Lampung: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
| caption = Searah jarum jam: Patung [[Radin Inten II]], [[Menara Siger]], [[Kopi]] [[Robusta]] Lampung, [[Tugu Adipura]] [[Bandar Lampung]], [[Pantai Pasir Putih]], [[Gajah]] di [[Taman Nasional Way Kambas]] dan [[Gunung Anak Krakatau]]
| koordinat = 6º 45' – 3º 45' [[Lintang Selatan|LS]]{{br}}103º 48' – 105º 45' [[Bujur Timur|BT]]
| motto = "[[Sang Bumi Ruwa Jurai]]"{{br}}<small>([[Bahasa Lampung]]: Satu Daerah ditempati oleh dua adat/tradisi yakni Saibatin dan Pepadun)</small>
| dasar hukum = UU Nomor 14 Tahun 1964<ref>http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3d4cd0233dc/node/25499</ref>
| tanggal = [[18 Maret]] [[1964]] (hari jadi)
Baris 60:
| rumah = [[Istana Sekala Brak|Gedung Dalom]] & [[Nuwo Sesat]]
| flora = [[Bunga Pukul Empat]]
| fauna = [[Gajah Sumatra]], [[[Badak Sumatra]], [[Harimau Sumatra]]
| web = {{URL|lampungprov.go.id/}}
}}
Baris 75:
#Ketika Suku bangsa yang mendiami Kepaksian Sekala Brak Kuno beribu negeri di [[Belalau, Lampung Barat|Bakhnasi Tanjung Menang]] melarikan diri dan Kerajaan Sekala Brak Kuno jatuh ketangan [[Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak|Kepaksian Sekala Brak]], hingga mereka menyebar kedaerah-daerah lainnya.
 
Pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 Masehi Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan Umpu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah surat Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah [[Gedung Dalom|Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak]] dan Umpu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah pertukaran antara Inggris dan Belanda yaitu [[Singapura| Singapura]] dan [[Bengkulu| Keresidenan Bengkulen]], Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapura, suatu hal yang pasti bahwa Inggris itu tidak pernah menjajah [[Paksi Pak]]. Ada beberapa perjanjian baik di Kepaksian nyerupa, Kepaksian Pernong, Kepaksian Bejalan di Way dan Kepaksian Belunguh, perjanjian Kompeni Inggris untuk tidak saling menyerang, kemudian perjanjian apa bila musuh menyerang dari laut maka Kompeni Inggris lah yang menghadapi, apabila musuh datang dari darat maka [[Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak]] lah yang menghadapi. [[Lambang Kepaksian Sekala Brak]] ini adalah Cambai Mak Bejunjungan dengan cicca tidak bersekutu berpisah tidak bercerai. Kejadian ini cukup membuktikan Adanya hubungan yang erat antara Lampung dengan [[Kesultanan Banten]], sehingga banyak ditemukannya keturunan [[Sekala Brak]] yang berada di Cikoneng Banten hingga saat ini. Pada jaman Pra-sejarah ada penambahan kata Adat menjadi Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak, Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak<ref>https://skalabraknews.com/2018/03/27/selayang-pandang-sejarah-kerajaan-skalabrak-lampung-3547/</ref><ref>https://dinaspariwisata.lampungprov.go.id/halaman/detail/kawasan-batu-brak</ref><ref>http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/eng/3046-2943/Kepaksian-Sekala-Brak_41700_hidayatullah_p2k-stiehidayatullah.html</ref>. Lampung tidak pernah menjadi wilayah kekuasaan [[Kerajaan Tarumanagara]] dan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya [[Kesultanan Banten]] menghancurkan [[Pajajaran]], ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Hasanuddin, lalu mengambil alih kekuasaan atas [[Banten]]. Hal ini dijelaskan dalam buku ''The Sultanate of Banten'' karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:
 
{{quote|''"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The sultanate of Banten|date =|year =1990|page =19
Baris 82:
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan [[Provinsi Sumatra Selatan]].
 
Kendatipun [[Provinsi Lampung]] sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari [[Provinsi Sumatra Selatan]], namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada jaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800<ref>https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631/1/YULI%20KRISTIAN-FITK.pdf</ref> selama abad ke-19 hingga abad ke-20, [[Hindia Belanda]] adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan [[Imperium Belanda]]. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosian yang kaku dengan para elit belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang di jajah oleh mereka, sedangkan istilah [[Indonesia]] di gunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
 
Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Haji, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.
Baris 144:
==== Sungai ====
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan ''cathment area (c.a)''-nya adalah:
* [[Sungai Sekampung|Way Sekampung]], panjang 265&nbsp;km, c.a. 4.795,52 km2
* [[Way Semaka]], panjang 90&nbsp;km, c.a. 985 km2
* [[Sungai Seputih|Way Seputih]], panjang 190&nbsp;km, c.a. 7.149,26 km2
* [[Sungai Jepara|Way Jepara]], panjang 50&nbsp;km, c.a. 1.285 km2
* [[Way Tulangbawang]], panjang 136&nbsp;km, c.a. 1.285 km2
* [[Sungai Mesuji|Way Mesuji]], panjang 220&nbsp;km, c.a. 2.053 km2
 
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50&nbsp;km adalah: