Anindya Bakrie: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 27:
 
=== Telekomunikasi ===
Pada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011.<ref>{{cite news|url=https://www.reuters.com/article/indonesia-telkom-idUSL3E7CH0TQ20110117|title=Indonesia's Telkom to rethink CDMA deal with Bakrie|website=Reuters|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.<ref>{{cite web|url=https://www.indonesia-investments.com/business/indonesian-companies/bakrie-telecom/item222|title=Indonesian Companies: Bakrie Telecom|website=Indonesia Investment|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Bakrie Telecom kemudian menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada Februari 2006 dengan kode BTEL dan mendapatkan tambahan modal dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai US $ 300 juta pada Maret 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201204/40575341-16D0-4260-96ED-591F35B251AC.PDF|title=IDX Company Profile|publisher=IDX|accessdate=27 Maret 2020|archive-date=2019-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190403203108/https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201204/40575341-16D0-4260-96ED-591F35B251AC.PDF|dead-url=yes}}</ref>
Dahulu BTEL bernama Ratelindo, Anindya kemudian mengubah namanya dengan mendirikan perusahaan telekomunikasi terbesar keempat se-Indonesia pada tahun 2012 yang pada saat itu hanya memiliki izin akses telepon tetap nirkabel karena menggunakan teknologi CDMA.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2 |title=Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia|website=Forbes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Menjadi penyelenggara akses telepon tetap nirkabel berarti pelanggan Bakrie Telecom harus melakukan registrasi jika ingin menggunakan telepon selulernya di luar area jangkauan normal. Ini merupakan kelemahan dari layanan tersebut yang dikeluhkan oleh banyak pelanggan. Meskipun demikian, basis pelanggan telah tumbuh dari sebelumnya di bawah 1 juta pelanggan menjadi lebih dari 15 juta pelanggan dalam waktu setahun.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2 |title=Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia|website=Forbes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>
Baris 80:
=== Filantropis & Dermawan ===
# Anindya mendirikan Bakrie Center Foundation (BCF) pada tahun 2010, yang bekerja dengan universitas, pusat penelitian yang bertujuan untuk membangun jaringan kerja sama yang baik bagi para sarjana muda Indonesia agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi di universitas ternama di dalam dan luar negeri. Yayasan ini juga telah mendirikan Chairs in Southeast Asian Studies di Carnegie Endowment for International Peace di Washington, DC<ref>{{cite web|url=https://carnegie-mec.org/2010/07/26/united-states-southeast-asia-and-indonesia-event-2990|title=US, South East Asia, dan Indonesia |last1=|first1=|website=Carnegie-mec}}</ref> dan [[Universitas Teknologi Nanyang]] di Singapura, di mana BCF memberikan $ 3 juta dan pusat kajian penelitian kebijakan ASEAN bernama Bakrie Professorship di Asia Tenggara, di mana $ 3 juta lagi akan dibayarkan oleh Pemerintah Singapura dalam kerjasama bisnis-ke-pemerintah. BCF juga menyediakan beasiswa senilai $ 600,000.<ref name="auto4">{{cite web|url=https://investor.id/archive/bakrie-serahkan-3-juta-ke-ntu-untuk-membangun-riset-asean|title=Bakrie Serahkan 3 Juta ke NTU untuk Membangun Riset ASEAN|last1=Kunjana|first1=Gorra|website=}}</ref> BCF juga telah menjalin kemitraan dengan Stanford Management Company dan Northwestern University’s Endowment.
# BCF melalui Bakrie Graduate Fellowship Scholarship Fund juga memberikan $ 30.000 setiap tahun kepada empat mahasiswa master dari negara ASEAN manapun, dua dari Indonesia, yang belajar di NTU selama lima tahun studi.<ref name="auto4" /> BCF juga menyelenggarakan Pengembangan Kepemimpinan untuk Mahasiswa Pascasarjana (LDGS), program pelatihan kepemimpinan lanjutan dari BCF, sebagai bagian dari paket The Bakrie Graduate Fellowship. Program tersebut digagas sebagai salah satu upaya untuk membantu persiapan calon pemimpin masa depan.<ref>{{cite web|url=http://www.bcf.or.id/program/domestic-program/leadership-development-for-graduate-students-ldgs.html |title=Leadership Development for Graduate Students LDGS|last1=|first1=|website=BCF|access-date=2021-03-28|archive-date=2020-10-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20201024170731/http://bcf.or.id/program/domestic-program/leadership-development-for-graduate-students-ldgs.html|dead-url=yes}}</ref> Implementasi LDGS dipresentasikan kepada penerima beasiswa BCF dan mahasiswa mitra universitas BCF. Bakrie Graduate Fellowship telah mendanai 470 mahasiswa dan total 1.500 peserta LDGS.<ref name="auto4" />
# Melalui peningkatan rasio manfaat-biaya, BCF memiliki inisiatif baru yang disebut Pengalaman dan Pengembangan Kepemimpinan (LEAD Indonesia).<ref>{{cite web|url=|title=|last1=|first1=|website=}}</ref>
# Anindya juga menjadi Pembina Universitas Bakrie sejak 2009, dan Ketua Bakrie untuk Yayasan Bangsa (Bakrie Untuk Negeri) sejak 2007.<ref>{{cite web|url=http://untuknegeri.org/struktur-organisasi/ |title=Struktur Organisasi Yayasan Bangsa|last1=|first1=|website=UntukNegeri.org}}</ref>
Baris 102:
=== Publikasi ===
# Kesehatan Pria: Sensasi 'High' Lari Marathon (2009)
# Bisnis Indonesia: “Menata Teknopreneur UKM” (21 November 2009)<ref>{{cite web|url=http://aninbakrie.com/2009/11/menata-teknopreneur-ukm/|title=Menata Teknopreneur UKM|website=AnindyaBakrie.com|access-date=2021-03-28|archive-date=2020-08-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20200811001351/http://aninbakrie.com/2009/11/menata-teknopreneur-ukm/|dead-url=yes}}</ref>
# The Jakarta Post: “China and Southeast Asia: Remaking History” (6 April 2010)
# The Wall Street Journal: “Paging for Mr. Obama in Indonesia” (23 Juni 2010)<ref>{{cite web|url=https://www.wsj.com/articles/SB10001424052748704895204575321660977936330 |title=Paging for Mr. Obama in Indonesia|website=Wall Street Journal}}</ref>
# Jakarta Globe: “Paging President Obama in Indonesia” (25 Juni 2010)<ref>{{cite web|url=http://en.presidentpost.id/2010/06/25/paging-president-obama-in-indonesia/ |title=Paging President Obama in Indonesia|website=President Post|access-date=2021-03-28|archive-date=2019-03-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20190324144858/http://en.presidentpost.id/2010/06/25/paging-president-obama-in-indonesia/|dead-url=yes}}</ref>
# The Jakarta Post: “Obama’s Visit to Indonesia: What is at Stake?” (5 November 2010)<ref>{{cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2010/11/05/obama’s-visit-indonesia-what-stake.html |title=Obama's Visit Indonesia What Stake|website=Jakarta Post}}</ref>
# Jakarta Globe: : “As Middle East Grapples with Change, Indonesia Catches a Sense of Déjà Vu” (8 Maret 2011)