Panarukan, Situbondo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan spam Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 15:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Enkele schepen op de rede van Panaroekan aan Straat Madoera Oost-Java TMnr 60009809.jpg|jmpl|270px|ka|Kapal di pelabuhan Panarukan (1927-1929)]]
[[Berkas:Java Great Post Road.svg|jmpl|270px|ka|Panarukan ("Panaroecan") di ujung timur ''Grote Postweg'']]
'''Panarukan''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Situbondo]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Kecamatan ini berjarak sekitar 8 Km dari ibu kota [[Kabupaten Situbondo]] ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di [[Wringin Anom, Panarukan, Situbondo|Desa Wringin Anom]]. Nama Panarukan yang dahulu dieja ''Panaroecan /Panarokkan'' dikenal terutama sebagai ujung timur [[Jalan Raya Pos]] atau ''Grote Postweg'' yang dibangun Gubernur Jenderal [[Daendels]], Gubernur Jenderal [[Hindia Belanda]] kala itu.
Jejak Pelabuhan Panarukan
.Stasiun ini diungkapkan pada tahun 1897. Tujuan membikin stasiun ini adalah untuk mengangkut benda/barang dari Pelabuhan Panarukan. Karena itu, dibangunlah jalur lori dari Pelabuhan Panarukan yang berjarak 1 km timur dari stasiun ini. Jalur lori ini hanya dipergunakan untuk mengangkut benda/barang. Operator stasiun ini adalah perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda Staats Spoorwegen (SS). Sebelum tahun 1980, stasiun ini sangat ramai dengan penumpang dan benda/barang yang berhasrat ke pelabuhan.▼
Dalam berita klasik (era Majapahit) sebelum dinamakan Panarukan daerah ini termasuk kekuasaan Kadipaten Blambangan wilayahnya di sebut Purbosari, sampai akhirnya ditaklukkan oleh Majapahit (Babat Kencono Wungu dan Damar Wulan) , Panarukan telah menjadi sebuah bandar
kuno tempat bersandarnya kapal-kapal yang memiliki peran penting di bidang sosial,
ekonomi bahkan politik. Panarukan menjadi strategis karena tidak semata-mata menjadi
penghubung antara Jawa bagian timur dengan Pulau Madura, Surabaya dan seterusnya,
tapi sekaligus menjadi jalur perdagangan yang ramai karena letaknya di “bibir” pantai
utara Jawa. Tidak mau kalah dengan elit kerajaan yang sering singgah, Raja Majapahit
(Hayam Wuruk) juga pernah mengunjungi bandar ini tahun 1359 M.
Di masa silam, sepanjang daerah Situbondo merupakan daerah penting di pantai
utara bagian timur pulau Jawa. Sebab di kawasan Situbondo terdapat pelabuhan-
pelabuhan penting yang menghubungkan antara daerah Jawa dan Madura, serta ke
wilayah timur, seperti Maluku. Adapun pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah Panarukan,
Kalbut dan Jangkar. Malah kota Panarukan pada abad ke-14 merupakan salah satu
pangkalan penting bagi kerajaan Majapahit.
Berdasar atas berita klasik di atas, tidak salah bila Panarukan telah menjadi satu
kota pelabuhan penting pada era tersebut. Sejak abad ke-16 Panarukan telah berfungsi
sebagai salah satu kota pelabuhan penting di Jawa Timur. Secara jelas kawasan
Pelabuhan Panarukan ini terletak di Pedukuhan Pesisir desa Kilensari. Adapun jarak dari
kawasan pelabuhan ke pusat kota Situbondo tidak lebih dari 10 km ke arah barat.
Dengan demikian, kawasan ini berada disela-sela antara jalan raya dengan pantai. Jalan
raya merupakan satu struktur sendiri yang menghubungkan dengan jalur daratan,
sementara pantai juga merupakan struktur tersendiri yang telah sedikit diurai di atas.
Sehingga tidak ada alasan lagi kalau Panarukan dengan mudah menjadi kota pelabuhan.Tak lupa sebagai kota Pelabuhan layaknya liverpool dan Manchester di Inggris. Kota panarukan juga terdapat stasiun kereta sebagai transportasi penyalur hasil perkebunan dari kota kota tetangganya seperti Jember, Bondowoso dan Banyuwangi untuk di ekspor ke Eropa dikala itu. seperti Belanda dan Jerman
▲.Stasiun ini
Pada tahun 1980, aktivitas Pelabuhan Panarukan perlahan-lahan mulai sepi. Ekspor melewati laut kemudian dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pelabuhan Panarukan menjadi kurang diminati karena lautnya menjadi dangkal sekitar 1,5 meter kemudian suatu peristiwa sedimentasi dari Sungai Sampeyan. Akibatnya, kapal-kapal bertonase besar tak dapat sandar. Karena jarang dipakai, jalur lori ke pelabuhan dinon-aktifkan pada awal tahun 1990. Sesudah jalur lori ini ditutup, stasiun ini tak melayani kereta benda/barang lagi.
|