Ahmadiyyah di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Perkembangan awal: Selesai sejarah Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 22:
=== Perkembangan awal ===
[[File:Singaparna1925.jpg|thumb|left|400px|Komunitas awal Muslim Ahmadiyah di depan sebuah masjid di [[Singaparna]], [[Jawa]], pada akhir 1920-an.]]
Diskusi, ceramah, dan debat memainkan peran penting dalam awal kemajuan gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Segera setelah Rahmat Ali tiba di Tapaktuan,
Setahun kemudian, setelah kedatangan Rahmat Ali, sebuah Komite Mencari Hak dibentuk oleh Tahar Sutan Marajo, seorang Muslim non-Ahmadi di wilayah [[Pasa Gadang, Padang Selatan, Padang|Pasar Gadang]], [[Padang]], Sumatera Barat, untuk membawa Para misionaris Ahmadiyah dan ulama ortodoks bersama-sama berdebat tentang masalah agama. Namun, perdebatan tidak terjadi karena para ulama tidak muncul. Menurut laporan Ahmadi, beberapa anggota komite masuk Ahmadiyah. Beberapa perdebatan yang paling terkenal, pada tahun-tahun awal gerakan, antara Muslim Ahmadi Indonesia dan ulama ortodoks adalah dengan [[Persatuan Islam]], sebuah organisasi Islam Indonesia yang didirikan pada tahun 1923. Perdebatan itu biasa diadakan di [[Bandung]] dan [[Batavia]], yang keduanya terletak di bagian barat Jawa. Debat pertama dengan Persatuan Islam adalah tentang kematian Yesus, dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang dan berlangsung selama tiga hari selama April 1933. Debat kedua membahas topik yang lebih luas, diadakan pada bulan September tahun yang sama, dan disaksikan oleh lebih dari 2.000 orang.<ref name="Burhani663">{{cite journal | journal=Journal of Social Issues in Southeast Asia | title=Conversion to Ahmadiyya in Indonesia: Winning Hearts through Ethical and Spiritual Appeals | date=2014 | volume=29 | author=Ahmad Najib Burhani | publisher=Sojourn | pages=663–669}}</ref>
|