Perenialisme agama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '“Secara metodologis, pandangan perennial membawakan harapan segar di masa depan terhadap tradisi dialog antar-umat beragama. Sebab, melalui metode ini diharapkan tidak saja sesama umat beragama menemukan transcendent unity of religion, tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalam” Diskusi filsafat perennial kembali mengemukakan sejak 20 tahun terakhir di Indonesia. Sebelumnya, mereka yang pernah mempelajari tema filsafat di sebuah jurusan filsafat, tk...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
“Secara metodologis, pandangan perennial membawakan harapan segar di masa depan terhadap tradisi dialog antar-umat beragama. Sebab, melalui metode ini diharapkan tidak saja sesama umat beragama menemukan transcendent unity of religion, tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalam”
Diskusi filsafat perennial kembali mengemukakan sejak 20 tahun terakhir di Indonesia. Sebelumnya, mereka yang pernah mempelajari tema filsafat di sebuah jurusan filsafat, tk mengenal materi ini. Kalau toh mengenal, hanya sepintas lalu saja, dan tidak secara mendalam dibahasnya. Bahkan filsafat ini nyaris tidak pernah diperkenalkan dalam universitas. Mengapa demikian ? Apakah filsafat perennial i ni merupakan sebuah filsafat semu (pseudo philosophy), sebagaimana pernah disinggung oleh Budhy Munawar-Rahman-BMR (2001:80-98), sehingga para ahli filsafat di era modern ini tidak membicarakannya sama sekali, dan menjadikannya sebagai sebuah perspektif. Padahal, sebagai istilah, filsafat perennial (the perennial philosophy) sangat populer dikalangan New Age.
|