Sejarah hak asasi manusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 66:
 
=== Periode 1945-1950 ===
Pada periode ini, hal yang diperdebatkan mengenai [[Hak asasi manusia|HAM]] masih mencakup tentang [[hak]] untuk [[merdeka]], [[hak]] untuk berorganisasi dalam [[politik]], dan hak untuk berpendapat di [[parlemen]].<ref name=":12" />. Ciri dari periode ini yaitu:
 
* Bidang Sipil dan Politik:
 
# [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]], terutama Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30.<ref name=":12" />.
# Maklumat Pemerintah 1 November 1945.<ref name=":12" />.
# Maklumat Pemerintah 3 November 1945.<ref name=":12" />.
# Maklumat Pemerintah 14 November 1945.<ref name=":12" />.
# KRIS.<ref name=":12" />.
# KUHP Pasal 99.<ref name=":12" />.
 
* Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya:
 
# UUD 1945, terutama Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33, dan Pasal 34.<ref name=":12" />.
# KRIS, Pasal 36 – Pasal 40.<ref name=":12" />.
 
=== Periode 1950-1959 ===
Pada massa ini, perkembangan tentang [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] dipengaruhi oleh [[sistem pemerintahan]] [[Indonesia]] yang berubah.<ref name=":2">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-02-12|title=Demokrasi Indonesia Periode Parlementer (1949-1959) Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/173000969/demokrasi-indonesia-periode-parlementer-1949-1959|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-06-07}}</ref>. Pada periode ini, [[sistem politik]] [[Indonesia]] dipengaruhi oleh [[Liberalisme|sistem liberalisme]] dan [[Parlemen Eropa|parlementer,]]<ref name=":2" />, dengan diberlakukannya [[Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia|UUDS]] sejak 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959.<ref name=":2" />. Aktualisasi [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] pada periode ini, di antaranya:
 
* [[Partai politik]] semakin banyak bermunculan, meskipun tumbuh dengan [[ideologi]]nya masing-masing.<ref name=":2" />.
* [[Hak]] pers, pada periode ini memiliki kebebasan.<ref name=":2" />.
* [[Pemilihan umum]] dilaksanakan secara bebas, jujur, dan [[demokrasi|demokrasi.]]<ref name=":2" />.
* [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]], menunjukkan hasil kerja yang baik dengan pengawasan dan kontrol yang seimbang.<ref name=":2" />.
 
Keberadaan [[partai politik]] dengan [[ideologi]] yang berbeda-berbeda, tetap memiliki [[visi]] yang sama yaitu untuk memasukkan tentang [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] ke dalam [[Undang-Undang Dasar|batang tubuh Undang-Undang Dasar]].<ref name=":2" />[[Undang-Undang Dasar|.]]
 
Pada periode ini, [[Indonesia]] mengikuti dua [[Konvensi|konvensi HAM internasional]] yaitu:
 
* [[Konvensi Jenewa]] tahun 1949, yang membahas mengenai perlindungan [[hak]] bagi korban perang, tawanan perang, dan perlindungan sipil ketika perang.<ref name=":12" />.
* [[Konvensi]] tentang [[Politik|hak politik]] perempuan yang berisi tentang hak perempuan tanpa [[diskriminasi]] dan hak perempuan untuk mendapatkan jabatan publik.<ref name=":12" />.
 
=== Periode 1959-1966 ===
Sejak diberlakukannya [[Dekret Presiden 5 Juli 1959|Dekrit Presiden 5 Juli 1959]], oleh [[Presiden Soekarno]],<ref name=":3">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-02-12|title=Demokrasi Indonesia Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/183000469/demokrasi-indonesia-periode-demokrasi-terpimpin-1959-1965|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-06-07}}</ref>, [[Pemerintah|sistem pemerintahan]] menjadi [[demokrasi terpimpin]].<ref name=":3" /> Hal ini berdampak kepada [[sistem politik]] yang berada di bawah kendali [[Presiden]] sepenuhnya.<ref name=":3" /> Oleh karena itu, kebebasan untuk berpendapatm berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan sangat dibatasi.<ref name=":3" />
 
[[Orde Baru|Pemerintahan Orde Baru]] memberikan penolakan terhadap konsep [[Hak asasi manusia|HAM]].<ref name=":12">{{Cite book|last=Hidayat|first=Komarudin|date=2003|title=Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani|location=Jakarta|publisher=Prenada Media|isbn=979-3465-03-4|pages=150-170|url-status=live}}</ref>. Alasannya yaitu:
 
* [[Hak asasi manusia|HAM]] merupakan pemikiran yang berasal dari [[Barat]], dan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya [[Bangsa Indonesia]] dan [[Pancasila|dasar negara Pancasila]].<ref name=":12" />.
* [[Masyarakat|Rakyat Indonesia]] mengenal [[Hak asasi manusia|HAM]] melalui [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|Undang-Undang Dasar 1945]] yang lahir lebih dulu, dibandingkan dengan [[Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia]].<ref name=":12" />.
* Permasalahan mengenai [[Hak asasi manusia|HAM]] dianggap yang berasal dari [[Barat]] tersebut dianggap menjadi senjata yang tidak terlihat untuk memojokkan [[negara berkembang]] seperti [[Indonesia|Indonesia.]]<ref name=":12" />.
 
Faktanya, pada [[Orde Baru|pemerintahan Orde Baru]] terjadi beberapa pelanggaran [[Hak asasi manusia|HAM]] yang dilakukan oleh pemerintah.<ref name=":12" />. Pada saat itu, kebijakan [[politik]] yang diambil sifatnya sentralistis dan tidak menerima pendapat yang bertentangan dengan [[pemerintah]].<ref name=":12" />. Gerakan-gerakan yang bertentangan dengan [[pemerintah]] dengan anti-pembangunan dan anti-Pancasila.<ref name=":12" />.
 
Beberapa kasus tentang pelanggaran [[Hak asasi manusia|HAM]] pada masa [[Orde Baru]] di antaranya kasus [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]], [[Kedungombo|Kedungombu]], [[Lampung]], dan [[Aceh|Aceh.]]<ref name=":12" />. Meskipun terjadi beberapa pelanggaran [[Hak asasi manusia|HAM]] yang dilakukan oleh Pemerintah, masih banyak [[masyarakat]] yang peduli dengan [[Hak asasi manusia|HAM]].<ref name=":12" />. Desakan [[masyarakat]] tersebut membuat pemerintah luluh dan sepakat mendirikan [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]] (Komnas HAM).<ref name=":12" />. Tujuan dari organisasi ini yaitu, untuk menyelidiki dan memantau pelaksanaan HAM,<ref name=":12" />, memberikan pendapat, pertimbangan,<ref name=":12" />, dan sarana kepada pemerintah terkait pelaksanaan [[Hak asasi manusia|HAM]].<ref name=":12" />.
 
=== Periode 1966 – 1998 ===
Kejadian pemberontakan [[Gerakan 30 September|G30S/PKI]] tanggal 30 September 1966, membawa [[Indonesia]] pada masa kelam.<ref name=":4">{{Cite web|last=Chairunnisa|first=Ninis|date=2018-09-30|title=Jalan Panjang Mencari Keadilan Korban HAM Pasca G30S 1965|url=https://nasional.tempo.co/read/1131618/jalan-panjang-mencari-keadilan-korban-ham-pasca-g30s-1965|website=Tempo|language=en|access-date=2021-06-07}}</ref>. Pada masa ini, [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] diaggap sebagai produk pemikiran dari Barat (asing).<ref name=":4" />. Fokus utama pada periode ini adalah pembangunan untuk [[Indonesia]], namun [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] dianggap sebagai penghambat untuk pembangunan.<ref name=":4" />.
 
Namun, beberapa masyarakat umum menganggap bahwa [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] merupakan sebuah hal yang luas dan terbuka.<ref name=":4" />. Titik puncak tentang perlindungan [[Hak asasi manusia|HAM]] pada periode ini yaitu dengan turunnya [[Soeharto]] sebagai [[Presiden]] ditahun 1998.<ref name=":4" />.
 
Pada periode ini [[Indonesia]] mengikuti beberapa konvensi HAM di antaranya:
 
* [[Konvensi]] tentang penghapusan bentuk [[Diskriminasi|diskriminasi terhadap perempuan.]]<ref name=":9">{{Cite web|title=UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimanation Against Women) [JDIH BPK RI]|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46978/uu-no-7-tahun-1984|website=peraturan.bpk.go.id|access-date=2021-06-18}}</ref>. Tertuang dalam UU No. 7 tahun 1984.<ref name=":9" />.
* [[Konvensi]] [[anti-apartheid]] dalam [[Olahraga|olahragaanti-apartheid]],<ref name=":10">{{Cite web|last=Tempo|date=2020-07-22|title=Afrika Selatan - Peristiwa - koran.tempo.co|url=https://koran.tempo.co/read/peristiwa/455809/tokoh-anti-apartheid-afrika-selatan-mangkat|website=Tempo|language=id|access-date=2021-06-18}}</ref>, tertuang dalam UU No. 48 tahun 1993.<ref name=":10" />.
* [[Konvensi Hak-Hak Anak|Konvensi Hak Anak]]<ref name=":11">{{Cite web|title=Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak) – Referensi HAM|url=https://referensi.elsam.or.id/2014/10/keputusan-presiden-nomor-36-tahun-1990-tentang-pengesahan-convention-on-the-rights-of-the-child-konvensi-tentang-hak-hak-anak/|language=en-US|access-date=2021-06-18}}</ref>[[Konvensi Hak-Hak Anak|,]] tertuang dalam keputusan Presiden No. 36 tahun 1990,<ref name=":11" />.
 
Perkembangan [[Hak asasi manusia|HAM]] di era [[reformasi]] mengalami perkembangan yang sangat baik.<ref name=":4" />. Salah satu buktinya yaitu, lahirnya [[TAP MPR No. XVII/MPR/1998]] tentang [[Hak asasi manusia|HAM]]. [[Rencana aksi nasional]] [[Hak asasi manusia|HAM]], juga turut lahir di bulan [[Agustus]] 1998.<ref name=":4" />. Isinya merupakan empat pilar tentang [[Hak asasi manusia|HAM]],<ref name=":4" />, yaitu: 1) persiapan pengesahan perangkat internasional di bidang [[Hak asasi manusia|HAM]]<ref name=":4" />; 2) diseminasi informasi dan [[pendidikan]] bidang [[Hak asasi manusia|HAM]]<ref name=":4" />; 3) penentuan skala prioritas<ref name=":4" />; dan 4) pelaksanaan isi perangkat internasional di bidang [[Hak asasi manusia|HAM]].<ref name=":4" />.
 
== Daftar Referensi ==