Mencuci tangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: menambah {{Authority control}} |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
||
Baris 40:
Ditempat tempat dimana mencuci tangan merupakan praktik umum yang dilakukan sehari-hari, dan banyak terdapat sabun dan air bersih, orang tidak menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun. Sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa hanya separuh orang yang benar-benar mencuci tangannya setelah membuang hajat besar/ kecil. Penelitian lain di Amerika Serikat pada dokter-dokter disana terungkap bahwa dokter banyak lupa mencuci tangannya setelah menangani pasien satu dan berganti ke pasien lainnya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Para staf kesehatan sepenuhnya mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, tetapi hal ini tidak dilakukan karena: ketidadaan waktu (tidak sempat), kertas untuk pengeringnya kasar, penggunaan sikat yang menghabiskan waktu <ref>{{en}}[http://www.hi-tm.com/Documents/Handflow.html Mencuci tangan dengan sabun ganda dibarengi oleh sikat HACCP] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190517034113/http://www.hi-tm.com/Documents/Handflow.html |date=2019-05-17 }}</ref> dan lokasi [[wastafel]] yang jauh dimana tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga merepotkan.
Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak diperkenankan untuk mematikan air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini mereka harus lakukan, tangan harus dilidungi dengan kertas tisyu atau handuk kering bersih
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan benar dapat menurunkan separuh dari penderita [[diare]]. Penelitian ini dilakukan di [[Karachi]], [[Pakistan]] dengan intervensi pencegahan penyakit dengan melakukan kampanye mencuci tangan dengan sabun secara benar yang intensif pada komunitas secara langsung. Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas pembanding yang mirip yang tidak mendapatkan intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya.
Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare, penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen menderita diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47 persen
=== Jenis sabun untuk mencuci tangan ===
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi) biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik/ anti bakteri sering kali dipromosikan lebih banyak pada publik. Hingga kini tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun antiseptik atau disinfektan tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di alam.<ref>{{cite journal |author=Weber DJ, Rutala WA |title=Use of germicides in the home and the healthcare setting: is there a relationship between germicide use and antibiotic resistance? |journal=Infect Control Hosp Epidemiol |volume=27 |issue=10 |pages=1107–19 |year=2006 |pmid=17006819 |doi=10.1086/507964}}</ref>
Perbedaan antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini mengandung zat anti bakteri umum seperti [[Triklosan]] yang memiliki daftar panjang akan resistensinya terhadap organisme tertentu. Namun zat ini tidak resisten untuk organisme yang tidak terdapat didaftar, sehingga mereka mungkin tidak seefektif apa yang diiklankan.<ref>{{en}} [http://www.cdc.gov/cleanhands/ Clean hands from the [[Centers for Disease Control and Prevention|CDC]]]</ref>
=== Mencegah penyakit ===
[[Berkas:Diagram F transmisi penyakit.PNG|pus|jmpl|425px|Diagram F transmisi penyakit diambil dari sumber: Wagner dan Lanoix]] {{clear}} Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit [[diare]] dan [[ISPA]], yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit [[diare]] dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit,<ref name="lembarfaktawell">{{en}} [http://www.lboro.ac.uk/well/resources/fact-sheets/fact-sheets-htm/Handwashing.htm Lembar Fakta WELL] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100619145147/http://www.lboro.ac.uk/well/resources/fact-sheets/fact-sheets-htm/Handwashing.htm |date=2010-06-19 }}</ref>
Pada sebuah penelitan yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris (''British Medical Journal'') pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung, bisa jadi lebih efektuf untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS. Temuan ini dipublikasikan setelah Inggris mengumumkan bahwa mereka menggandakan obat-obatan anti virus sebagai persiapan pandemik flu yang mungkin terjadi dimasa depan. Berdasarkan 51 riset, peneliti menemukan bahwa pendekatan melalui perlindungan fisik yang murah sebaiknya diberikan prioritas dalam rencana nasional mengatasi pandemik flu, saat bukti-bukti banyak menunjukkan bahwa penggunaan vaksin dan obat-obatan anti virus tidak efisien untuk menghentikan penyebaran influenza.
Ke 51 penelitian ini membandingkan intervensi untuk mencegah penularan virus ISPA dari binatang ke manusia atau manusia ke manusia dengan isolasi, karantina, menjauhkan diri secara sosial, perlindungan diri dan perlindungan melalui perilaku sehat, intervensi lainnya hingga tidak melakukan apapun juga. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara individual mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, sarung tangan dan pelindung lebih efektif untuk menahan laju penyebaran virus ISPA, dan lebih efektif lagi bila dikombinasikan. Para peneliti juga akan mengadakan evaluasi lanjutan akan kombinasi manakah yang terbaik untuk diterapkan. Penelitian lainnya yang dibulikasikan oleh Cochrane Library journal pada Oktober 2007 menemukan bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik yang mematikan
Sebuah penelitian lain tentang kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa perilaku sehat seperti mencuci tangan dengan sabun kurang dipromosikan sebagai perilaku pencegahan penyakit, dibandingkan promosi obat-abatan flu oleh staf kesehatan. Hal ini diperparah apabila lokasi penduduk terpencil dan sulit terjangkau media cetak maupun elektronik (seperti radio dan TV)
=== Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun ===
# [[Diare]]. Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak [[balita]]. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh
# [[ISPA|Infeksi saluran pernapasan]] adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak [[balita]]. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus ''entrentic'') yang menjadi penyebab tidak hanya [[diare]] namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen
# Infeksi [[cacingan|cacing]], infeksi mata dan penyakit kulit, . Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti [[trakoma]], dan [[cacingan]] khususnya untuk [[ascariasis]] dan [[trichuriasis]].
Baris 69:
Berbagai macam masyarakat di dunia mencuci tangan dengan sabun untuk alasan yang berbeda-beda, walaupun pada umumnya perilaku mencuci tangan dengan sabun itu secara luas diketahui untuk membersihkan tangan dari kuman namun perilaku ini tidak otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut.
* Sebuah studi awal dengan pendekatan kualitatif di [[Kerala]], [[India]] menunjukkan bahwa orang dewasa menginginkan tangan yang bersih atas dasar kenyamanan, tangan yang tidak bau, menunjukkan kecintaan mereka terhadap anak-anaknya, dan mempraktikkan tanggung jawab sosial mereka dalam masyarakat.
* Di [[Ghana]], tercatat 25 persen dari seluruh kematian yang dialami oleh balita adalah diakibatkan oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar penyakit yang diderita oleh anak-anak. Balita umumnya mengalami tiga hingga lima kali diare selama satu tahun dan jumlah yang kurang lebih sama dialami oleh penderita penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini berarti 9 juta kejadian penyakit diare dapat dicegah setiap tahunnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Penduduk di Ghana adalah pengguna sabun yang aktif, mereka membeli banyak sabun untuk kebutuhan sehari-harinya. Namun hampir seluruh sabun digunakan untuk mencuci piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di Ghana, 75 persen ibu rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka dengan sabun, tetapi setelah dilakukan penelitian terstruktur, ternyata hanya 3 persen yang benar-benar melakukannya, sementara 32 persen hanya mencuci tangan mereka dengan air. Beberapa alasan mengapa ibu-ibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa merasa tangan terasa bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan dengan sabun juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka menyayangi anak mereka, dan pada saat yang sama meningkatkan status sosial mereka. Kampanye mencuci tangan dengan sabun dimulai pada tahun 2003 di Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta ([[Procter & Gamble]]) dan pada tahun 2007 menunjukkan 13 persen kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan 41 persen kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
* [[Indonesia]]: perilaku sanitasi pada umumnya diperkenalkan melalui program pemerintah pada tahun 1970, dimana masyarakat diajarkan untuk menggunakan [[MCK]] dan mandi dua kali sehari (Lumajang, Jawa). Lalu program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat mencuci tangan dengan sabun sebelum makan di sekolah-sekolah dasar. Guru dan staf kesehatan bersama membuat tempat air (dari kaleng cat bekas atau ember plastik, apapun yang tersedia) untuk digunakan oleh anak-anak. Lalu para staf kesehatan melatih guru untuk memeriksa kebersihan para muridnya. Di Pakel, Lumajang, guru juga menyimpan catatan kebersihan anak didiknya untuk melihat apakah perilaku mereka berubah, dalam catatan terlihat bahwa selain penurunan tingkat absensi (tidak sekolah), kini anak-anak juga menjadi rajin beribadah tengah hari karena tersedianya air untuk [[wudhu]], yang sebelumnya tidak bisa mereka lakukan karena kesulitan akses air.<ref>{{en}} [http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/3232453-1166597289458/VOPcasestudy5.pdf World Bank Report: Making Services Works for The Poor, Nine Case Studies from Indonesia. P. 109 Case Study 5]</ref>
* Pada sebuah penelitian di [[Filipina]] yang dipublikasikan oleh Bank Dunia pada tahun [[2008]] perilaku praktik-pratek kesehatan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi biaya-biaya kesehatan hingga US$455 juta dollar. Sumbangan terbesar dari angka ini terkait dengan angka kematian (yang menjadi biaya terbesar), dan biaya lainnya terkait dari dampak ekonomi seperti kehilangan kesempatan (waktu) untuk sekolah dan memperoleh pendidikan karena sakit, hilangnya waktu produktivitas anggota keluarga karena harus mengurus penderita, biaya-biaya yang harus dibayar di fasilitas kesehatan termasuk biaya administrasi, obat, penanganan kesehatan, dan transportasi.<ref>[http://wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2008/06/23/000333038_20080623011756/Rendered/PDF/443260v20WSP001mic0impacts01PUBLIC1.pdf Bank Dunia: Dampak Ekonomi di Filipina, Studi Kasus di Kamboja, Indonesia, Laos, Filipina, dan Vietnam oleh ESI]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
* Upaya mensosialisasikan perilaku sehat sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun di [[Nigeria]] dimulai oleh sebuah program yang diprakarsai oleh [[UNICEF]] dengan menggunakan anak sekolah sebagai agen perubahan. Dalam membentuk perilaku sanitasi mandiri dan pengetahuan akan hidup yang bersih dan sehat anak-anak sekolah dirangsang untuk membentuk kelompok kelompok sekolah seperti klub sehat & hak untuk anak, yang melibatkan orang tua dan mengajak partisipasi komunitas di desa untuk ikut serta dalam proyek-proyek sanitasi. Salah satu sekolah memprakarsai Klub Lingkungan Sehat dimana para murid mempromosikan perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk komunitas dan memperkenalkan teknik-teknik untuk menjaga kebersihan air dalam penggunaannya sehari-hari di rumah dan berusaha agar pengetahuan untuk hidup bersih ini diterapkan dirumah. Dengan pertolongan dari guru-guru sekitar 12 anak perempuan dan 18 anak lelaki yang mendirikan klub lalu mengoperasikan dan merawat fasilitas klub serta mengawasi penggunaan sumur bor. Klub tersebut membiayai aktivitasnya dengan menjual ember plastik dan bejana tembikar yang dilengkapi dengan keran. Dua tahun setelah intervensi ini, perilaku mencuci tangan dengan sabun meningkat hingga 95 persen. Guru mulai melaporkan bahwa para murid datang kesekolah dalam keadaan bersih, dan kasus cacingan serta penyakit-penyakit kulit lainnya berkurang. Tidak hanya itu, angka kehadiran murid pun naik dengan teratur per tahunnya, dari 320 murid ketika program pertama kali diperkenalkan, hingga 538 murid pada tahun 2001.
'''Langkah tepat mencuci tangan dengan sabun'''
Mencuci tangan dengan sabun harus dilakukan dengan tepat, berikut adalah langkah-langkah tepat mencuci tangan,<ref>{{Cite web|date=2020-11-24|title=When and How to Wash Your Hands {{!}} Handwashing {{!}} CDC|url=https://www.cdc.gov/handwashing/when-how-handwashing.html|website=www.cdc.gov|language=en-us|access-date=2021-03-25}}</ref>
* Basahi tangan dengan air bersih yang mengalir (hangat atau dingin), matikan keran, dan gunakan sabun.
Baris 94:
=== Mencuci tangan dengan air panas ===
Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, tetapi pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan panas air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, tetapi pendapat populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikro organisme. Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat celsius, dan temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikro organisme apapun. Namun temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100 derajat celsius) memang dapat membunuh kuman.
Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak signifikan
=== Mencuci tangan dengan cairan ===
Baris 100:
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.
Penggunaan cairan sanitasi tangan berbentuk jel dan berbahan dasar alkohol dalam sebuah penelitian di Amerika pada 292 keluarga di Boston menunjukkan bahwa cairan ini mengurangi kasus [[diare]] di rumah hingga 59 persen. Dr. Thomas J. Sandora, seorang dokter di Divisi Penyakit Menular pada RS Anak-anak Boston (''Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston'') dan juga penulis untuk buku "Tangan Sehat, Keluarga Sehat" (''"Healthy Hands, Healthy Families."'') mengemukakan bahwa penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa penggunaan cairan sanitasi tangan menunjukkan bahwa perilaku ini mengurangi penyebaran kuman di rumah. Keluarga yang direkrut untuk penelitian ini adalah keluarga yang menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak dan menunjukkan aktivitas [[mencuci tangan dengan sabun]] dengan frekuensi yang sama saat direkrut untuk penelitian. Lalu separuh dari keluarga itu diberikan cairan sanitasi tangan dan selebaran yang memberitahu tentang pentingnya kebersihan tangan. Sementara separuhnya lagi, befungsi sebagai kontrol dan menerima selebaran tentang nutrisi dan diminta untuk tidak menggunakan cairan pencuci tangan. Hasilnya keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan mengindikasikan 59 persen angka [[diare]] yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang berfungsi sebagai kontrol. Penelitian lain oleh ''Harvard Medical School'' dan RS Anak-anak Boston (''Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston'') yang dipublikasikan pada bulan April 2005 menunjukkan efek perlindungan pada penderita [[ISPA]] dalam keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan atas inisyatif mereka sendiri. Cairan sanitasi ini menjadi alternatif yang nyaman bagi para orang tua yang tidak sempat berulangkali ke [[wastafel]] untuk mencuci tangan mereka saat harus merawat anak mereka yang sakit. Walaupun mencuci tangan dengan sabun dan air efektif untuk mengurangi penyebaran sebagian besar infeksi namun untuk melakukannya dibutuhkan [[wastafel]], dan sebagai tambahan rotavirus (virus yang paling sering ditemukan dalam kasus diare di tempat penitipan anak di Amerika), tidak dapat dibersihkan secara efektif dengan sabun dan air, tetapi dapat dimatikan dengan alkohol
Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan non alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan dasar alkohol maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Baris 106:
Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara menggunakan cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun, Wallace Kelly, ''Infection Control R.N.'' (Paramedik untuk Pengendalian Infeksi) <ref name="wtxl.com">{{en}} [http://www.wtxl.com/Global/story.asp?S=7315358 Cairan Pencuci Tangan Vs Mencuci Tangan dengan Sabun]</ref> berpendapat bahwa keduanya efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti e-coli dan salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya metode terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk mengakses air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada tidak menggunakan apapun.
Di [[Amerika Serikat]] cairan pencuci tangan dilarang oleh Departemen Pemadam Kebakaran dari sekolah-sekolah karena kekhawatiran bahwa cairan tersebut dapat merangsang api menjadi besar, tetapi Rumah Sakit Tallahasee Memorial Hospital diperbolehkan untuk menaruh cairan pencuci tangan dalam jumlah tertentu. Cairan pencuci tangan yang disarankan adalah yang mengandung paling sedikit 60 persen alkohol dan bahan pelembab
<!--Hand sanitizers containing a minimum of 60 to 95% [[alcohol]] are very efficient germ killers. Alcohol rub sanitizers kill bacteria, multi-drug resistant bacteria ([[MRSA]] and [[VRE]]), [[tuberculosis]], and [[viruses]] (including [[HIV]], [[herpes]], [[RSV]], [[rhinovirus]], [[vaccinia]], [[influenza]], and [[hepatitis]]) and [[fungus]]. Alcohol rub sanitizers containing 70% alcohol kill 3.5 log<sub>10</sub> (99.9%) of the bacteria on hands 30 seconds after application and 4 to 5 log<sub>10</sub> (99.99 to 99.999%) of the bacteria on hands 1 minute after application. Alcohol rub sanitizers can prevent the transfer of health-care associated pathogens ([[Gram-negative bacteria]]) better than soap and water. Alcohol rub sanitizers are not appropriate for use when your hands are visibly dirty, soiled or contaminated with blood. Use soap and water for dirty or soiled hands.-->
Baris 116:
=== Mencuci tangan dengan tisu basah ===
[[Berkas:Rediwipes white.jpg|jmpl|250px|Rediwipes tisu basah yang dinyatakan dapat membunuh bakteri E-coli dan Salmonella]]
[[Tisu basah]] diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan, tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah tangga lainnya. Menurut ''Center for Disease Control and Prevention (CDC)'' (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di Amerika serikat sebayak 76 juta dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit setiap tahunnya karena penyakit yang dibawa bersamaan dengan masuknya makanan. Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit dan dan setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia karena penyakit dibawa bersamaan dengan masuknya makanan.<ref name="bio-medicine.org">{{en}} [http://www.bio-medicine.org/medicine-news-1/Disinfecting-Rediwipes-28TM-29-Launch-Targets-E--coli-and-Salmonella-6160-1/ Bio Medicine.org: Rediwipes Menargetkan E-coli dan Salmonella]</ref>
Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun menurut [[Handrawan Nadesul|dr. Handrawan]] tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan
Dalam beberapa kasus khusus, sebuah perusahaan di AS mengeluarkan tisu basah yang berlabel Rediwipes yang menyatakan dapat membunuh 99.9 persen bakteri yang terdapat dirumah termasuk bakteri Salmonella dan E. coli. Tisu ini dianjurkan untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan peralatan dapur lainnya sebelum masak agar mencegah kontaminasi bakteri silang antara tangan, bahan masakan, dan peralatan dapur sehingga tidak menyebar
=== Mencuci tangan dengan abu atau pasir ===
|