakarta, kemudian dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah yang bertugas memimpin pengambilan alih kekuasaan Jepang. Ketua KNI pada saat itu adalah [[Mohammad Saleh (disambiguasi)|Mohamad Saleh,]] dengan anggota KNI antara lain Soegiyono Yosodiningrat, Abdul Hamid BKN (Muhamadiyah[[Muhammadiyah]]), Sudarisman[[Soedarisman Poerwokoesoemo|Soedarisman PurwokusumoPoerwokusumo]]. Sardjono sebagai anggota KNI ditugasi untuk mengambil alih perusahaan milik Belanda yang kemudian diambil oleh Jepang (berbagai macam industri, pabrik gula, perusahaan listrik, dsb).
 
Untuk penyelenggaraan perusahaan daerah maka dibentuklah Panitia Penyelenggara Perusahaan Daerah Jogyakarta (PPPDJ). Sardjono ditunjuk sebagai ketuanya dan dalam perkembangannya badan tersebut berubah menjadi Kantor Oeroesan Perusahaan Perusahaan (KOPP). Selanjutnya berubah menjadi Badan Industri Negara (BIN) yang lingkup pelayanannya tersebar di seluruh Indonesia dan ia duduk sebagai direktur utama sampai dihapusnya badan ini pada tahun 1949. Bekas pengurus badan antara lain Prof Ir. Ali Djoyoadinoto, Ir. Tjokronolo, Lacuba, Adam Basori dll.
 
Pada tahun 1946, Sardjono mendirikan kursus perindustrian guna menambah tenaga pimpinan perusahaan industri. Ia juga mensponsori pendirian Persatuan kaumKaum Teknik (PKT) dan menjadi ketua umum pertama.  Pada  tahun 1947, iaIa diangkat menjadi anggota ''“Braintrust”'' Republik Indonesia, yaitu suatu badan untuk merencanakan kebijakan di bidang ekonomi dan Industri, sebagai bahan perundingan dengan Belanda, khususnya dalam kerangka persetujuan[[Perundingan Linggarjati|Persetujuan Linggarjati]] dan [[Perjanjian Renville|Renville]]. Badan ini diketuai oleh [[Mohammad Hatta]].
 
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Direktur Utama Badan Industri Negara ke Madiun bersama dengan Gubernur Jawa Timur, Suryo[[Ario Soerjo]], mereka hampir terbunuh oleh [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. Namun, pada perjalanan pulang dari Surabaya ke Yogyakarta, Gubernur SuryoSoerjo tewas terbunuh.
 
=== Perjalanan di Daerah Gerilya (1945-1949) ===
Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka pada tahun 1945, Belanda tetap melakukan agresi militer yang Belanda sebut sebagai “Aksi Ketertiban Umum Belanda”. Mereka menganggap wilayah Indonesia masih dalam wilayah Hindia Belanda bukan wilayah Indonesia yang berdaulat, sehingga terjadilah kekejaman tentara belanda terhadap rakyat Indonesia yang menyebabkan pertempuran dan perlawanan kepada pihak Belanda.
 
Dalam penyerbuan Belanda ke Yogyakarta (''Politioneele Actie'' II), Sardjono turut membantu Pemerintah Darurat RI dengan menjadi penasihat Markas Besar Angkatan daratDarat (MBAD) dengan pangkat Letnan Kolonel Tituler. Ia melakukan perang geriliya sekitar Yogyakarta dan Solo, sampai perang Belanda selesai pada tahun 1949.
 
Perang geriliya dimulai dari kota ke desa Jurug, kurang lebih 5 km sebelah selatan Kota Yogyakarta, dimanadi mana Badan Industri Negara pernah mempunyai cabang usaha. Pada saat perjalanan menuju Pos Gandog, ia bertemu dengan Letkol Soeharto beserta pasukannya.
 
Selanjutnya, Sardjono lari ke Wonokromo, dikarenakankarena adanya  patroli Belanda yang menyusuri daerah selatan Yogyakarta dan pada saat itu bertemu kembali  dengan Letkol Soeharto. Dari Wonokromo, geriliya dilanjutkan ke [[Imogiri, disanaBantul|Imogiri]] di mana ia bertemu dengan [[Zulkifli Lubis|Letkol Zulkifli Lubis]].
 
Selanjutnya Sardjono naik ke Gunung Kidul yang merupakan markas Mayor Hajid. Ia menyampaikan pesan Pak Harto[[Soeharto]] yang meminta bala bantuan, serayasambil menunggu kedatangan anggota dari Pemerintah Darurat RI yaitu Pak [[Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono|I.J. Kasimo]] dan Pak Panji[[Soeroso|Pandji SurosoSoeroso]]. Di daerah [[Wonosari, Gunungkidul|Wonosari]], [[Wiladeg, Karangmojo, Gunungkidul|Wiladeg]] dan [[Ngawis, Karangmojo, Gunungkidul|Ngawis]] tersebut Sardjono kemudian bertemu dengan [[Sutomo|Bung Tomo]], Sdr. Sudiro[[Soediro]], dan [[T.B. Simatupang|Kolonel T.B. Simatupang]]. Setelah bertemu dengan rombongan tersebut, iaIa mendapat tugas untuk menyusun laporan radio telegram ke Bukit Tinggi, mengenai keadaan Pemerintah Darurat di Jawa dan Medanmedan pertempuran. Di Ngawis, ia ditugasi untuk membuat bahan cadangan makanan/ ransum bagi para pejuang di garis terdepan.
 
=== Serangan Umum 1 Maret 1949 ===
Dua hari sebelum serangan[[Serangan Umum 1 Maret 1949]], Sardjono kedatangan seorang tamu bernama Bapak Sastro, yang merupakan ajudan dari Letkol Soeharto, yang memberitahu bahwa pada tanggal 1 Maret akan ada dilakukan serangan besar-besaran dan meminta supaya hal tersebut disiarkan ke Bukit[[Kota TinggiBukittinggi|Bukittinggi]] dan seterusnya keluar negeri, dengan catatan bahwa perlu diberitahukan, bahwa Yogya telah jatuh ditanganke tangan Indonesia.
 
Pada tanggal 1 Maret, kurir pembawa berita pertama datang dari kota dan mengabarkan bahwa serangan pertama telah sukses, Sardjono kemudian langsung mengirim berita tersebut melalui radio telegram ke Bukit TinggiBukittinggi. Tidak lama berselang, dapat kurir kedua yang memberitahu bahwa tentara Indonesia harus meninggalkan kota secepatnya. Atas pemberitahuan tersebut, Sardjono kemudian langsung mengkoreksi pesan dengan menyatakan: “Bahwa karena pertempuran-pertempuran di dalam kota meminta korban terlalu banyak diantara penduduk, tentara kita tarik keluar kota dimana pertempuran-pertempuran masih berlangsung“.
 
Ketika wilayah Wonosari diserang oleh Belanda, para tentara menghindar ke daerah [[Bayat, Klaten|Bayat (SoloKlaten),]] dan bertemu dengan [[Sardjito|Prof. Dr. Sardjito]] serta Dr. Sardjono. Dari Bayat, kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke [[Gantiwarno, Klaten|Gantiwarno]] dan [[Manisharjo, Bendosari, Sukoharjo|Manishardjo]] lalu kembali ke daerah Yogyakarta di Jiwan, Desa Pucung, dan akhinya singgah di kediaman bupatiBupati Sleman. Saat itu, Sardjono ikut serta dalam pertemuan antara Bupati Sleman dengan Letkol Soeharto, di daerah Yogyakarta bagian utara.
 
TakTidak berhenti disitu, Sardjono kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke daerah Pucung hingga ke wilayah [[Tempel, Sleman|Tempel]] dan Dekso bersamaan dengan Kapten Selo Ali,. Di disanasana mereka bertemu dengan Mayjen Soedarto.
 
Dari Dekso, mereka berpindah ke [[Kliripan]] dan tinggal di kediaman camat setempat tak lama memutuskan untuk kembali ke wilatah Dekso dan melintasi gunung hingga akhirnya bertemu dengan Kolonel T.B. Simatupang, Mr. Ali Budiardjo, dan Mayor Widyapranoto.
<br />
 
Baris 84:
 
=== Setelah Lulus dari [[Institut Teknologi Bandung|Technicshe Hoogeschool Bandung]] ===
Pada Tahun 1938, Sardjono bekerja pada ''N.V. Volkermaatschapay'', sebuah perusahaan pemborong sipil Belanda, ia ditugasi untuk melakukan supervisi di Palembang pada [[Pertamina|proyek kilang minyak ''Stanvac''  (plajuPlaju)]] dan jembatan “Ophaalbrug” (komeringKomering) dari PU pada tahun 1939–1940.
 
Pada Tahun 1940-1942, ia ditunjuk sebagai designer pada CV ''Machinfabrik & Constructiewerkplaats'' “De Vulkaan“ di [[Ngagel, Wonokromo, Surabaya|Ngagel, Surabaya]]. Pada saat itu, iaIa ditugasi untuk merencanakan berbagai bangunan untuk beberapa pabrik, ''onderneming'' (perkebunan swasta besar), jembatan, tangki, dan hanggar lapangan udara [[Morokrembangan, Krembangan, Surabaya|Morokrembangan]].
 
=== Protes Kepada Jepang ===
Baris 103:
 
=== Mengawal Perundingan dengan Pihak Belanda ===
Sardjono aktif sebagai anggota “Braintrust“ dari pemerintah RI, yang mengawal pembangunan dan perundingan dengan pihak Belanda.
 
=== Penganugerahan Pangkat Letnan Kolonel Tituler ===
Sardjono juga turut  membantu Pemerintah Darurat RI dan Tentara RI, dengan pangkat [[Letnan Kolonel (Indonesia)|Letnan Kolonel Tituler,]]. iaIa bergabung dalam Markas Besar Angkatan Darat (MBAD)
 
=== Ikut Mendirikan Dewan Ekonomi Indonesia Pusat (DEIP) (1950) ===
Merupakan sebuah badan yang memelopori [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia|Kamar Dagang Indonesia]]. Ketua pertama badan ini adalah Bapak Roedjito dari perusahaan asuransi[[Bumiputera 1912|Asuransi Bumi Putra]]. Sardjono ikut bergabung menjadi anggota pengurus sampai badan ini dilebur.
 
=== Pengalaman dengan Perusahaan Internasional ===
Pada tahun 1950–1951 setelah zaman kemerdekaan, Sardjono memasuki dunia swasta dengan menjadi Direktur pada perusahaan ''Joint Venture'' Indonesia–Italia yang mengimpor barang teknik dari [[Italia]], [[Jerman]] dan [[Swiss]] yaitu PT Electrodinamica.
 
Selanjutkan, ia mendirikan perusahaan bekerja sama dengan Ir. Omar Tosin di Tokyo yaitu perusahaan “Jakarta – Tokyo Consulting Berau“ pada tahun 1952-1954 yang bergerak dalam memberikan pengarahan dalam pendirian industri kecil.
 
=== Membangun Perusahaan Sendiri ===
Pada tahun 1954-1959, Sardjono mendirikan perusahaan bernama “Biro Insinyur Dan Konstruksi Baja“  yang membuat konstruksi baja dengan karya antara lain Vem di [[Pelabuhan Tanjung Priok|Tanjung Priok]], bangunan Pasar [[Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur|Rawa Bangke]], [[Madukismo|Pabrik Gula Madukismo]], jembatan, kantor di Jalan Raden Saleh nomor 3, ''workshop'' di Jl. Gatot Subroto (sekarang bekas lokasi PT Kapin).
 
== Karier di Parlemen ==
Terpilih menjadi Anggota DPR-GR wakil dari partai Parindra (1955-1956). Parindra adalah [[Partai Indonesia Raya]] yang didirikan oleh [[Soetomo|dr.Soetomo]] pada tahun 1935 di Solo,. partaiPartai yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan meyatakan tujuannya adalah Indonesia mulia dan sempurna. Tokoh-tokoh yang bergabung dengan Parindra antara lain [[Margono Djojohadikoesoemo|RM. Margono Djojohadikusumo]] (kakek dari [[Prabowo Subianto]]), [[Soeroso|RM Panji Soeroso]], dll.
 
Pada tahun 1967-1968, Sardjono kembali lagi terpilih di Parlemen sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara|Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)]].
 
=== Ikut Mendirikan Inkindo ===
IkutIa ikut mendirikan Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) dan menjadi anggota organisasi tersebut hingga akhir hayat.
 
=== Mencetuskan Pendirian [http://www.gapensijabar.net/index.php/selayang-pandang/tentang-gapensi GAPENSI] ===
Pada 8 Januari 1959 di [[Tretes|Tretes, Malang, Jawa Timur,]] bersama 3 organisasi pemborong daerah yaitu IPEMBI, IABN, dan DPI, Sardjono menggagas pendirian Organisasi GAPENSI (Gabungan Perencana dan Pemborong Indonesia). Sebagai hasil keputusan Kongres I Gabungan Pemborong Bangunan Seluruh Indonesia yang dihadiri oleh 160 peserta dari seluruh Indonesia, iaIa ditunjuk sebagai ketua presidium GAPENSI yang berkedudukan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|ibu kota Negara RI]]. Duduk sebagai Ketua GAPENSI Jakarta Raya adalah Ir. Oerip Djoyosantoso serta [[Edi Kowara Adiwinata|Edie Kowara]] sebagai komisaris[[#%20ftn1|[1]]].
 
== [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum Indonesia|Sebagai Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga]] ==
Sardjono dipercaya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 Juli 1959 - 18 Februari 1961 untuk menjabat sebagai Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga, di dalam Kabinet Kerja I. Pada waktu itu Perdana Menteri adalah Ir. Soekarno dan menteri pertama adalah Ir. Djuanda. bersama dengan menteri lainnya yaitu Suprayogi, [[Johannes Leimena|J. Leimena]], [[Soebandrio]], [[Mohammad Yamin]], [[Achmadi]], [[Abdul Haris Nasution|A.H Nasution]], [[R. E. Martadinata|RE Martadinata]], [[Roeslan Abdulgani]], [[Saharjo|Sahardjo]], [[Chaerul Saleh]].
 
Pada 18 FebruaryFebruari 1960 - 6 maretMaret 1962 . Sardjono ditunjuk kembali sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kabinet Kerja II, di dalam Kabinet Kerja II, yang bertindak sebagai Perdana Menteri adalah Ir. Soekarno dan Menteri pertama adalah [[Djoeanda Kartawidjaja|Ir. Djuanda ]]. Wakil Menteri Pertama adalah J. Leimena bersama dengan menteri lainnya,antara lain  A.H Nasution, SubandrioSoebandrio, Suprayogi, Roeslan Abdul GaniAbdulgani, MohamadMohammad Yamin, [[Maladi]], RE Martadinata, [[Ahem Erningpradja|Ahem Erningpraja]], [[Hamengkubuwana IX|Hamengkubuwono IX.]]S
 
Sardjono ditugasi antara lain mengawasi pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Stadion Senayan]], [[Hotel Indonesia]], menyusun rencana tiga tahun irigasi, instalasi air minum, rencana rehabilitasi jalan, pusat tenaga listrik diseluruhdi seluruh Indonesia. Karena tugasnya sebagai Menterimenteri tidak memperbolehkan iamemperbolehkannya mempunyaimemiliki perusahaan, maka Perusahaan Biro Insinyur dan Konstruksi Baja dijual kepada Mr. Widjatmika (NV Prana).
 
Semasa menjabat Menteri Pekerjaan Umum, Sardjono m menginisiasikan dan meresmikan beberapa proyek strategis nasional, adapun proyek strategis tersebutseperti adalah:
 
1.#  [[Gelanggang  Olahraga        Bung Karno|Gelora Bung Karno Complex]] yang pembangunannya dimulai tahun 1960 dan diselesaikan tahun 1962
2.            # [[Bundaran Semanggi]]
3.            # Hotel Indonesia
4.            # Kawasan Sudirman Thamrin
5.            # [[Waduk Jatiluhur|Bendungan Jatiluhur]] sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber air bersih bagi DKI Jakarta
6.            # [[Jembatan Ampera]] di Palembang
 
=== Berkarier di Bank ===
2.             [[Bundaran Semanggi]]
 
3.             Hotel Indonesia
 
4.             Kawasan Sudirman Thamrin
 
5.             [[Waduk Jatiluhur|Bendungan Jatiluhur]] sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber air bersih bagi DKI Jakarta
 
6.             Jembatan Ampera di Palembang
 
== Berkarier di Bank ==
Setelah tidak menjadi menteri, Sardjono kemudian diminta menjadi Direktur Adviseur Bank Pembangunan Indonesia ([[Bank Pembangunan Indonesia|BAPINDO]]).
 
 
== Sumber ==