Benteng Bukit Tajadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 42:
 
== Pasca-pengepungan ==
Perang Padri berakhir dengan kekalahan Kaum Padri, sementara Tuanku Imam Bonjol dibuang ke Manado. Atas perintah Belanda, Benteng Bonjol dihancurkan pada 1851, bersamaan dengan pangangkatan [[Naali Sutan Caniago]], anak Tuanku Imam Bonjol sebagai Laras Alahan Panjang. Selama 20 tahun berikutnya, benteng-benteng Padri dibongkar. Sejarawan Gusti Asnan mencatat, sebagian besar bentang Kaum Padri maupun Belanda yang dibangun selama Perang Padri telah hilang dan tidak meninggalkan jejak lagi.<ref>{{Cite web|date=2021-02-15|title=Benteng-Benteng Pada Masa Perang Padri|url=https://sejarahsumatra.com/2021/02/15/benteng-benteng-pada-masa-perang-padri/|website=Sejarah Sumatra|language=en-US|access-date=2021-06-21}}</ref>
 
Dalam perkembangan selanjutnya, nama Alahan Panjang berangsur-angsur dilupakan sebagai nama daerah diganti dengan nama Bonjol. Bonjol menjadi sebutan populer untuk menyebut wilayah basis pertahanan Padri hingga sekarang. Belanda sempat mengganti nama Bonjol dengan nama Belanda yakni Kotta Generaal Cochius, merujuk pada nama Frans David Cochius. Pergantian nama ini dilakukan pada 1838. Menurut sejarawan [[Gusti Asnan]], penamaan Bonjol dihilangkan dalam berbagai catatan resmi dan administratif kolonial sebagai upaya untuk menghapuskan ingatan kolektif warga setempat atas kehebatan Bonjol. Namun dalam kenyataannya, orang Bonjol tidak mengindahkan upaya Belanda dan tetap memakai nama Bonjol untuk menamakan daerah mereka.<ref name=":0" />