Bendara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
||
Baris 29:
[[Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara]] menikah dengan GKR Bendoro pada tanggal 18 Oktober 2011. Pernikahan ini berlangsung pada tahun yang sama dengan pernikahan [[Pangeran William, Adipati Cambridge]]. Pada pernikahan tersebut dikunjungi sekitar 2.500 tamu undangan.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2011/10/17/2500-guests-expected-kraton-wedding.html 2.500 tamu undangan menghadiri pernikahan keraton]</ref>
Sesuai dengan adat [[keraton]], sebelum menikah GKR Bendoro harus menjalani upacara langkahan. Dikarenakan ia mendahului kakaknya [[GKR Hayu]] untuk menikah.<ref>[http://www.solopos.com/2011/10/16/mendahului-kakak-menikah-gkr-Bendoro-laksanakan-tradisi-plangkahan-119841 Mendahului kakak menikah, GKR Bendoro laksanakan tradisi plangkahan]</ref> Dalam upacara ini, calon penganti wanita memohon izin dari kakaknya untuk mendahului menikah serta menyerahkan ''plangkah'' berupa setandan ''pisang sanggan'' disertai seperangkat [[baju]] dan [[perhiasan]] wanita untuk kakaknya. Upacara langkahan adalah bagian dari tradisi yang biasa dilakukan di beberapa kebudayaan di [[Indonesia]] bila seorang adik mendahului kakaknya dalam pernikahan.<ref>[http://kidemangsodron78.wordpress.com/acara-khusus/langkahan/ Acara khusu langkahan]</ref> Sebelum menikah, calon pengantin pria yang berasal dari luar keraton terlebih dahulu diwisuda menjadi ''abdi dalem'' (pegawai keraton). Calon pengantin pria [[Achmad Ubaidillah]] dianugrahi gelar ''[[Kanjeng Pangeran Haryo]]'' dengan nama [[Yudanegara]]. Penganugerahan gelar ini dilangsungkan dalam upacara [[wisuda]] yang dilakukan tiga bulan sebelum [[upacara pernikahan]].<ref>[http://www.tribunnews.com/nasional/2011/07/05/kisah-kesuksesan-si-ganteng-yudanegara-meminang-anak-sultan-yogya Kisah kesuksesan Achmad Ubaidillah meminang anak Sultan Yogyakarta]</ref>
Kemudian calon pengantin pria mengawali rentetan acara pernikahan dengan upacara ''nyantri''. Dalam upacara ini, pengantin pria dijemput dengan [[kereta kencana]] untuk memasuki tembok keraton, dan diperkenalkan dengan tata cara keraton. Selanjutnya kedua pengantin melalui [[upacara siraman]] di tempat yang berbeda ([[kesatrian]] dan [[keputren]]). Upacara ini bermakna membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin sebelum memasuki jenjang pernikahan.<ref>{{Cite web |url=http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/17/163033 |title=KPH Yudonegoro Nyantri, GKR Bendoro Dipingit |access-date=2014-04-25 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425003140/http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/17/163033 |dead-url=yes }}</ref> Pada malam harinya, calon pengantin wanita menjalani upacara ''tantingan'', yakni GKR Bendoro ditanya (''ditanting'') langsung oleh ayahnya akan kesiapannya menikah. Upacara ini dilakukan karena pada keesokan harinya, ayahnya sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan pengantin pria tanpa kehadiran pengantin wanita.<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2011/10/17/177361886/Sebelum-Dinikahkan-GKR-Bendoro-Ditanting-Sultan-HB-X Sebelum dinikahkan, GKR Bendoro ditanting oleh Sultan Hamengkubuwono X]</ref>
Pada keesokan harinya, sesuai dengan adat yang berlaku di keraton, [[Hamengkubuwana X|Sri Sultan]] sendiri yang menikahkan putrinya dengan [[KPH Yudanegara]] dalam upacara [[ijab kabul]] yang dilakukan di [[masjid]] dalam lingkungan keraton. [[Akad nikah]] menggunakan [[bahasa Jawa]] yang dilakukan antara ayah pengantin wanita dengan pengantin pria.<ref>[http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/18/lt8ul7-yudanegara-gunakan-bahasa-jawa-saat-ijab-kabul Yudonegoro menggunakan bahasa Jawa saat ijab kabul]</ref> Setelah resmi menikah, barulah kedua pengantin dipertemukan dalam upacara ''panggih'' yang dilakukan di bangsal kencana.<ref>[http://www.solopos.com/2011/10/18/pengantin-keraton-bersua-di-prosesi-panggih-120090 Pengantin keraton bersua di panggih]</ref>
Setelah upacara panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi ''kirab''. Sebagai putri bungsu, GKR Bendara tidak boleh menjalani ''kirab'' keliling benteng keraton. Sebagai gantinya ''kirab'' dilaksanakan dari [[Keraton Yogyakarta]] ke [[Kepatihan]] yang merupakan tempat acara [[resepsi|resepsi pernikahan]] digelar.<ref>{{Cite web |url=http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/16/162882 |title=Pernikahan Putri Sultan Tanpa Kirab Mubeng Beteng |access-date=2014-04-25 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425004609/http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/16/162882 |dead-url=yes }}</ref>
|