Sitanggang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taromboparna (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Taromboparna (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 5:
Yang kemudian anak dari Raja Panungkunan (Tanja Bau) dan Keturunannya memakai marga Sitanggang Bau dan Sitanggang Gusar. Anak dari Raja Pangadatan dan keturunannya memakai marga Sitanggang Lipan, Sitanggang Gusar dan Sitanggang Silo. Sedangkan anak dari Raja Pangulu Oloan (Sigalingging) dan keturunannya memakai marga Sigalingging.
 
Secara turun temurun nenek moyang marga Sitanggang mulai dari Raja Isumbaon hingga ke Raja Sitempang IV (Sitanggang Bau) adalah penguasa di Pangururan yang dahulu dikenal Tano Sumba atau Tanah Raja Isumbaon. Yang kemudian pada jaman kolonial Belanda, untuk memecah dominasi marga Sitanggang utamanya atas Onan Tiga Urat atau Pasar (pusat perdangan awal Pangururan), maka Pangururan dibagi menjadi 3 kerajaan adat (bius) yaitu Bius Sitanggang, Bius Simbolon dan Bius Naibaho. Dan selanjutnya, bius Pangururan dipecah atau dimekarkan lagi oleh Belanda dengan bius-bius yang baru seperti Tanjung Bunga (bius marga Nadeak), Buhit (bius marga Sitanggang), Rianiate (bius marga Sitanggang dan marga Simbolon), Sabungan Nihuta (marga Sitanggang, marga Simbolon dan marga Simalango), Ronggur Nihuta (bius marga Sitanggang, marga Simbolon dan marga Naibaho)<ref>{{Cite book|last=Hutagalung|first=W.M.|date=1991|title=Pustaha Batak|publisher=Tulus Jaya|url-status=live}}</ref>.