Literalisme biblis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20210709)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot |
k Bot: perubahan kosmetika |
||
Baris 11:
== Sejarah ==
{{see also|Kanon Alkitab|Deuterokanonika}}
[[
Penghargaan yang tinggi terhadap pustaka-pustaka keagamaan di dalam tadisi-tadisi [[Yahudi-Kristen]] tampaknya berkaitan dengan proses [[Perkembangan kanon Alkitab Ibrani|kanonisasi]] [[Alkitab Ibrani]] yang berlangsung beberapa abad lamanya, kira-kira sejak tahun 200 SM sampai tahun 200 M. Dalam tradisi Yahudi, perkataan-perkataan tersurat yang dijunjung tinggi itu adalah saluran langsung menuju [[filsafat budi|budi]] Allah, dan [[Yudaisme Rabinik|mazhab-mazhab Yahudi Rabani]] terkemudian mendorong tumbuhnya kesarjanaan penunjang untuk mendampingi agama yang berkesastraan itu.<ref>McDonald & Sanders, penyunting, ''The Canon Debate'', halaman 4.</ref> Demikian pula [[Kanon Alkitab#Kanon Alkitab Kristen|kanonisasi]] [[Perjanjian Baru]] oleh [[Sejarah Kekristenan#Gereja mula-mula|Gereja Purba]] menjadi salah satu aspek penting di dalam pembentukan identitas keagamaan yang mandiri bagi Kekristenan.<ref>A Van Der Kooij, dkk. ''Canonization and Decanonization: Papers Presented to the International Conference of the Leiden Institute for the Study of Religions (Lisor), Diselenggarakan di Leiden 9–10 Januari 1997''. hlm. 141.</ref> Para petinggi Gereja menggunakan penerimaan atau penolakan terhadap pustaka-pustaka keagamaan tertentu sebagai salah satu indikator utama identitas kelompok. Kebijakan semacam ini juga memainkan peranan di dalam urusan penentuan [[ekskomunikasi]] Kristen dan ''[[herem]]'' Yahudi.{{citation needed|date=Juli 2021}}
Karena sudah terbiasa membaca dan menafsirkan [[sastra Yunani Kuno|susastra Helenistis]], [[Bapa Gereja]] [[Origenes]] (184-253) mengajarkan bahwa beberapa bagian Alkitab wajib ditafsirkan secara tidak-harfiah. Berkenaan dengan riwayat penciptaan di dalam [[Kitab Kejadian]], Origenes mengemukakan di dalam risalahnya bahwa "siapakah yang sedemikian bodohnya mempercayai bahwa Allah ... menata sebuah firdaus di Eden, di sebelah timur, lalu menumbuhkan di dalamnya sebatang pohon hayat yang kasat mata lagi dapat diraba ... [dan] barang siapa yang mencicipi buah pohon itu dengan gigi jasmaninya niscaya beroleh kehidupan kekal?" Origenes juga yakin bahwa [[hermeneutika]] semacam ini harus pula diterapkan atas riwayat-riwayat di dalam Injil.<ref>{{cite book|last1=MacCulloch|first1=Diarmaid|title=Christianity: The First Three Thousand Years |url=https://books.google.com/books?id=7x4m20TRYzQC&pg=PT148 |date=2009|publisher=Viking Penguin|location=New York|isbn=978-0-670-02126-0|page=151}}</ref>
[[
[[Bapa Gereja]] [[Agustinus dari Hippo|Agustinus dari Hipo]] (354–430) menulis tentang pentingnya pemakaian nalar dalam menafsikan kitab suci Yahudi dan Kristen, dan dalam menafsirkan banyak bagian [[Kitab Kejadian]] karena merupakan metafora yang dibabarkan panjang lebar.<ref>De Genesi ad literam 1:19–20, Bab. 19 [408], De Genesi ad literam, 2:9</ref> Meskipun demikian, Agustinus secara tersirat menerima pula literalisme tentang penciptaan [[Adam dan Hawa]]{{Citation needed|date=Juli 2021}}, dan secara terbuka menerima literalisme tentang keperawanan [[Maria]], ibu [[Yesus]].<ref>De Sacra Virginitate, 6,6, 18, 191.</ref>
Baris 48:
Mayoritas umat Kristen injili dan fundamentalis menganggap [[Kejelasan kitab suci|teks Alkitab itu jelas]], serta percaya bahwa rata-rata orang dapat memahami makna dasar dan ajaran-ajaran Alkitab. Golongan umat Kristen tersebut kerap mengacu kepada ajaran-ajaran Alkitab alih-alih kepada [[eksegesis|proses penafsiran itu sendiri]]. Doktrin kejelasan teks ini tidak berarti bahwa prinsip-prinsip penafsiran sudah tidak diperlukan lagi, dan tidak pula berarti bahwa tidak ada kesenjangan antara lingkungan budaya tempat Alkitab di ditulis dengan lingkungan budaya seorang pembaca pada zaman modern. Sebaliknya prinsip-prinsip eksegesis dan penafsiran diberdayakan sebagai bagian dari proses menghilangkan kesenjangan budaya tersebut. Doktrin ini tidak menyangkal bahwa Alkitab adalah sandi yang harus diuraikan,<ref>{{Cite book | publisher = David C Cook | isbn = 9780781438773 | page = 26 | last1 = Zuck | first1 = Roy B | author-link1 = Roy B. Zuck | title = Basic Bible Interpretation: A Practical Guide to Discovering Biblical Truth | location = Colorado Springs | year = 2002 | orig-year = 1991 | quote = Ajaran-ajaran Alkitab tidaklah tak terselami rata-rata orang, sebagaimana anggapan beberapa pihak. Alkitab juga tidak ditulis sebagai sebuah sandi sastra, kitab yang berisi rahasia-rahasia dan teka-teki yang dijabarkan dalam format tak yang sengaja diacak agar tidak dapat disebarluaskan.}}</ref> dan tidak pula menyangkal bahwa usaha memahami Alkitab memerlukan analisis akademis rumit yang merupakan perkara lumrah di dalam metode tafsir [[metode kritis-historis|kritis-historis]].{{citation needed|date=Juli 2021}}
[[
Para literalis biblis percaya bahwa Alkitab harus ditafsirkan sebagai pernyataan-pernyataan harfiah penulisnya, kecuali nas tertentu yang jelas diniatkan penulisnya menjadi alegori, puisi, atau ragam sastra lainnya. Menurut para kritikus, maksud alegoris dapat saja ambigu. Umat Kristen fundamentalis biasanya memperlakukan ayat-ayat seperti [[Penciptaan menurut Kitab Kejadian|riwayat penciptaan di dalam Kitab Kejadian]], riwayat [[Mitos air bah|riwayat air bah]] dan [[bahtera Nuh]], serta umur bapa-bapa leluhur yang kelewat panjang pada [[silsilah-silsilah di dalam Kitab Kejadian]] sebagai fakta sejarah biasa, berdasarkan makna harfiahnya, demikian pula riwayat-riwayat [[Sejarah Israel dan Yehuda kuno|sejarah Israel Purba]], intervensi-invervensi [[supernatural]] [[Allah]] di dalam sejarah umat manusia, dan [[Mukjizat Yesus Kristus|mukjizat-mukjizat Yesus]].<ref>[http://www.cslewisinstitute.org/pages/resources/publications/knowingDoing/2004/Miracles.pdf#search=%22miracles%20C.S.Lewis%22 ''Pandangan C.S. Lewis tentang Mukjizat-Mukjizat''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080720041510/http://www.cslewisinstitute.org/pages/resources/publications/knowingDoing/2004/Miracles.pdf#search=%22miracles%20C.S.Lewis%22 |date=2008-07-20 }}, Art Lindsley, Knowing & Doing; A Teaching Quarterly for Discipleship of Heart and Mind: C.S. LEWIS INSTITUTE, Edisi Musim Gugur 2004</ref><ref>[http://www.icr.org/pdf/imp/imp-395.pdf#search=%22Genesis%20Flood%20Whitcomb%22 ''The History and Impact of the Book, The Genesis Flood''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060927101053/http://www.icr.org/pdf/imp/imp-395.pdf#search=%22Genesis%20Flood%20Whitcomb%22 |date=2006-09-27 }}, John C. Whitcomb, Impact, No. 395, Mei 2006</ref> Literalisme tidak menyangkal bahwa Alkitab mengandung perumpamaan-perumpamaan, metafora-metafora, dan alegori, tetapi lebih mengandalkan tafsir-tafsir kontekstual yang didasarkan atas niat penulis yang jelas tampak.<ref name=Chicago>[http://www.bible-researcher.com/chicago2.html ''Chicago Statement on Biblical Hermeneutics With commentary by Norman L. Geisler''], Terambil dari ''Explaining Hermeneutics: A Commentary on the Chicago Statement on Biblical Hermeneutics'', Oakland, California: International Council on Biblical Inerrancy, 1983. {{dead link|date=January 2017}}</ref><!--
|