Gunung Pesagi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Sejarah: menambahkan rujukan
k Menyunting
Baris 28:
Berdasarkan penelitian itu juga diketahui bahwa kepaksian sekala Brak pernah berdiri dalam dua era yang berbeda. Era pertama, yaitu pada kepercayaan corak hindu birawa dan menganut animisme kedalam lingkungan kepaksian Sekala Brak Kuno.
Sementara era termuda adalah ketika Islam masuk ke kepaksian yang ada di Lampung ini sekitar abad ke-12 Masehi 29 Rajab 688 Hijriyah dengan raja terakhir Kepaksian Sekala Brak Kuno, Ratu Sekaghummong dan saat islam masuk dibawa oleh empat putra Al-Mujahid membuat Kepaksian Sekala Brak sebagai tampuk kekuasaan dari Kepaksian di Nusantara. Pra-sejarah Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kepaksian Sekala Brak, Lampung bagian dari pada Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN)<ref>https://www.indovoices.com/umum/rapat-terbatas-makn-majelis-adat-kerajaan-nusantara/</ref>.
 
=== Aura Mistis Bukit Sulang ===
Bersamaan dengan upacara pernikahan, sebagaimana tradisi di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Saibatin dinobatkan menjadi Sultan Sekala Brak
Pada Sebuah Kisah usai penobatan Sebagaimana dalam tradisi selepas naik tahta, pada hari berikutnya, Sultan Sekala Brak melakukan proses ritual dengan berjalan kaki mendaki gunung pesagi bersama sejumlah 30 pengawal Kerajaan, dan menginap di puncak gunung pesagi tersebut.
 
Di puncak gunung pesagi mereka di dera rasa dingin yang mengiris tulang Sesuai tradisi sultan sebelumnya, dalam perjalanan ke puncak gunung pesagi, biasanya kehadiran SaiBatin yang baru dinobatkan akan disambut oleh harimau dengan memperlihatkan bekas-bekas tapak kakinya di sepanjang tanah jalan setapak yang dilalui SaiBatin (Sultan). Menurut wawakhahan pendahulu, kadang kedatangan harimau itu disertai suara auman yang berdengung. Apabila SaiBatin baru di nobatkan tidak disambut kehadiran harimau, diperkirakan keabsahan tahtanya dipertanyakan. Pada saat Sultan Sekala Brak melakukan ritual ini, perjalanan hingga puncak tidak ditemukan jejak harimau. Namun ketika dingin telah menggigilkan dan hampir tidak kuat menahannya, Nampak jelas sekali terlihat di tapak-tapak kaki harimau di atas tanah yang basah.
 
“Untuk meyakinkan, di antara mereka ada yang memotret Secara bergantian deretan bekas tapak kaki harimau itu beberapa kali dari berbagai sudut pengambilan, tetapi tidak juga berhasil, sehingga Sultan Sekala Brak mengambil keputusan untuk memimpin Do’a bersama. Setelah itu dilakukan kembali memotret telapak kaki harimau tersebut dan berhasil dipotret sampai saat ini hasil potretan tersebut masih dalam keadaan utuh dan terpelihara.
Dijaman yang semakin berkembang ini, penobatan sebagaimana dalam ritual naik tahta dengan berjalan kaki mendaki Gunung Pesagi tinggallah suatu tradisi sejarah dalam prosesi penobatan Sultan Kerajaan Sekala Brak Sejak penobatan itu, maka tahta Sekala Brak merupakan bagian dari tanggung jawab kehidupan Bermasyarakat Sultan Sekala Brak khususnya dalam masyarakat adat yang dipimpinnya. Di dalam masyarakat adatnya, Sultan Sekala Brak adalah satu-satunya Pangeran, satu- satunya Sultan, satu-satunya junjungan. Ia menjadi SaiBatin, yang segala laku hidupnya harus bisa menjadi suri tauladan bagi semesta kehidupan.
 
== Referensi ==