Gereja di Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 111:
Selepas tahun 431, pemerintah Kekaisaran Romawi berusaha melenyapkan paham Nestorianisme. Inilah alasan umat Kristen di Persia menyukai Nestorianisme. Menganut paham yang ditentang pemerintah Romawi adalah cara untuk menghapus kecurigaan pemerintah Persia bahwa umat Kristen di Persia adalah antek-antek Kekaisaran Romawi.<ref name=Britannica/><ref name=BritannicaNestorius>[http://www.britannica.com/EBchecked/topic/409867/Nestorius "Nestorius"]. ''Encyclopædia Britannica''. Temu balik tanggal 11 November 2018.</ref>
Tidak lama sesudah [[Konsili Kalsedon]] tahun 451, barulah Gereja di Timur merumuskan teologi yang berbeda dari Nestorianisme. Rumusan teologi ini pertama kali diadopsi di dalam [[Sinode Bet Lapat]] tahun 484, dan dikembangkan lebih lanjut pada permulaan abad ke-7, ketika Kekaisaran Persia Sasani berhasil mendaulat daerah luas yang didiami umat Suryani Barat dari Kekaisaran Romawi. Banyak di antara umat Suryani Barat tersebut mengusung teologi [[miafisitisme|miafisit]], yang disebut "Monofisitisme" ([[Eutikianisme]]) oleh lawan-lawan mereka, yakni pandangan teologi yang sangat bertolak belakang dengan Nestorianisme. Kebijakan Gereja di Timur ini mendapatkan dukungan dari Syah [[Khosrau II]] dan Syahbanu [[Syirin]]. Ketokohan [[Teodorus dari Mopsuestia]] menginspirasi [[Babai Agung]] (551−628) untuk menjabarkan doktrin-doktrin Gereja di Timur secara tertulis. Doktrin-doktrin di dalam ''Kitab Persatuan'' yang ditulis Babai Agung menjadi [[kristologi]] normatif Gereja di Timur. Babai Agung menegaskan bahwa kedua ''qnome'' (istilah [[bahasa Suryani|Suryani]], bentuk jamak dari ''qnoma'', tidak benar-benar berpadanan dengan istilah Yunani φύσις, ''fisis'', οὐσία, ''usia'', maupun ὑπόστασις, ''hipostasis''){{sfn|Kuhn|2019|p=130}} Kristus tidak bercampur tetapi kekal manunggal di dalam ''parsopa'' ({{lang-el|πρόσωπον}}, ''[[prosopon]]'', "persona") Kristus yang satu. Seperti yang juga terjadi pada istilah Yunani φύσις (''[[fisis]]'') dan ὐπόστασις (''[[hipostasis]]''), istilah-istilah Suryani tersebut kadang-kadang dimaknai
Keabsahan penisbatan Nestorianisme kepada [[Nestorius]], tokoh yang dihormati Gereja di Timur sebagai [[santo]], dipertanyakan.{{sfn|Bethune-Baker|1908|p=82-100}}{{sfn|Brock|1996|p=23–35}} David Wilmshurst berpendapat bahwa berabad-abad lamanya "kata 'Nestorian' digunakan baik sebagai istilah yang melecehkan oleh pihak-pihak yang tidak sejalan dengan teologi Suryani Timur maupun sebagai istilah kebanggaan oleh banyak pihak yang membela teologi Suryani Timur [...] dan sebagai istilah deskriptif yang netral dan dirasa tepat oleh pihak-pihak lain. Sekarang ini istilah tersebut pada umumnya dirasakan mengandung stigma tertentu".{{sfn|Wilmshurst|2000|p=4}} Sebastian P. Brock mengemukakan bahwa "keterkaitan Gereja di Timur dengan Nestorius sesungguhnya renggang, dan tindakan terus-menerus menyebut Gereja itu sebagai Gereja 'Nestorian', dari kaca mata sejarah, benar-benar menyesatkan dan tidak tepat, selain merupakan sebutan yang sangat menistakan dan tindakan yang menyalahi adab ekumene".{{sfn|Brock|2006|p=14}}
|