Tan Malaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Biografi: Perbaikan kesalahan ketik, Perbaikan tata bahasa
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
k Suntingan Pekerjatekskomersial (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Akuindo
Tag: Pengembalian
Baris 31:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Tan Malaka.jpg|jmpl|275px|[[Rumah Kelahiran Tan Malaka|Rumah kelahiran Tan Malaka]]]]
 
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. {{sfn|Jarvis|1987|p=41}} Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya masih diperdebatkan, sedangkan tempat kelahirannya sekarang dikenal dengan nama Nagari Pandam Gadang, [[Suliki, Lima Puluh Kota|Suliki]] (kini masuk [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]]), [[Lima Puluh Kota]], [[Sumatra Barat]]. Ayah dan Ibunya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa.{{sfn|Syaifudin|2012|p=53}} Semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih [[pencak silat]].{{sfn|Syaifudin|2012|pp=53–54}} Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke [[Kweekschool]] (sekolah guru negara) di [[Fort de Kock]]. Menurut GH Horensma, salah satu guru di sekolahnya itu, Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh.{{sfn|Syaifudin|2012|p=54}} Di sekolah ini, ia menikmati pelajaran [[bahasa Belanda]], sehingga Horensma menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda. {{sfn|Syaifudin|2012|p=55}} Ia juga adalah seorang pemain sepak bola yang bertalenta.{{sfn|Syaifudin|2012|p=54}} Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, ia ditawari gelar ''[[datuakdatuk]]'' dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar ''datuakdatuk''. {{sfn|Syaifudin|2012|p=55}} Gelar tersebut diterimanya dalam sebuah upacara tradisional pada tahun 1913.{{sfn|Poeze|2008|p=xv}}
 
=== Pendidikan di Belanda ===
Meskipun diangkat menjadi ''datuakdatuk'', pada bulan Oktober 1913, ia meninggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah), dengan bantuan dana oleh para ''angkuengku'' dari desanya. Sesampainya di Belanda, Malaka mengalami [[kejutan budaya]] dan pada tahun 1915, ia menderita [[pleuritis]].{{sfn|Syaifudin|2012|p=56}} Selama kuliah, pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul dan meningkat setelah membaca buku ''de Fransche Revolutie'' yang ia dapatkan dari seseorang sebelum keberangkatannya ke Belanda oleh Horensma.{{sfn|Syaifudin|2012|p=57}} Setelah [[Revolusi Rusia]] pada Oktober 1917, ia mulai tertarik mempelajari paham [[Sosialisme]] dan [[Komunisme]]. Sejak saat itu, ia sering membaca buku-buku karya [[Karl Marx]], [[Friedrich Engels]], dan [[Vladimir Lenin]].{{sfn|Syaifudin|2012|pp=57–58}} [[Friedrich Nietzsche]] juga menjadi salah satu panutannya. Saat itulah ia mulai membenci budaya Belanda dan terkesan oleh masyarakat Jerman dan Amerika. Karena banyaknya pengetahuan yang ia dapat tentang Jerman, ia terobsesi menjadi salah satu angkatan perang Jerman. Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman, namun ia ditolak karena [[Angkatan Darat Jerman]] tidak menerima orang asing.{{sfn|Mrázek|1972|p=7}} Setelah beberapa waktu kemudian, ia bertemu [[Henk Sneevliet]], salah satu pendiri [[Indische Sociaal Democratische Vereeniging]] (ISDV, yakni organisasi yang menjadi cikal bakal [[Partai Komunis Indonesia]]).{{sfn|Jarvis|1987|p=41}} Ia lalu tertarik dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan ''Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging'' (SDOV, atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru).{{sfn|Syaifudin|2012|p=182}} Lalu pada bulan November 1919, ia lulus dan menerima ijazahnya yang disebut ''hulpactie''.{{efn|Sebenarnya Tan Malaka menginginkan ''hoofdacte'', yang statusnya setingkat lebih tinggi dari ''hulpactie''. Meskipun begitu, kesehatannya yang buruk membuatnya hanya bisa mendapat ijazah ''hulpactie''.}}{{sfn|Syaifudin|2012|p=58}}
 
==== Mengajar ====