Indosiar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Eleonoratan (bicara | kontrib)
k penambahan bahasa supaya tidak salah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 37:
Ide dari [[Grup Salim]] untuk memiliki sebuah televisi swasta sebenarnya sudah ada ketika pemerintah mengeluarkan izin bagi [[RCTI]] untuk berdiri sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia di tahun 1989. Adanya keuntungan dari TV swasta dan kerajaan bisnis Grup Salim yang merambah ke berbagai sektor, membuat adanya "keharusan" bagi mereka untuk memiliki stasiun TV sendiri. Bak gayung bersambut, pemerintah kemudian memberikan izin kepada [[perusahaan patungan]] antara Grup Salim dan koran ''[[Suara Merdeka]]'' di [[Semarang]] untuk membangun sebuah [[daftar stasiun televisi lokal di Indonesia|stasiun televisi lokal]]. Nama televisi itu adalah Merdeka Citra Televisi Indonesia (MCTI). Izin pendiriannya sendiri dikeluarkan pada 21 Agustus 1991,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=_IGWDwAAQBAJ&pg=PA32&dq=PT+Cakrawala+Bumi+Sriwijaya+Televisi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjNztzrqrHuAhXXQ30KHSanBvkQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=PT%20Cakrawala%20Bumi%20Sriwijaya%20Televisi&f=false Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi: Edisi 2]</ref> dan dimiliki secara patungan masing-masing 60% untuk Salim dan 40% untuk Suara Merdeka. Untuk mempersiapkannya, Salim kemudian melakukan kerjasama dengan [[TVB]] Hong Kong yang ditempatkan di kantor pusat MCTI di Semarang.<ref name="ishadisk">[[Ishadi S.K.]] 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas</ref> Selain itu, Salim juga merencanakan membangun salah satu stasiun televisi lagi di Batam. Stasiun televisi itu diberi nama Ramako Indotelevisi (RIT TV), yang merupakan patungan dari Grup Salim dan [[Grup Ramako]] (milik [[Bambang Nuryatno Rachmadi|Bambang Rachmadi]]).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=hFZGYmE9d1oC&printsec=frontcover&dq=PT+Cakrawala+Bumi+Sriwijaya+Televisi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjNztzrqrHuAhXXQ30KHSanBvkQ6AEwCXoECAQQAg#v=onepage&q&f=false Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia]</ref> Pembangunan stasiun TV di daerah tersebut, disebabkan oleh sikap pemerintah yang pada saat itu hanya membolehkan satu stasiun TV swasta di daerah masing-masing.
 
Namun, kemudian Salim memutuskan untuk mengubah rencananya dengan membangun suatu TV swasta nasional. Dalam lobi yang dilakukan oleh [[Anthony Salim]] dengan Presiden [[Soeharto]] di Eropa, Anthony mengusulkan pembentukan stasiun TV yang mengurusi masalah-masalah ekonomi, khususnya ekonomi pedesaan. Sementara itu, dari pihak lain yaitu Eko Supardjo Rustam (anak mantan [[Gubernur Jawa Tengah]] [[Soepardjo Rustam]]) dan [[Mendagri]] muncul ide untuk membangun stasiun TV yang berada di Jawa Tengah, untuk menyiarkan siaran berbasis budaya [[Jawa]]. Presiden Soeharto kemudian memutuskan untuk menggabungkan ide mereka dalam bentuk satu perusahaan, yaitu PT Indosiar Visual Mandiri, yang bertujuan untuk menyiarkan acara berbasis ekonomi pedesaan dan kebudayaan. Secara resmi, PT Indosiar Visual Mandiri resmi didirikan pada 19 Juli 1991, dan mendapat izin siarannya pada 18 Juni 1992.<reF>[https://books.google.co.id/books?id=_IGWDwAAQBAJ&pg=PA32&dq=PT+Cakrawala+Bumi+Sriwijaya+Televisi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjNztzrqrHuAhXXQ30KHSanBvkQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=PT%20Cakrawala%20Bumi%20Sriwijaya%20Televisi&f=false Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi: Edisi 2]</ref><ref name="Lapkeu062004">{{Cite web |url=http://www.indosiar.com/investor/pdf/report_june_2004.pdf |title=Laporan Keuangan Indosiar Juni 2004 |access-date=2005-03-16 |archive-date=2005-03-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20050316030810/http://www.indosiar.com/investor/pdf/report_june_2004.pdf |dead-url=no }}</ref> Layaknya [[TPI]], stasiun TV ini dimaksudkan untuk bersiaran secara nasional dengan sifat khusus (dinamakan Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Khusus/SPTSK) karena memiliki tujuan tertentu, bukan sekadar hiburan semata, tidak seperti stasiun TV swasta lain yang hanya diizinkan bersiaran secara lokal.<ref name=ishadisk/> Memang terdengar "aneh", tapi memang begitulah kebijakan pemerintah Orde Baru untuk memberikan keleluasaan pada kroni-kroninya, dalam hal ini Grup Salim. Belum lagi beroperasi, setahun kemudian yaitu pada 30 Januari 1993, Indosiar bersama 4 stasiun TV swasta yang sudah ada ([[RCTI]], [[SCTV]], [[TPI]] dan [[ANteve]]) diizinkan untuk bersiaran dengan status yang sudah diubah, yaitu Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Umum (SPTSU). Jika bagi stasiun TV seperti [[SCTV]] dan RCTI dengan keputusan ini maka mereka dapat bersiaran nasional, namuntetapi bagi Indosiar, berarti mereka bebas dari "komitmen" yang melekat pada SPTSK tersebut. Inilah yang akhirnya membuat Indosiar mampu menyiarkan acara hiburan pada awal pendiriannya. Pada akhirnya, dua stasiun TV swasta lokal lain yang direncanakan berdiri dan sebagian sahamnya dimiliki Grup Salim, yaitu MCTI dan Ramako Indotelevisi di [[Batam]], kemudian memutuskan untuk meleburkan diri mereka dalam Indosiar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=I0HbAAAAMAAJ&q=ramako+indotelevisi+indosiar&dq=ramako+indotelevisi+indosiar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiX26vWsbHuAhUxhuYKHRjXDLUQ6AEwBXoECAQQAg Dari barbar sampai Timor Timur: mengeja budaya massa]</ref>
 
Melanjutkan kerjasama yang dijalin sejak masih berniat membentuk MCTI, Indosiar kemudian menjalin hubungan dengan TVB yang memang sudah berpengalaman dalam industri TV di daerah tersebut sehingga diharapkan bisa memberikan pengetahuan pada pekerja Indosiar. Kerjasama ini diwujudkan dengan mencontoh tindakan TVB dengan membangun studio bagi produksi acara sendiri yang paling modern di Indonesia. Selain itu, Indosiar juga mendatangkan langsung 150 tenaga kerja asing, yang cukup banyak berada di posisi-posisi penting seperti divisi produksi, perencanaan dan pemasaran langsung dari TVB. Sayangnya, kebijakan mendatangkan 150 TKA ini langsung menimbulkan kontroversi karena dianggap bisa berbahaya bagi kebudayaan nasional (misalnya karena isu mereka akan memproduksi 800 serial tiruan asing) dan dianggap melanggar peraturan pemerintah. Mengetahui hal itu, sebulan sebelum bersiaran (18 Desember 1994), manajemen Indosiar memutuskan untuk mengurangi karyawan TVB hanya menjadi 30 orang saja. Mereka kemudian terus dikurangi dengan meningkatkan pelatihan pada karyawan Indosiar yang sudah ada sehingga pada akhirnya pada 1996, hampir tidak ada lagi TKA dari TVB di sana<ref name=ishadisk/> (ada yang berpendapat, polemik ini tidak lebih merupakan bentuk ketidaksukaan atas seorang pengusaha nonpribumi yang memiliki sebuah stasiun TV).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=l8uGAwAAQBAJ&pg=PA141&dq=Indosiar+Visual+Mandiri+TVB&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiy1Kvyq7HuAhVTg-YKHWKJDr0Q6AEwAnoECAYQAg Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia]</ref> Hasil kerjasama dari TVB itulah, adalah bentuk [[logo]] Indosiar yang sangat mirip dengan logo [[Television Broadcasts Limited]], [[Hong Kong]] dan berbagai program drama Asia yang akan ditayangkan di awal siarannya. Dalam hal pendanaan, pembentukan Indosiar sendiri memakan investasi sebanyak [[Dolar Amerika Serikat|US$]] 200 juta.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=JELjAAAAMAAJ&q=indosiar+200+miliar&dq=indosiar+200+miliar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZ_L62w8vuAhWQ7HMBHbctAC4Q6AEwBHoECAAQAg Gamma, Volume 4,Masalah 1-9]</ref>
 
Terlepas dari hal tersebut, Indosiar tetap melanjutkan kegiatannya dan melakukan siaran percobaan pada tanggal [[19 Desember]] [[1994]] mulai pukul 19.00 hingga 21.30 WIB atau 22.00 WIB bahkan 22.30 WIB (bisa bertambah jika ada siaran kenegaraan ataupun keagamaan yang direlay TVRI) di wilayah [[Jakarta]] (41 UHF), [[Bandung]] (54 UHF), [[Semarang]] (27 UHF), [[Yogyakarta]] (28 UHF), [[Surabaya]] (28 UHF), [[Denpasar]] (27 UHF), [[Medan]] (23 UHF) dan [[Ujung Pandang]] (27 UHF), diundur dari rencana awal pada Juli dan Agustus 1994.<ref name="tanpasiaransiang">[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p130.html Indosiar tanpa siaran siang]</ref> Siaran percobaannya pada saat itu hanya menyiarkan sebuah film lepas pilihan dan dua siaran berita dari TVRI (Berita Malam dan Dunia Dalam Berita). Akhirnya, Indosiar resmi mengudara pada [[11 Januari]] [[1995]], diresmikan oleh [[Menteri Penerangan]] [[Harmoko]] dan mengawali siaran resminya dengan program "Pesta Semarak Indosiar" yang disiarkan langsung mulai jam 19.30 WIB hingga 21.30 WIB.<ref>[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p13.html Indosiar siaran penuh]</ref> Awalnya, siaran Indosiar hanya berlangsung dari jam 16.00 WIB hingga 24.00 WIB, namuntetapi sejak 1997 siarannya mulai dilakukan sejak pagi (kecuali untuk akhir pekan, yang sejak awal bersiaran sudah dimulai dari jam 06.00 WIB). Dalam awal bersiaran, Indosiar langsung menggebrak dengan berbagai program hiburan, terutama berupa drama-drama Hongkong. Seperti misalnya serial ''[[Return of The Condor Heroes]]'' yang dibintangi oleh [[Andy Lau]], ''[[To Liong To]]'' yang dibintangi oleh [[Tony Leung]] yang keduanya cukup populer di kalangan penonton. Demi memuaskan keinginan pentonton akan banyaknya siaran asing ini, Indosiar bahkan langsung meluncurkan teknologi baru yaitu [[NICAM]] yang menghasilkan suara jernih.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=docLAQAAMAAJ&pg=PA1073&dq=Indosiar+Visual+Mandiri+TVB&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiy1Kvyq7HuAhVTg-YKHWKJDr0Q6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=Indosiar%20Visual%20Mandiri%20TVB&f=false Seabad pers kebangsaan, 1907-2007]</ref> Indosiar juga menciptakan acara tradisional yang sudah ada di TVRI namun dengan gaya modern seperti [[Srimulat]]. Selain itu, Indosiar banyak menekankan kebudayaan. Salah satu program kebudayaan yang selalu ditayangkan adalah acara pertunjukan [[wayang]] pada malam minggu. Penayangan acara ini tidak lain merupakan perwujudan dari keinginan awal Presiden saat Indosiar didirikan pada 1992, yaitu menyiarkan acara yang kental dengan kebudayaan (dalam hal ini kebudayaan Jawa). Secara umum, Indosiar pada saat itu menargetkan pasar keluarga, dan sudah mencanangkan diri untuk menyiarkan banyak program/film lokal dari awal, ditambah juga acara ''in-house'' (bahkan sudah menyiapkan ''internal production house''). Namun, pada awalnya acaranya masih 70% impor-30% lokal.<ref>[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p21.html Persaingan televisi: Makin ketat, makin asing]</ref><Ref>[https://forum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p129.html Program acara untuk seluruh keluarga]</ref><ref name=tanpasiaransiang/>
 
Seiring perkembangan waktu dan program, Indosiar juga mempopulerkan sinetron Indonesia yang bertemakan [[cinta]] dan [[keluarga]] (dimulai sejak munculnya ''[[Tersanjung]]''), acara-acara realitas yang melibatkan emosi penonton dan [[Layanan pesan singkat|SMS]] secara langsung (dimulai sejak munculnya ''[[Akademi Fantasi Indosiar|AFI]]''), ''[[infotainment]] KISS (Kisah Seputar Selebritis)'', kuis seperti ''Kuis Siapa Berani'' dan ''[[Famili 100 (Musim II)|Famili 100]]'', dan juga program berita seperti ''[[Fokus (acara televisi)|Fokus]]'' dan ''[[Patroli (acara televisi)|Patroli]]''. Indosiar juga pernah menayangkan [[kartun]] yang cukup banyak setiap hari [[Minggu]] yaitu dari pukul 06.30 sampai 12.00 WIB. Kartun yang pernah populer di Indosiar adalah ''[[Dragon Ball]], [[Digimon]], [[Pokémon (anime)|Pokémon]], [[Bleach]], [[Naruto]], [[Gundam]],'' dan lain-lain.
 
Indosiar merupakan suatu stasiun televisi yang cukup populer di Indonesia pada awal pendiriannya. Stasiun ini terkenal karena langsung menyajikan program film-film impor, dan selanjutnya sinetron keluarga. Pada tahun 1999, stasiun ini bisa dikatakan melampaui RCTI dengan pasar 34-38%.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=l8uGAwAAQBAJ&pg=PA141&dq=indosiar+rcti+dominance&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwing5z1w8vuAhVAyTgGHePOC24Q6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=indosiar%20rcti%20dominance&f=false Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia]</ref> Di tahun 2002, Indosiar bahkan tercatat "menengguk" kue iklan terbesar dibanding stasiun TV lain.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=JELjAAAAMAAJ&q=indosiar+200+miliar&dq=indosiar+200+miliar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZ_L62w8vuAhWQ7HMBHbctAC4Q6AEwBHoECAAQAg Gamma, Volume 4,Masalah 1-9]</ref> Pada tahun 2004-2007, program sinetron (awalnya keluarga, namuntetapi kemudian juga kolosal) juga cukup dibantu oleh program realitas berupa kontes bernyanyi, seperti ''AFI, [[StarDut]], [[Mamamia]], [[Superstar Show]]'', ''[[Supermama Selebconcert]]'', dan berbagai program lainnya. Namun, memasuki akhir 2000-an, tampak program kontes menyanyi tersebut sudah tidak banyak menarik pemirsa,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=docLAQAAMAAJ&pg=PA1073&dq=indosiar+ikan+terbang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjN9Jvex8vuAhU1huYKHag1A1kQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=indosiar%20ikan%20terbang&f=false Seabad pers kebangsaan, 1907-2007]</ref> sehingga Indosiar mulai lebih memanfaatkan program drama [[Film televisi|FTV]] dan sinetron kolosal produksi [[Genta Buana Paramita]] (meski saat program kontes menyanyi tersebut masih berjaya, FTV dan sinetron tersebut sebenarnya sudah banyak beredar) serta beberapa program non-drama seperti kuis musik ''[[Happy Song]]'' dan program realitas ''[[Take Me Out Indonesia]]'' beserta beberapa program turunannya seperti ''Take Him Out Indonesia'' dan ''Take A Celebrity Out''. Berbagai sinetron dan program non-drama tersebut, menandakan perubahan Indosiar menjadi stasiun TV untuk penonton "kelas bawah", bahkan sampai saat ini. Awalnya, banyak drama kolosal Indosiar, seperti ''[[Tutur Tinular Versi 2011]]'' cukup populer,<ref>[https://archive.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/57753-tutur-tinular-versi-2011-akhir-petualangan-kamandanu-yang-melenceng-terlalu-jauh.html Tutur Tinular versi 2011: Akhir Petualangan Kamandanu yang Melenceng Terlalu Jauh]</ref> namun kemudian justru Indosiar menjadi pergunjingan di [[media sosial]] mengingat program-program drama dan FTV buatan Genta Buana itu cenderung berkualitas rendah, cerita terkadang melenceng dari sejarah seharusnya, dan menggunakan efek [[animasi]] yang masih dibawah standar. Hal-hal yang menjadi gunjingan tersebut, seperti misalnya animasi [[naga]] terbang, karakter kelelawar Jayapati (yang mirip [[Batman]]) di ''Tutur Tinular 2011'' dan FTV Genta Buana yang ''backsound''-nya lebih mirip dangdut India. Akhirnya, justru pemirsa/''rating'' Indosiar semakin menurun (hanya menduduki posisi 6),<ref>[https://archive.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/58920-akan-seperti-apa-dan-bagaimana-seharusnya-indosiar-baru.html Akan Seperti Apa (dan Bagaimana Seharusnya) Indosiar Baru?]</ref> dan mungkin inilah yang menjadi salah satu alasan penjualan TV ini dari Grup Salim ke EMTEK pada 2011. Setelah dikuasai EMTEK, awalnya Indosiar tetap mempertahankan program tersebut, namuntetapi seiring dengan menurunnya ''rating'' maka pada 2012 Indosiar mulai melakukan beberapa penyesuaian. Beberapa perubahan tersebut, seperti memperbanyak program ''in-house'', tidak lagi menayangkan program sinetron berseri (terutama sejak 2013, namun sejak 2021 kembali ditayangkan) dan sinetron kolosal serta lebih menggalakkan acara realitas berjenis [[dangdut]], seperti ''[[D'Academy]], [[Bintang Pantura]]'' dan ''[[Liga Dangdut Indonesia]]''. Indosiar seperti menjadi stasiun "TV dangdut baru" yang melahirkan banyak bintang dangdut baru, semisal [[Lesti Kejora]], [[Evi Masamba|Evi Anggraini]], [[Reza Zakarya]], [[Fildan Rahayu]], [[Selfi Yamma]], [[Tiara Ramadhani]], [[Jirayut Afisan]], dan lain sebagainya. Meskipun demikian, terkadang Indosiar juga kerap menayangkan program realitas non-dangdut seperti ''[[Golden Memories]], [[Akademi Sahur Indonesia]], [[Stand Up Comedy Academy]]'' dan ''[[Pop Academy]]''. Selain itu pula, Indosiar juga makin memantapkan program FTV yang bernuansa religi (sejak 2014) seperti ''[[Azab (film televisi)|Azab]]'', ''[[Suara Hati Istri]]'' dan ''[[Pintu Berkah]]'' (produksi [[Mega Kreasi Films]]). Program-program ini cukup sukses menarik pasar masyarakat bawah, namuntetapi kadang-kadang dikritik oleh kalangan masyarakat atas karena inti ceritanya yang selalu monoton dan detail ceritanya cenderung kurang masuk akal. Di masa penguasaan EMTEK juga, Indosiar juga tak lagi menayangkan seluruh program kartun dan program jenis lainnya yang pernah ditayangkan selain FTV, sinetron, berita, infotainmen, gelar wicara dan pencarian bakat dan mulai menayangkan program [[sepakbola]], seperti [[Liga 1]] dan [[Piala Presiden]].
 
Pada awal [[Mei 2013]], Indosiar Karya Media resmi bergabung dengan [[Surya Citra Media]] dan membuat stasiun televisi ini dikendalikan oleh satu perusahaan media yang juga menguasai SCTV.<ref>[http://www.beritasatu.com/pasar-modal/106117-indosiar-dan-sctv-resmi-merger.html "Indosiar" dan "SCTV" Resmi Merger]</ref> Direktur Utama Indosiar saat ini adalah [[Imam Sudjarwo|Drs. Imam Sudjarwo, MP]].
 
== Kepemilikan ==
Indosiar awalnya merupakan perusahaan yang dimiliki dan didirikan oleh Grup Salim, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, pada tahun 1992 hingga 2011. Dalam awal pendiriannya, Indosiar dimiliki secara patungan oleh [[Andree Halim]] dan [[Anthony Salim]] (anak [[Sudono Salim]]) sebanyak masing-masing 50%. Kepemilikan Salim di sini sebenarnya hampir terancam lenyap akibat [[Krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997-1998]] yang kemudian menyebabkan stasiun TV ini harus diserahkan kepada [[Badan Penyehatan Perbankan Nasional|BPPN]] untuk membayar hutang [[Bantuan Likuiditas Bank Indonesia|BLBI]] ke [[Bank Central Asia|BCA]]. Pada tahun 1999-2000, kepemilikan Indosiar berubah, dengan perusahaan bentukan BPPN untuk menampung aset Grup Salim yaitu PT Holdiko Perkasa memegang 67%, sedangkan dua pemegang saham sebelumnya menyatukan kepemilikan mereka dalam PT Prima Visualindo yang memegang saham Indosiar sebanyak 32%. Seiring waktu, BPPN membawa Indosiar mencatatkan sahamnya di [[Bursa Efek Jakarta]] pada 22 Maret 2001 dengan melepas 15% kepemilikannya (bersama sedikit saham milik PT Prima) dengan nama emiten '''IDSR'''.<ref name=Lapkeu062004/> Lalu, di akhir 2001, BPPN (lewat PT Holdiko) kemudian menjual 49% sahamnya di Indosiar ke PT [[TDM Aset Manajemen]]<ref>[https://www.liputan6.com/news/read/24581/mayoritas-saham-holdiko-di-indosiar-terjual Mayoritas Saham Holdiko di Indosiar Terjual]</ref> sehingga kepemilikan BPPN tinggal 8,25%. Kemudian PT TDM (yang banyak diduga dibekingi oleh Grup Salim, walaupun belum terbukti) menjual sahamnya ke publik sehingga menyisakan hanya 29,02% dan ditambah penjualan saham Holdiko kepemilikan publik menjadi 43%. Namun, praktis PT Prima Visualindo tetap menjadi pengendali utama Indosiar, sehingga Indosiar tetap berada di kendali Grup Salim. Kondisi ini tetap tidak berubah dengan pembentukan [[perusahaan induk]] Indosiar, yaitu [[Indosiar Karya Media]] (IDKM) pada 4 Oktober 2004 dan penghapusan saham Indosiar setelahnya. IDKM kini menggantikan IDSR di bursa saham, namuntetapi tetap dengan kepemilikan yang sama yaitu Salim/PT Prima Visualindo 27%, TDM 29% dan publik 43%.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-218220/99--pemegang-saham-ivm-setuju-konversi-ke-ikm 99 % Pemegang Saham IVM Setuju Konversi ke IKM]</ref><ref>[http://www.andreasharsono.net/2006/02/televisi-batavia.html Televisi Batavia]</ref> Seiring waktu, saham TDM pun lenyap dan saham publik menjadi 59,17%, ditambah dengan saham [[BCA Sekuritas|PT Dinamika Usaha Jaya]] dan [[Citibank]] [[Singapura]]. Namun, saham PT Prima tetap.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1526728/tv5-filipina-akan-beli-indosiar TV5 Filipina akan Beli Indosiar]</ref>
 
Kondisi ini tetap berlangsung hingga ketika pada 3 Maret 2011 PT Prima Visualindo sepakat menjual 27% sahamnya ke PT [[Elang Mahkota Teknologi]] (EMTEK) yang dikendalikan keluarga [[Eddy Kusnadi Sariaatmadja|Sariaatmadja]].<ref>[https://investasi.kontan.co.id/news/emtk-bakal-jadi-pengendali-indosiar-1 EMTK bakal jadi pengendali Indosiar!]</ref> Transaksinya dilakukan dengan keluarga Sariaatmadja menjual PT [[PP London Sumatra Indonesia|London Sumatra Indonesia]] miliknya yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan [[sawit]] terbesar di Indonesia (yang diinginkan Grup Salim untuk memperkuat bisnis agribisnis dan barang konsumernya) sedangkan Salim menjual Indosiar pada EMTEK.<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/333647/akuisisi-indosiar-rampung-akhir-juni Akuisisi Indosiar Rampung Akhir Juni]</ref> Isu penjualan ini sesungguhnya sudah muncul sejak 2007, ketika Salim berhasil menuntaskan pembelian saham London Sumatra Indonesia, namuntetapi tampaknya transaksi "tukar guling" ini diundur beberapa waktu.<ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-785091/saham-indosiar-aktif-lagi Saham Indosiar Aktif Lagi]</ref><Ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-843952/akuisisi-lonsum-oleh-indofood-berjalan-mulus Akuisisi Lonsum oleh Indofood Berjalan Mulus]</ref> Walaupun sempat mendapat penolakan dari sejumlah pimpinan Indosiar dan adanya tuduhan monopoli oleh [[KPPU]], namuntetapi EMTEK tetap berhasil mengendalikan Indosiar dan bahkan berhasil meningkatkan kepemilikannya di Indosiar sebesar 84,77% setelah ''[[tender offer]]''.<ref>[https://finansial.bisnis.com/read/20120131/90/61865/modal-kerja-pemilik-sctv-raih-utang-rp2-5-triliun-dari-bca MODAL KERJA: Pemilik SCTV raih utang Rp2,5 triliun dari BCA]</ref> Pada akhirnya, induk Indosiar, IDKM melakukan penggabungan usaha dengan anak perusahaan EMTEK lain yang bergerak di bidang media, [[Surya Citra Media]] (SCM) pada 2013 sehingga kini Indosiar berada di bawah satu induk dengan SCTV sampai saat ini. Namun, sisa-sisa dari Grup Salim masih dapat kita lihat di kepemilikan PT Prima Visualindo atas EMTEK sebanyak 8,15%.<ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20190410113409-17-65668/induk-sctv-indosiar-private-placement-mau-akuisisi-lagi Induk SCTV & Indosiar Private Placement, Mau Akuisisi Lagi?]</ref>
 
Dalam perkembangan kepemilikan Indosiar, beberapa rumor juga sempat muncul misalnya, pada 2001 [[Bhakti Investama]] (yang dimiliki oleh [[Hary Tanoesoedibjo]]) berusaha mengikuti kompetisi untuk membeli 49% saham PT Holdiko di Indosiar, namun gagal karena rumor bahwa Bhakti ada di bawah kendali Grup Salim. Pada tahun itu juga, PT Prosperindo (milik [[Surya Paloh]]) juga mengikuti tender yang diadakan BPPN, namuntetapi gagal mendapatkan saham Indosiar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA30&dq=indosiar+bhakti&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwizytToxLHuAhVYeX0KHV0cBnkQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=indosiar%20bhakti&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref> Ada juga kabar bahwa perusahaan [[penyiaran]] [[Filipina]] [[ABS-CBN]] akan membeli saham Indosiar di tahun 2000.<Ref>[https://jawawa.id/newsitem/tv-industry-seeks-foreign-boost-1447893297JP/TV industry seeks foreign boost]</ref> Pada April 2010, [[Chairul Tanjung]] yang sudah memiliki [[Trans TV]] dan [[Trans7]] juga dirumorkan akan mengakuisisi stasiun televisi ini, yang sempat mengakibatkan kenaikan sahamnya.<ref>[https://republika.co.id/berita/113111/diisukan-bakal-dibeli-trans-tv-saham-indosiar-naik-tak-wajar Diisukan Bakal Dibeli Trans TV, Saham Indosiar Naik tak Wajar]</ref> Isu penjualan ke Trans TV ini sesungguhnya sudah ada sejak Agustus 2006, dan manajemen pada saat itu mengatakan bahwa mereka siap berunding soal harganya.<Ref>[https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/86693/indosiar-siap-dipinang Indosiar Siap Dipinang]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=LPbsAAAAMAAJ&dq=Suatu+hari+di+bulan+Agustus+2006+%2C+stasiun+TV+Indosiar+yang+berlokasi+di+Jl+.+Daan+Mogot+%2C+Jakarta+Barat+%2C+kedatangan+tamu+istimewa+%3A+Liem+Sioe+Liong+.&focus=searchwithinvolume&q=Indosiar Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 18,Masalah 21-26]</ref> Ada juga rumor yang sempat mengatakan bahwa [[Erick Thohir]], pemilik [[Mahaka Media]]<Ref>[https://investasi.kontan.co.id/news/mahaka-berminat-akuisisi-indosiar-1 Mahaka Berminat Akuisisi Indosiar]</ref> dan salah satu perusahaan afiliasi Grup Salim di [[Filipina]], [[TV5 (saluran TV Filipina)|TV5]] akan mengakuisisi Indosiar.<Ref>[https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1526728/tv5-filipina-akan-beli-indosiar TV5 Filipina akan Beli Indosiar]</ref><ref>[https://idxchannel.okezone.com/read/2011/02/21/278/427083/kisah-indosiar-dari-erick-thohir-chairul-tanjung-tv5-filipina-akhirnya-sctv Kisah Indosiar dari Erick Thohir, Chairul Tanjung, TV5 Filipina, Akhirnya SCTV]</ref>
 
== Acara ==