Hasan Mutawakkil 'Alallah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 40:
Sesampai di Jogja, ia kemudian menempuh ujian masuk persamaan di [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) di Yogyakarta dan diterima. Namun di UII ia tidak bertahan lama, di tengah kuliahnya ia mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke [[Universitas Al-Azhar]] di Kairo (Mesir). Setelah menempuh ujian beasiswa ternyata, ia lulus untuk dapat menempuh pendidikan di Universitas terpopuler di belahan negara Timur Tengah itu.
Sebenarnya saat menempuh kuliah di [[Universitas Al-Azhar]] Kairo, ia sudah mulai senang menggemari pelajaran. Menurutnya, pelajaran yang ada di Kairo ada beberapa pengembangan aktualisasi,masalah dan pengembangan pandangan yang menurut berbagai persepektif. Selain itu, terdapat kelebihan dari pengajarnya dan adanya praktik langsung di lapangan baik dengan berbahasa Arab maupun Inggris.
Saat menempuh kuliah di [[Universitas Al-Azhar]], Mesir pada tahun 1983, ia berkesempatan untuk mencari pengalaman study tour ke [[Frankfurt am Main]] (Jerman),<ref>{{cite news|first = Amarullah|last = Amril|title = Air Mata Kiai NU Saat Ramadan di Frankfurt|url = http://nasional.news.viva.co.id/news/read/170367-air-mata-kiai-nu-ramadan-di-frankfurt|publisher = VIVA.CO.ID.|date = Rabu, 11 Agustus 2010|accessdate = 2016-01-13}}</ref>, [[Polandia]], [[Belgia]] dan [[Belanda]]. Saat itu, ia mengambil inisiatif untuk study banding dengan biaya sendiri. Karena pada waktu itu, KH Mutawakil tidak mempunyai biaya yang cukup, ia kemudian mencari tambahan dana dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi pelayan restoran di beberapa negara yang ia kunjungi.
Dari studi banding itu, ia mendapat pengalaman berharga. ”Saya melihat hubungan antara hubungan kerja antara buruh dan majikan, ternyata akhlak Islam ternyata ada di Barat.
Di tengah keasyikannya menuntut ilmu ternyata ia dijemput pulang oleh sang ayahanda, yakni KH. Saifourridzal pada tahun 1985. Setelah dijemput pulang, ia langsung mengajar di Pesantren Zainul Hasan. Tak berapa lama setelah ia pulang, ibunda dan ayandanya pulang ke haribaan Allah SWT.