Lampung: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Sejarah: Memperbaiki
Tag: LTA Sekala Brak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 133:
#Keinginan Masyarakat [[Suku Lampung]] untuk “Nyusuk Pekon” yang artinya mendirikan daerah baru ataupun Negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri.
#Ketika Suku bangsa yang mendiami Kepaksian Sekala Brak Kuno beribu negeri di [[Belalau, Lampung Barat|Bakhnasi Tanjung Menang]] melarikan diri dan Kerajaan Sekala Brak Kuno jatuh ketangan [[Kepaksian Sekala Brak]], hingga mereka menyebar kedaerah-daerah lainnya untuk membesarkan Adat dan Budaya Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak.
Pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 Masehi Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan Umpu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah surat Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah Kepaksian pada jaman inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah pertukaran antara Inggris dan Belanda yaitu [[Singapura]] dan [[Bengkulu| Keresidenan Bengkulen]], Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapura, suatu hal yang pasti bahwa Inggris itu tidak pernah menjajah. Ada beberapa perjanjian di Kepaksian, perjanjian Kompeni Inggris untuk tidak saling menyerang, kemudian perjanjian apa bila musuh menyerang dari laut maka Kompeni Inggris lah yang menghadapi, apabila musuh datang dari darat maka Kepaksian lah yang menghadapi. Lambang Kepaksian ini adalah Cambai Mak Bejunjungan dengan cicca tidak bersekutu berpisah tidak bercerai. Kejadian ini cukup membuktikan Adanya hubungan yang erat antara Lampung dengan [[Kesultanan Banten]], sehingga banyak ditemukannya keturunan [[Sekala Brak]] yang berada di Cikoneng Banten hingga saat ini.
 
[[Pangeran Purba jaya|Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala]] bertahta dari tahun 1789 sampai 1869 Masehi pada masa kepemimpinan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala beliau dapat menyelesaikan Komflik yang tenjadi di [[Rejang Lebong]] dan pesemah lebar, atas kesuksesan tersebut pemerintah belanda menganugerahkan SANDANG MERDEKA Kepada [[Kepaksian Sekala Brak]] dimerdekakan selama 14 tahun, mengurus pemerintahan sendiri, di bebaskan dari pajak bumi dan gawe Raja. Pada saat tahun 1899 setelah Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani dari tanah suci sepulangnya beliau menunaikan ibadah haji pada saat itu beliau berkunjung ke Konstantinopel instanbul diperkitakan pada tahun 1899 Masehi. Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja bertemu dan menyampaikan kepada Sultan Usmani bahwasanya beliau Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja berasal dari Kerajaan Islam Sumatra yang pendahulunya nenek moyangnya berasal dari tanah pesisir pantai utara Sumatra, kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di terima oleh [[Abd-ul-Hamid II]], Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada saat itu Segera dihadiahi sebuah [[Kiswah]] kain yang menutupi Ka'bah di Makkah, Saudi Arabia. Kiswah yang bertuliskan lailahaillollah muhammaderasululloh. Kain Kiswah pemberian dari Sultan Usmani Abd-ul-Hamid II ini menandakan bahwasanya [[Kepaksian Sekala Brak]] adalah kerajaan Penyebar Agama [[Islam di Lampung]] Sejak dahulu kala dari abad ke-12 tahun 1289 Masehi 688 Hijriah. Kain Kiswah tersebut sebagai Simbol Penguasa, untuk memperlihatkan salah satu dari identitas Kebesaran yang dimiliki kerajaan tersebut. Al-Liwa Panji Syahadatain adalah Panji Kebesaran Kepaksian yang disebut [[Bendera Sekala Brak]] (Panji Sekala Brak). Kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di hadiahi pula 2 (dua) buah pedang instanbul akan tetapi saat ini pedang instanbul tersebut telah rapuh namun Pedang instanbul ini masih tersimpan dengan baik oleh [[Penobatan Sultan Sekala Brak|Sultan Sekala Brak]] di [[Istana Gedung Dalom]]. Diperkirakan sudah lebih dari seratus tahun pedang instanbul tersebut tidak terawat. Sultan Usmani juga memberikan gelar sultan kepada Pangeran Dalom Merah Dani. Setelah itu pada saat itu pula Sultan Usmani menyampaikan pemberitahuan kepada Pangeran Dalom Merah Dani bahwasanya Sekala Brak harus mengirimkan serdadu apa bila ada terjadi sesuatu di [[Kesultanan Utsmaniyah]] atau dengan sebutan lainya Turky saja. Perang global pada tahun 1917, [[Perang Dunia I]] (PD1) terpusat di [[Eropa]], [[Sekala Brak]] mengirimkan banyak pasukan antara lain yang di pimpin oleh Tuyuk (pendahulu) dari Sultan Sekala Brak yang bernama H. Hasbulloh berangkat ke turki berangkat membawa misi perang di Turki selama peperangan dunia pertama peperangan tersebut berahir pada tanggal 11 November 1918, perang ini sering juga disebut perang besar, sekitar tahun 1942-1943 H. Hasbulloh kembali lagi ke [[Bumi Sekala Brak]].
 
[[Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani]] Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja adalah Raja (Sultan) yang menyebarkan agama Islam di tanah [[Lampung]]. Bertahta dari tahun 1869 sampai 1909 Seorang ulama besar penyebar [[Islam]], [[Belanda]] tidak pernah berani menegur beliau menggunakan Gelar Sultan walaupun sejak jaman Pangeran batinsekhandak gelar sultan sudah dilarang oleh pemerintahan belanda. Tuan Guru Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mendapat gelar Harmain sultan memegang kekuasan dan kepemimpinan Saibatin Marga [[Liwa]] dan [[Saibatin]] Kepaksian Sekala Brak. Dia merupakan cucu kandung Pendiri Marga liwa Pangeran Indrapati Cakra Negara yang mendapat mandat hak kesaibatinan. Selanjutnya sultan Harmain melepas kesaibatinan marga dan kedudukan sebagai kesaibatinan diturunkan kepada Putrinya Tjik Mas yang menikah dengan putra Pasirah Liwa bernama Muhammad Athorid. Kemudian karena memiliki seorang putri Ratu Siti Maisuri, maka kemudian dia menikah dengan Putra kedua Pangeran Haji Suhaimi, Adik Kandung Sultan Maulana Balyan yang bernama H abdul muis, dan ditetapkan sebagai Saibatin marga liwa, merupakan Kebesaran Indra Pati Cakra Negara, Sultan Makmur Dalom Natadiraja saat mulai digunakannya kembali menggunakan Gelar Sultan dalam Kepaksian Sekala Brak setelah dia diberi gelar Sultan oleh Khalifahan Utsmani sekembalinya dari Istambul sekitar tahun 1899.