Mehmed II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9:
 
== Usaha Sulthan dalam Menakhlukkan Konstantinopel ==
[[Istanbul]] atau yang dulu dikenal sebagai [[Konstantinopel]], adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah [[Islam]] khususnya pada masa [[Kesultanan UsmaniyahUtsmaniyah]], ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan '''tahun 330 M''' oleh Maharaja [[Bizantium]] yakni [[Costantine I]]. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat [[Islam]] memulai pertumbuhan di masa [[Kekaisaran Bizantium]]. Rasulullah ''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat [[Islam]] seperti dinyatakan oleh Rasulullah ''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' pada [[perang Khandaq]].
 
Para [[khalifah]] dan pemimpin [[Islam]] pun selalu berusaha menaklukkan [[Kostantinopel]]. Usaha pertama dilancarkan '''tahun 44 H''' di zaman [[Mu'awiyah bin Abi Sufyan]] ''Radhiallahu 'Anhu''. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman [[Khilafah Umayyah]]. Di zaman pemerintahan [[Abbasiyyah]], beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah [[Harun al-Rasyid]] '''tahun 190H190 H'''. Setelah kejatuhan [[Baghdad]] '''tahun 656H656 H''', usaha menawan [[Kostantinopel]] diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di [[Asia Timur]] ([[Anatolia]]) terutama Kerajaan [[Seljuk]]. Pemimpinnya, [[Alp ArslanArselan]] '''(455-465 H/1063-1072 M)''' berhasil mengalahkan [[Kaisar Roma]], [[Dimonos]] ([[Romanus IV]]/[[Armanus]]), '''tahun 463 H/1070 M'''. Akibatnya sebagian besar wilayah [[Kekaisaran Roma]] takluk di bawah pengaruh [[Islam]] [[Seljuk]].
Bandar ini didirikan tahun 330M oleh Maharaja Bizantium yakni Costantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah SAW juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah pada perang Khandak.
 
Awal kurun ke-8 hijrahhijriyah, [[Daulah Usmaniyah]] mengadakan kesepakatan bersama [[Seljuk]]. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat [[Islam]] untuk menguasai [[Konstantinopel]]. Usaha pertama dibuat di zaman SultanSulthan Yildrim[[Yildirim BeyazidBayazid]] saat dia mengepung bandar itu tahun '''796 H/1393 M'''. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan BeyazidBayazid untuk memaksa [[Kaisar Bizantium]] menyerahkan [[Konstantinople]] secara aman kepada umat [[Islam]]. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari [[Eropa]] dan serbuan bangsa [[Mongol]] di bawah pimpinan [[Timur LengLenk]].
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Muawiyah bin Abi Sufian RA. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayah.
 
Selepas [[Daulah UsmaniyyahUtsmaniyyah]] mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat [[jihad]] hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan [[Murad II]] '''(824-863 H/1421-1451 M)''' untuk meneruskan usaha menaklukkan [[Kostantinopel]]. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat [[Islam]]. [[Kaisar Bizantium]] menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara [[Islam]]. Usaha Sultan [[Murad II]] tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 [[Daulah UsmaniyahUtsmaniyyah]].
Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arslan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos, tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
 
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan [[Kostantinopel]]. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah [[Islam]] ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat [[Islam]]. Ketika beliau naik tahta pada '''tahun 855 H/1451 M''', dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para 'ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan [[Murad II]], Asy-Syeikh [[Muhammad bin IsmailIsma'il Al-Kurani]] telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan [[Murad II]] telah menghantar beberapa orang 'ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Awal kurun ke-8 hijrah, Daulah Usmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildrim Beyazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Beyazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Leng.
 
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh SultanSulthan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Alquran[[Al-Qur'an]] dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh [[Ak Samsettin]] (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Alquran[[Al-Qur'an]], hadis[[hadits]], fikih[[fiqih]], bahasa ([[Arab]], [[Parsi]] dan [[Turki]]), [[matematika]], [[falak]], sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Selepas Daulah Usmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih, sultan ke-7 Daulah Usmaniyah.
 
Syeikh Semsettin[[Ak Samsettin]] lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' di dalam hadishadits pembukaan [[Kostantinopel]]. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan [[Konstantinopel]]. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. SultanSulthan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah SAW''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' terkait pentingnya [[Konstantinopel]] bagi kejayaan [[Islam]].
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi.
 
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota [[Konstantinopel]] pada hari '''Kamis 26 Rabiul Awal 857 H''' atau '''6 April 1453 M'''. Di hadapan tentaranya, SultanSulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT''Subhana Wa Ta'ala''. Dia juga membacakan ayat-ayat Alquran[[Al-Qur'an]] mengenainya serta hadis Nabi SAW''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' tentang pembukaan kota [[Konstantinopel]]. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT''Subhana Wa Ta'ala''.
Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Ismail Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
 
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng [[Bizantium]] di sana. Takbir "''Allahu Akbar'', ''Allahu Akbar''!" terus membahana di angkasa [[Konstantinopel]] seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada '''27 Mei 1453''', Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah ''Subhana Wa Ta'ala''. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa '''20 JamadilJumadil Awal 857 H''' atau bertepatan dengan tanggal '''29 Mei 1453 M''', serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. TenteraTentara Usmaniyah[[Utsmaniyyah]] akhirnya berhasil menembus kota [[Konstantinopel]] melalui Pintu [[Edirne]] dan mereka mengibarkan bendera [[Daulah UsmaniyahUtsmaniyyah]] di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Alquran dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Alquran, hadis, fikih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
 
Syeikh Semsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
 
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT. Dia juga membacakan ayat-ayat Alquran mengenainya serta hadis Nabi SAW tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT.
 
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan zikir.
 
Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentera Usmaniyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Usmaniyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
 
== Kutipan atas Mehmed II =