Perenialisme agama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Contoh yang dapat kita paparkan, dalam agama Hindu disebut Sanathana Dharma, yaitu kebijakan abadi yang harus menjadi dasar kontektualisasi agama dalam situasi apapun, sehingga agama senantiasa memanifestasikan diri dalam bentuk etis, dalam keluhuran hidup manusia. Pun dalam Taoisme, diperkenalkan konsep Tao, sebagai asas kehidupan manusia yang harus diikuti kalau ia mau alami sebagai manusia. Di Tiongkok, misalnya Taoisme berusaha mengajak manusia untuk berpaling dari dunia kepada Tao (jalan) yang dapat membawa manusia kepada penyucian jiwa dan kesalehan dalam bahasa Islam. Dengan Tao manusia dibawa kepada jati diri yang asli, yang hanya dapat dicapai dengan sikap wu-wei (tidak mencampuri) jalan semesta yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, Tao mengajak manusia untuk hidup secara alami (suci), yang dalam Islam dikenal dengan istilah fitrah. Begitu pun dalam agama Budha, diperkenalkan konsep Dharma yang merupakan jara untuk sampai kepada The Buddha-nature, atau dalam agama Islam disebut al-Din, yang berarti “ikatan’ yang harus menjadi dasar beragama bagi seorang Muslim. Inilah yang dalam filsafat abad pertengahan diistilahkan dengan sophia perennis, dan sebagainya.
 
[[Berkas:Religion collage updated.jpg|jmpl|211x211px|m ({{harvnb|Nurcholish|Dja'far|2015|p=69}}).]]
[[Berkas:Encyclopedia of Religion.JPG|jmpl|211x211px|m ({{harvnb|Nurcholish|Dja'far|2015|p=69}}).]]
Oleh karena itu, jika disebut perennial religion, itu artinya ada hakikat yang sama dalam setiap agama, yang dalam istilah sufi kerap diistilahkan dengan religion of the heart, meskipun terbungkus dalam wadah/jalan yang berbeda. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan Sri Ramakrisna, seorang suci dan filsuf India abad ke-19 bahwa, “Tuhan telah menciptakan berbagai agama untuk kepentingan berbagai pemeluk, berbagai waktu dan berbagai negeri. Semua ajaran merupakan jalan . sesungguhnya seseorang akan mencapai Tuhan, jika ia mengikuti jalan manapun, asal dengan pengabdian yang sepenuh-penuhnya.”