Cinta kasih dalam Kekristenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 45:
{{cquote|Cinta dalam agama Kristen adalah aku mencintaimu karena kamu adalah manusia seperti diriku. Di sini terdapat unsur persamaan fundamental – aku mencintaimu seperti mencintai diriku sendiri.<ref name=":1" /></blockquote>|}}
 
Selain itu, Mahnaz turut menguraikan jika ''agape'' juga digunakan dalam pengertian yang sama dalam "pesta cinta". Selama abad pertama Masehi, komunitas Kristen berkembang menjadi unit-unit mandiri dan memandang diri mereka sebagai suatu komunitas gereja. Mereka menganut dua jenis pelayanan, yaitu pertemuan model [[sinagoge]] yang terbuka bagi semua umat, berupa pembacaan kitab suci [[Agama Yahudi|Yahudi]] serta ''agape'' atau "pesta cinta" yang hanya diperuntukkan bagi kaum beriman saja. ''Agape'' adalah perjamuan persahabatan yang mengundang orang-orang miskin. Kegiatan ini biasa dilakukan pada malam hari, yang di dalamnya para peserta berbagi makan dengan disertai upacara singkat – [[Perjamuan Malam Terakhir]] – untuk mengenang [[penyaliban dan kematian Yesus]]. Inilah pesta ''thanksgiving'' (pengucapan syukur) – nama Yunaninya adalah ''eucharist'' ([[Perjamuan Kudus|ekaristi]]), yang berarti "persembahan rasa syukur".<ref name=":1" />
 
Konsep ''charity'' (kemurahan hati) sendiri serupa dengan cinta. Kalimat tersebut merupakan terjemahan dari kata Yunani ''agape'', yang juga bermakna "cinta". Kemurahan hati adalah bentuk tertinggi cinta – timbal balik antara Tuhan dan manusia yang diwujudkan dalam bentuk cinta tanpa pamrih kepada sesama manusia. Dalam teologi etika Kristen, kemurahan hati ditunjukkan dalam kehidupan, ajaran, dan kematian Yesus. Tentang Charity, AugustinusAgustinus menjelaskan sebagai berikut.<ref name=":1" />
 
{{cquote|Kemurahan hati adalah kebijakan yang muncul setelah rasa sayang kita jalankan secara sempurna, akan menyatukan kita dengan Tuhan, karena dengan itulah kita mencintai-Nya.<ref name=":1" />|}}
 
Dengan menggunakan definisi ini dan yang lain dari tradisi Krosten, para teolog [[Abad Perte gahanPertengahan]], terutama St. [[Thomas Aquinas]], menempatkan kemurahan hati dalam kebijakan teologis (bersama iman dan pengharapan), dan memosisikan kemurahan hati sebagai “dasar atau akar” dari kebijakan teologis. Kalangan reformis Kristen mengidentifikasikansendiri keunikanmengidentifikasikan agape Tuhan bagi manusia sebagai cinta Tuhan yang taktidak berbalas. Oleh karena itu, Mahnaz menyimpulkan, bahwa mereka mensyaratkan bahwa kemurahan hati sebagaimana cinta manusia kepada sesamanya mestinya– seharusnya didasarkan bukan padadari apasesuatu yang diinginkan dari objek cinta, melainkan padakepada transformasi subjek (pencinta) melalui kekuatan agape Tuhan.<ref name=":1" />
 
AugustinusAgustinus menggunakan istilah ''amor'' (cinta) untuksebagai penilaian etis yang memengaruhi perilaku. ''Amor'' adalah dinamika moral yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan. Kebaikan yang lebih rendah merupakan sarana menuju kebaikan yang lebih tinggi. Kebaikan tertinggi sajalah yang dapat “dinikmati” sebagai tujuan puncak, yang merupakan wilayah hati. Bagi AugustinusAgustinus, kebaikan tertinggi yang buahnya hanya bisa dicapai setelah manusia mampu mencapai kesempurnaan adalah Tuhan, yang sifat dasarnya adalah cinta, agape.<ref name=":1" />
 
== Lihat pula ==