Jalan Raya Pos: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan Hanafiahmad80 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AnsyahF
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
AnsyahF (bicara | kontrib)
Latar belakang (lagi)
Baris 7:
| map_notes = Peta Jalan Raya Pos di masa Hindia Belanda
| length_km = 1000
| length_ref = {{sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=5}}{{sfn|Hidayat dkk.|2015|p=11}}{{efn|Dalam laporan jurnalistik [[Kompas (surat kabar)|''Kompas'']] mengenai ekspedisi Jalan Raya Pos yang dilakukannya pada 2008, disebutkan bahwa jalan ini membentang sepanjang {{Convert|1100|km|mi}}.{{sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=72, 82, 406, 412}} Sumber lainnya menyebutkan panjang {{Convert|1228|km|mi}} dan {{Convert|1400|km|mi}}.{{Sfn|Joga|2019|p=2}}{{Sfn|Hannigan|2015|pp=113-114}}}}
| time_period = 1809 – kinisekarang
| history = [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda]]
| direction_a = barat
Baris 15:
| terminus_b = [[Panarukan]]
}}
'''Jalan Raya Pos''' ({{Lang-nl|De Groote Postweg ''atau'' De Grote Postweg}}) adalah [[jalan raya]] sepanjang {{Convert|1000.|km|mi}} di [[Jawa]] yang membentang dari [[Anyar, Serang|Anyer]] di [[Banten]] hingga [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] di [[Jawa Timur]]. Jalan ini sebagian besar berjalan bersamaan dengan [[Jalan Nasional Rute 1]] (juga dikenal sebagai Jalur Pantura) yang merupakan salah satu [[Jalan Nasional|jalan nasional di Indonesia]] dan bagian dari [[Jaringan Jalan Asia]].
 
Jalan ini dibangun atas perintah dari [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] [[Herman Willem Daendels]] ({{abbr|m.|memerintah}} 1808-1811) sebagai salah satu langkahnya dalam memodernisasi Jawa, terutama dalam pertahanan dan pemerintahannya. Pada awalnya, jalan ini tidak boleh dilewati oleh rakyat biasa hingga pada tahun 1853.
 
== Asal-usulLatar belakang ==
Jalan Raya Pos adalah jalan militer yang dimaksudkan untuk memudahkan pengerahan tentara dan pasokan secara aman dalam rangka mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Sebelum jalan ini dibangun, sekitar 1750 sudah ada jalan yang menghubungkan [[Batavia]] ke [[Kota Semarang|Semarang]] dan seterusnya ke [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Terlebih lagi, jalan yang menghubungkan Semarang, [[Kota Surakarta|Surakarta]], dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] juga sudah ada pada waktu itu. Akan tetapiNamun, hujan tropis yang deras seringkali menghancurkan jalannya.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}} Selain untuk kepentingan militer, Jalan Raya Pos juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Jalan-jalan yang awalnya rusak membuat penduduk setempat harus membayar ongkos pengangkutan hasil buminya lebih mahal.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=18}}
Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] oleh [[Louis Bonaparte]], adik [[Napoleon Bonaparte]] yang diangkat menjadi raja di [[Kerajaan Hollandia|Belanda]] semasa [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]], dimana [[Kekaisaran Pertama Prancis|Prancis]] saat itu berperang dengan [[Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia|Inggris]].{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=16}} Cemas akan masa depan Jawa, khususnya setelah [[Isle de France (Mauritius)|Isle de France]] (kini [[Mauritius]]) diserbu Inggris pada 1807, Louis memberi dua tugas utama kepada Daendels, yaitu mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahannya.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=28}} Instruksi yang sama juga diterimanya oleh [[Napoleon Bonaparte]] saat bertemu di [[Paris]], sesaat sebelum pergi ke Jawa.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=27}}
 
Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] oleh [[Louis Bonaparte]], adik [[Napoleon Bonaparte]] yang diangkat menjadi raja di [[Kerajaan Hollandia|Belanda]] semasa [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]], dimana [[Kekaisaran Pertama Prancis|Prancis]] saat itu berperang dengan [[Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia|Inggris]].{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=16}} Cemas akan masa depan Jawa, khususnya setelah [[Isle de France (Mauritius)|Isle de France]] (kini [[Mauritius]]) diserbu Inggris pada 1807, Louis memberi dua tugas utama kepada Daendels, yaitu mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahannya.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=28}} Instruksi yang sama juga diterimanya oleh [[Napoleon Bonaparte]] saat bertemu di [[Paris]], sesaat sebelum pergi ke Jawa.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=27}}
Pilihan Daendels untuk membangun jalan raya diinspirasi oleh konsep jalan raya pos [[Kekaisaran Romawi]], {{interlanguage link|cursus publicus|en|italic=y}}, yang mengikatkan [[Roma]], ibukotanya, dengan kota-kota yang ditaklukkannya dalam satu kesatuan.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=4}}{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=5}} Dengan demikian, Daendels berkeinginan untuk menerapkan konsep yang sama dengan mengikatkan [[Batavia]], ibu kota Hindia Belanda, dengan daerah-daerah di Jawa melalui Jalan Raya Pos.{{Sfn|Hartatik|2018|p=34}} Sumber lainnya mengatakan bahwa idenya untuk membangun sebuah jalan raya mungkin dipengaruhi oleh perjalanannya menuju Jawa. Saat itu, Inggris menguasai lautan dan memblokade akses Prancis ke lautan sehingga memaksa Daendels harus melalui daratan Prancis terlebih dahulu dengan jalan raya yang dibuat oleh Napoleon.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}}
 
Pilihan Daendels untuk membangun jalan raya diinspirasi oleh konsep jalan raya pos [[Kekaisaran Romawi]], {{interlanguage link|cursus publicus|en|italic=y}}, yang mengikatkan [[Roma]], ibukotanya, dengan kota-kota yang ditaklukkannya dalam satu kesatuan.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=4}}{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=5}} Dengan demikian, Daendels berkeinginan untuk menerapkan konsep yang sama dengan mengikatkan [[Batavia]], ibu kota Hindia Belanda, dengan daerah-daerah di Jawa melalui Jalan Raya Pos.{{Sfn|Hartatik|2018|p=34}} Sumber lainnya mengatakan bahwa idenya untuk membangun sebuah jalan raya mungkin dipengaruhi oleh perjalanannya menuju Jawa. Saat itu, Inggris menguasai lautan dan memblokade akses Prancis ke lautan sehingga memaksa Daendels harus melalui daratan Prancis terlebih dahulu dengan jalan raya yang dibuat oleh Napoleon.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}}
Jalan tersebut dinamai Jalan Raya Pos karena Daendels membangun sebanyak 50 [[kantor pos]] di antara [[Batavia]] dan [[Surabaya]] untuk mempercepat komunikasi dengan para pejabatnya. Komunikasi saat itu dianggap hal yang berharga karena Daendels merasakan sulitnya berkomunikasi dengan mereka yang tersebar di seluruh Jawa dan lalu lintas laut yang bisanya digunakan untuk menyampaikan surat diblokade Inggris.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|pp=26-27}}
 
Jalan tersebut dinamai Jalan Raya Pos karena Daendels membangun sebanyak 50 [[kantor pos]] di antara [[Batavia]] dan [[Surabaya]] untuk mempercepat komunikasi dengan para pejabatnya. Komunikasi saat itu dianggap hal yang berharga karena Daendels merasakan sulitnya berkomunikasi dengan mereka yang tersebar di seluruh Jawa dan lalu lintas laut yang bisanya digunakan untuk menyampaikan surat diblokade Inggris.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=26-27}}
 
== Pembangunan ==
[[Berkas:Daendels Legt De Groote Postweg Aan Over Java, KITLV 1403894.tiff|thumb|upright=1.3|''Daendels membangun Jalan Raya Pos di atas Jawa''. Sebuah ilustrasi anonim {{Circa|1910}}]]
Pada 29 April 1808, agar lebih mengetahui permasalahan di Jawa lebih lanjut, Daendels melakukan perjalanan dari ke Semarang dan [[Tapal Kuda, Jawa Timur|ujung timur Jawa]]. Setibanya di Semarang pada 5 Mei 1808, ia mengeluarkan perintah untuk membangun Jalan Raya Pos, dimulai dengan memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa yang telah ada sebelumnya. Karena keterbatasan biaya, Daendels hanya meratakan jalan dari [[Batavia]] ke [[Buitenzorg]] (kini Bogor) dan membangun petak jalan di [[Parahyangan|Preanger]]. Sisanya, yaitu jalan dari [[Kota Cirebon|Cirebon]] hingga [[Kota Surabaya|Surabaya]] dikerjakan oleh para bupati di daerahnya masing-masing.{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=19}}
 
Sebagian besar pembangunan jalan raya ini berupa pembaikan
 
=== Jalur pertama ===
Pembangunan Jalan Raya Pos pertama dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini [[Tomo, Sumedang|Kecamatan Tomo]] di [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]) berdasarkan perintah Daendels pada 5 Mei 1808. Jalur ini direncanakan melalui [[Cisarua, Bogor|Cisarua]], [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]], [[Rajamandala Kulon, Cipatat, Bandung Barat|Rajamandala]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Parakan Muncang, Nanggung, Bogor|Parakan Muncang]], dan [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]. Secara teknis, jalur tersebut harus dibuat selebar 2 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~7.5 meter) dan didirikan tiang di setiap 400 [[w:Dutch units of measurement#Roede|rijnlandse roeden]] (~1.5 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan menandai batas distrik.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=6-7}} Pemerintah menyediakan anggaran sebesar 30.000 ringgit perak untuk membangun jalur ini, sementara para pekerjanya disediakan oleh {{Interlanguage link|Nicolaus Engelhard|nl}}, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa, sebanyak 1.100 orang.{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=13}} Proyek ini dipimpin oleh [[Kolonel]] [[Zeni]] Balthazar Friedrich Wilhelm van Lützow dengan bantuan dari Komisi Negara dan dua [[Rekayasawan|insinyur]] militer. Van Lützow kemudian menyerahkan tanggung jawab sebagian pengerjaan, yaitu jalur Cisarua-Cianjur dan Parakan Muncang-Karangsambung, kepada dua insinyurnya. Masing-masing insinyur dibantu oleh dua [[bintara]] yang dipilihnya.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=22}}{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=27}}
 
Daendels juga menetapkan jumlah pekerja dan upah yang berbeda untuk membangun jalan ini, mengingat kondisi medan yang berat yang dihadapi oleh para pekerja. Rinciannya adalah sebagai berikut:{{Sfn|Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=6-7}}
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
!Dari
Baris 73 ⟶ 75:
|4 per orang/bulan
|}
Pada 28 Maret 1809, para pekerja dari Batavia dan [[Parahyangan|Preanger]] yang membangun jalan antara Cianjur-Sumedang diberi bantuan berupa 1.5 [[pon]] beras setiap hari dan 5 pon garam garam setiap bulan hingga jalan selesai dibangun. Sehari setelahnya, para pekerja juga diberi kapak dan peralatan lainnya. Kemudian, para pekerja yang didatangkan dari [[Kota Cirebon|Cirebon]] dan daerah [[Vorstenlanden|''vorstenlanden'']] yang membangun jalan di Sumedang akan diberi upah dua ringgit perak setiap bulan ditambah tiga [[gantang]] beras, sementara para mandor akan diberi upah tiga ringgit perak setiap bulan. Bantuan-bantuan ini merupakan kebijakan pemerintah atas beratnya medan yang harus ditembus, khususnya dalam pembuatan jembatan di jalur Cianjur ke Bandung dan pemotongan lereng gunung di jalur Parakan Muncang ke Sumedang.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|p=23}}
<gallery mode="packed" heights="150" widths="100">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Olieverfschildering voorstellend de grote postweg bij Buitenzorg TMnr 1012-1.jpg|Sebuah lukisan dari abad ke-19 atau ke-20 yang menggambarkan Jalan Raya Pos di Buitenzorg dengan latar belakang [[Gunung Salak]]
Baris 82 ⟶ 84:
 
=== Jalur selanjutnya ===
Pada Juli 1808, Daendels bertemu dengan 38 bupati untuk memerintahkan mereka memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa. Ia juga menyerahkan pembangunan jalan Cirebon-Surabaya kepada mereka agar mereka bisa menarik orang-orang umum ke dalam [[pengabdian masyarakat]]. Di [[Jawa Tengah]], jalan raya ini melewati [[Kabupaten Tegal|Tegal]], [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Comal, Pemalang|Comal]], [[Kota Pekalongan|Pekalongan]], [[Kabupaten Kendal|Kendal]], [[Kaliwungu, Kendal|Kaliwungu]], [[Kota Semarang|Semarang]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Kabupaten Kudus|Kudus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], dan [[Lasem, Rembang|Lasem]]. Sementara di Jawa Timur, jalan raya ini melewati [[Kabupaten Pacitan|Pacitan]], [[Sidayu, Gresik|Sidayu]], [[Kabupaten Gresik|Gresik]], [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Porong, Sidoarjo|Porong]], [[Bangil, Pasuruan|Bangil]], [[Kota Pasuruan|Pasuruan]], [[Paiton, Probolinggo|Paiton]], [[Besuki, Situbondo|Besuki]], dan akhirnya [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]].{{Sfn|Hidayat dkk.|2015|p=5}} Dengan jalan raya yang sisanya dikerjakan oleh para bupati, Daendels tidak perlu membuat laporan rinci untuk jalan-jalan tersebut. Akibatnya, tidak ada arsip-arsip kolonial yang memuat laporan pembangunan jalannya, dan satu-satunya sumber informasi yang diketahui berasal dari korespondensi antara Daendels dengan [[Kementerian Urusan Tanah Jajahan Belanda|Menteri Perdagangan dan Koloni]] saat itu, {{Interlanguage link|Paulus van der Heim|nl}}.{{Sfn|PramonoTim dkk.Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008|pp=25-26}}
 
== Kegunaan ==
Jalan Raya Pos adalah jalan militer yang dimaksudkan untuk memudahkan pengerahan tentara dan pasokan secara aman dalam rangka mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Sebelum jalan ini dibangun, sekitar 1750 sudah ada jalan yang menghubungkan Batavia ke [[Kota Semarang|Semarang]] dan seterusnya ke [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Terlebih lagi, jalan yang menghubungkan Semarang, [[Kota Surakarta|Surakarta]], dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] juga sudah ada pada waktu itu. Akan tetapi, hujan tropis yang deras seringkali menghancurkan jalannya.{{Sfn|Nas|Pratiwo|2002|p=709}} Selain untuk kepentingan militer, Jalan Raya Pos juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Jalan-jalan yang awalnya rusak membuat penduduk setempat harus membayar ongkos pengangkutan hasil buminya lebih mahal.{{Sfn|Pramono dkk.|2008|p=18}}
 
== Dalam budaya populer ==
Baris 103 ⟶ 102:
 
'''Daftar pustaka'''
* {{Cite book|last=Hannigan|first=Tim|date=20152008|url=https://books.google.co.id/books?id=abGHCgAAQBAJZyBtRz7Fh7QC|title=BriefEkspedisi History of IndonesiaAnjer-Panaroekan: Sultans,Laporan Spices,Jurnalistik andKompas Tsunamis:(200 Thetahun IncredibleAnjer-Panaroekan, Storyjalan ofuntuk Southeast Asia's Largest Nationperubahan)|publisher=TuttlePenerbit Buku PublishingKompas|isbn=978-1979-4629709-1716391-74|language=enid|ref={{Harvid|Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan|2008}}|url-status=live|ref=harv}}
*{{Cite book|last=Hannigan|first=Tim|date=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=abGHCgAAQBAJ|title=Brief History of Indonesia: Sultans, Spices, and Tsunamis: The Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation|publisher=Tuttle Publishing|isbn=978-1-4629-1716-7|language=en|url-status=live|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Hartatik|first=Endah Sri|date=2018|url=http://eprints.undip.ac.id/70452/|title=Dua Abad Jalan Raya Pantura. Sejak Era Kerajaan Mataram Islam Hingga Orde Baru|location=[[Yogyakarta]]|publisher=Nurmahera|isbn=978-602-50619-1-2|ref=harv|archive-url=https://web.archive.org/web/20200222160816/http://eprints.undip.ac.id/70452/|archive-date=22 Februari 2020|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Hidayat|first=Dody|date=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=deNeDwAAQBAJ|title=The Devil's Highway Daendels's Great Post Road|location=[[Jakarta]]|publisher=Tempo Publishing|isbn=978-602-718633-0|language=en|ref={{Harvid|Hidayat dkk.|2015}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Joga|first=Nirwono|last2=Ismaun|first2=Iwan|last3=Atmawidjaja|first3=Endra Saleh|last4=Indrajoga|first4=Dhaneswara Nirwana|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=PVKZDwAAQBAJ|title=Trans Jawa: Merajut Keberagaman Lansekap|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-602-06-2120-3|language=id|ref=harv{{Harvid|Joga dkk.|2019}}|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Nas|first=P.Peter J. M.|last2=Pratiwo|date=2002|title=Java and De Groote Postweg, La Grande Route, the Great Mail Road, Jalan Raya Pos|url=https://www.jstor.org/stable/27867990|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=158|issue=4|issn=0006-2294|language=en|url-status=live|url-access=registration|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Pramono|first=Sidik|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=ZyBtRz7Fh7QC|title=Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas (200 tahun Anjer-Panaroekan, jalan untuk perubahan)|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-391-4|language=id|ref={{Harvid|Pramono dkk.|2008}}|url-status=live}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==