Perubahan iklim dan gender: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 19:
[[Berkas:Medical examination, pregnant women.jpg|jmpl|Pemeriksaan terhadap wanita hamil di Brazil]]Perubahan iklim memengaruhi kondisi kesehatan semua gender dan dapat memperlebar kesenjangan kesehatan berbasis gender yang telah lama ada. Perubahan iklim meningkatkan risiko kejadian yang dapat mendorong munculnya gangguan kesehatan berupa peningkatan paparan panas, kualitas udara buruk, peristiwa cuaca ekstrem, perubahan transmisi [[penyakit tular vektor]], penurunan kualitas air, dan penurunan ketahanan pangan. Semua masalah tersebut memengaruhi laki-laki dan perempuan secara berbeda bergantung pada wilayah geografis dan faktor sosial ekonomi.{{sfn|Sorensen|Murray|Lemery|Balbus|2018|p=1}} Asia, terutama [[Asia tenggara]] dan [[Asia Selatan]], diperkirakan menjadi kawasan yang paling terdampak [[pemanasan global]] dan krisis iklim di antara bagian bumi yang lain.{{sfn|Choudhury|2020}} Peningkatan suhu secara ekstem diprediksi mengancam kesehatan para pekerja di luar ruangan di Asia Tenggara pada 2050. Salah satu risiko kesehatan yang muncul adalah [[pitam panas]].{{sfn|Kjellstrom|Lemke|Otto|2013|p=56}}
Berdasarkan penelitian [[The Lancet]] pada 2019, perempuan termasuk paling rentan terhadap kondisi cuaca ekstrem.{{sfn|Watts|Amann|Arnell|Ayeb-Karlsson|2019|p=1836}} Mereka rentan terhadap paparan panas tinggi. Panas yang ekstrem dapat memengaruhi kondisi ibu hamil dan janinnya, risiko yang dihadapi antara lain kelahiran prematur, cacat bawaan, [[tekanan darah tinggi]] (hipertensi gestasional), dan [[pre-eklampsia]]. Peningkatan suhu udara juga berpotensi meningkatkan penularan malaria. Wanita hamil, menurut studi, lebih rentan tertular malaria daripada wanita yang sedang tidak hamil.{{sfn|World Health Organization|2014|p=10}}. Perempuan sebagai gender dengan kebutuhan spesifik, misalnya kebutuhan nutrisi yang cukup saat hamil, bisa terganggu kesehatannya akibat kurangnya ketersediaan pangan. Bencana alam juga memicu [[Kegelisahan|kecemasan]] dan [[Depresi (psikologi)|depresi]] pada perempuan. Selain itu, perempuan yang melahirkan saat bencana juga berisiko mengalami komplikasi [[kehamilan]], seperti pre-eklampsia, [[perdarahan]], dan kelahiran bayi bobot kurang.{{sfn|Sorensen|Murray|Lemery|Balbus|2018|p=3}}
Badai yang merupakan salah satu efek perubahan iklim juga memengaruhi kehidupan perempuan. [[Hurikan Katrina]] yang terjadi di [[New Orleans]], Amerika Serikat, pada 2005 membuat banyak perempuan miskin harus hidup sebagai ibu tunggal. Selain itu, kesehatan mereka juga terganggu akibat fasilitas [[sanitasi]] yang kurang memadai di lokasi pengungsian. Tempat penampungan yang bercampur antara laki-laki dan perempuan menjadikan pengungsi perempuan rentan terhadap kekerasan seksual dan fisik.{{sfn|Sartika|2018}}
|