Asrizal Nur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 7:
* Merambah Belantara Naga (1993)
 
== Peran danKiprahdan Kiprah ==
Selain menulis dan membaca puisi, Asrizal Nur aktif di berbagai kegiatan. Salah satunya menjadi juri di berbagai lomba puisi di dalam dan luar negeri. Ia pernah menjadi juri pada lomba baca puisi tingkat nasional yang digelar oleh Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah bersama sastrawan [[Fatin Hamama]] dan [[Sendang Mulyana]] dosen UNNES.<ref>{{Cite news|last=Milovich|first=Day|date=6 November 2014|title=Formaci Gelar Lomba Baca Puisi Berhadiah Rp 50 Juta|url=https://metrosemarang.com/formaci-gelar-lomba-baca-puisi-berhadiah-rp-50-juta-6363|work=Metrosemarang.com|access-date=18 Agustus 2021}}</ref> <ref>{{Cite news|last=Milovich|first=Day|date=8 November 2014|title=140 Pembaca Puisi Se-Indonesia Ikuti Lomba di Balaikota Semarang|url=https://metrosemarang.com/140-pembaca-puisi-se-indonesia-ikuti-lomba-di-balaikota-semarang-6516|work=Metrosemarang.com|access-date=18 Agustus 2021}}</ref>
Selain menulis dan membaca puisi, Asrizal Nur aktif di berbagai kegiatan. Suatu ketika, dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun 1990, hendak dipahat di ibu kota.
 
Selain menulis dan membaca puisi, Asrizal Nur aktif di berbagai kegiatan. Suatu ketika, dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun 1990, hendak dipahat di ibu kota.
 
Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.