Malaikat jatuh: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
Bukti-bukti kepercayaan akan adanya malaikat-malaikat jatuh di kalangan umat Islam dapat dirunut sampai pada riwayat-riwayat yang dinisbatkan kepada [[sahabat Nabi|para sahabat]] [[Muhammad]], misalnya [[Ibnu Abbas]] (619–687) dan [[Abdullah bin Mas'ud]] (594–653).<ref>Mahmoud Ayoub ''The Qur'an and Its Interpreters, Jilid 1'' SUNY Press 1984 {{ISBN|978-0873957274}} hlm. 74</ref> Meskipun demikian, sejumlah ulama Islam menentang gagasan malaikat jatuh dengan menegaskan bahwa menurut ayat-ayat Alquran, malaikat adalah makhluk-makhluk yang saleh, misalnya ayat ke-49 Surah An Nahl dan ayat ke-6 Surah At Tahrim, meskipun tidak ada ayat yang menandaskan bahwa para malaikat kebal terhadap dosa.<ref name="ReferenceZ">Valerie Hoffman ''The Essentials of Ibadi Islam'' Syracuse University Press 2012 {{ISBN|978-0815650843}} hlm. 189</ref> Salah seorang penentang pertama gagasan malaikat jatuh adalah [[Hasan al-Bashri|Hasan Albasri]] (642–728), [[asketisme|zahid Muslim]] yang berpengaruh. Dalil yang ia gunakan untuk mendukung doktrin infalibilitas para malaikat adalah ayat-ayat Alquran yang menandaskan kesalehan para malaikat, dan dalam waktu yang sama menafsir ulang ayat-ayat yang menyiratkan keberadaan malaikat-malaikat jatuh. Oleh karena itu, ia membaca kata ''mala'ikah'' (malaikat) yang digunakan sebagai sebutan untuk [[Harut dan Marut]] di dalam ayat ke-102 Surah Al Baqarah, menjadi ''malikayni ''(dua raja) bukannya ''malākayni'' (dua malaikat). Dengan demikian, Hasan Albasri menyifatkan Harut dan Marut sebagai manusia-manusia biasa. Ia juga menganjurkan keyakinan bahwa [[Iblis]] tergolong bangsa [[jin]], bukan mantan malaikat.<ref>Al-Saïd Muhammad Badawi ''Arabic–English Dictionary of Qurʾanic Usage'' M. A. Abdel Haleem {{ISBN|978-9-004-14948-9}}, hlm. 864</ref> Tingkat yang pasti dari falibilitas para malaikat pun tidak jelas, bahkan di kalangan para ulama yang menerima gagasan malaikat jatuh. Menurut salah satu pendapat yang umum, impekabilitas hanya berlaku pada malaikat-malaikat yang diutus, atau selama mereka tetap menjadi malaikat.<ref>Fr. Edmund Teuma ''The Nature of "Ibli$h in the Qur'an as Interpreted by the Commentators'', Universitas Malta hlmn. 15–16</ref>
Para akademisi sudah mendiskusikan benar tidaknya jin di dalam Alquran identik dengan malaikat jatuh di dalam Alkitab. Meskipun berbagai macam roh yang disebutkan di dalam Alquran kadang-kadang sukar dibedakan, tampaknya jin dalam tradisi-tradisi Islam tidak sama dengan malaikat-malaikat jatuh, jika menilik karakteristik-karakteristik utamanya.<ref name="ReferenceY" />{{efn|Di dalam tradisi-tradisi Islam, jin seringkali dianggap sebagai ras yang mendiami bumi [[Pra-Adamit|sebelum Bani Adam]].<ref>Amira El-Zein ''Islam, Arabs, and Intelligent World of the Jinn'' Syracuse University Press 2009 {{ISBN|978-0815650706}} hlm. 39</ref> Meskipun demikian, jasad jin yang tidak teraba menjadikannya mirip dengan malaikat jatuh di dalam anggapan Kristen, sehingga memungkinkan mereka untuk naik mencuri pengetahuan dari surga, kemudian membocorkan informasi rahasia tersebut kepada para peramal, mirip dengan gagasan tentang [[Daimon]] di dalam kepercayaan bangsa Yunani Kuno. Alquran juga menyinggung
== Keterangan ==
|