Maksimus Pengaku Iman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 38:
Sedikir sekali informasi yang tersedia mengenai riwayat hidup Maksimus sebelum terlibat dalam konflik-konflik teologis dan politik yang dipicu kontroversi Monotelitisme.<ref>Keterangan berikut ini bersumber dari biografi panjang Maksimus dari abad ke-10 yang dikatalogkan dengan kode BHG 1234 dan tercetak di dalam ''Patrologia Graeca'' karya Migne (90, 68A1-109B9). Belakangan Meskipun demikian, keterangan tersebut belakangan ini sudah dipertanyakan berdasarkan penelitian ilmiah mutakhir. Pengarang atau tepatnya penyusun BHG 1234 ternyata menyadur isi salah satu biografi Teodorus Rahib Studium (BHG 1755) guna mengisi kekosongan informasi tentang Maksimus di dalam karya tulisnya (Lih. W. Lackner, Zu Quellen und Datierung der Maximosvita (BHG<sup>3</sup> 1234), dalam Analecta Bollandiana 85 [1967], hlmn. 285-316). Informasi penyusun BHG 1234 memang disadur dari kisah-kisah sengsara orang-orang kudus yang ada pada zamannya, yang sama sekali tidak memuat keterangan tentang masa muda Maksimus (Lih. B. Roosen, Maximi Confessoris Vitae et Passiones Graecae. The Development of a Hagiographic Dossier, dalam Byzantion 80 [2010], menyusul). Berdasarkan bukti-bukti yang sebagian besar bersifat internal dari karya-karya tulis Maksimus sendiri, C. Boudignon mengemukakan pendapatnya bahwa Maksimus adalah tokoh kelahiran Palestina (Lih. C. Boudignon, Maxime le Confesseur était-il constantinopolitain?, dalam B. Janssens – B. Roosen – P. Van Deun [penyunting], Philomathestatos. Studies in Greek and Byzantine Texts Presented to Jacques Noret for his Sixty-Fifth Birthday [= Orientalia Lovaniensia Analecta 137], Leuven – Paris – Dudley, MA, 2004, hlmn. 11-43; dan id., Le pouvoir de l'anathème ou Maxime le Confesseur et les moines palestiniens du VIIe siècle, dalam A. Camplani – G. Filoramo, Foundations of Power and Conflicts of Authority in Late-Antique Monasticism. Proceedings of the International Seminar, Turin, 2–4 December 2004 [= Orientalia Lovaniensia Analecta, 157], Leuven – Paris – Dudley, MA, 2007, hlmn. 245-274). Jika benar demikian, maka pendapat tersebut mengukuhkan keandalan biografi Maronit, sekalipun biografi Maronit jelas-jelas anti-Maksimus.</ref> Banyak sarjana yang mempelajari riwayat hidup dan karya-karya tulis mempertanyakan banyak sekali keterangan tentang Maksimus yang tersaji di dalam biografi Maronit, antara lain keterangan bahwa "Maksimus lahir di Palestina", ungkapan yang lazim dipakai pada abad ke-7 untuk menjatuhkan citra lawan. Selain itu, taraf pendidikan Maksimus yang nyata-nyata sangat tinggi mustahil dicapai lewat bangku pendidikan di daerah mana pun di Kekaisaran Romawi Timur selain Konstantinopel, dan mungkin sekali Kaisarea serta Aleksandria. Mustahil pula "orang dari kalangan bawah", yakni gambaran tentang Maksimus di dalam biografi Maronit, saat baru berumur tiga puluh tahun sudah berhasil menjabat sebagai ''protoasekretis'' (panitera utama) majelis istana Kaisar Heraklius, salah satu jabatan dengan kewenangan yang sangat besar di Kekaisaran Romawi Timur. Lebih mungkin Maksimus berasal dari keluarga ningrat, dan mengenyam pendidikan bermutu tinggi di bidang studi filsafat, matematika, astronomi, dan sebagainya. Meskipun demikian, Maksimus memang tidak belajar ilmu retorika, sebagaimana yang diakuinya sendiri di dalam karya tulisnya yang lebih awal, ''Ambigua ad Iohannem'',<ref name="Constas">{{cite book | last = Constas | first = Nicholas |editor= Nicholas Constas| title = On Difficulties in the Church Fathers: The Ambigua, Jilid 1| publisher = Harvard University Press, Dumbarton Oaks Medieval Library Series, Jilid 28| location = Cambridge, MA | year = 2014 | isbn = 978-0-674-72666-6 }}</ref> karena kelemahannya dalam mengungkapkan gagasan dengan gaya bahasa yang berbunga-bunga sesuai kaidah-kaidah baku dalam berbudi bahasa di Kekaisaran Romawi Timur. Meskipun demikian, karena alasa-alasan yang tidak yang Nevertheless, for reasons not explained in the few autobiographical details to be gleaned from his texts, Maksimus meninggalkan gegap gempita kehidupan duniawi life dan mengikrarkan [[kaul religius|kaul pertarakan]] di biara tempat Panglima [[Philippikos|Filipikus]] pernah dipaksa berkhalwat, tepatnya di kota Krisopolis (sekarang [[Üsküdar]], Turki). Kemudian hari Maksimus diangkat menjadi [[abbas|abas]] biara itu.<ref name="cathency">{{CathEncy| wstitle =St. Maximus of Constantinople| title =St. Maximus of Constantinople |author= M. Gildas| first = | last = | authorlink = }} ''"Tokoh besar ini berasal dari sebuah keluarga ningrat di Konstantinopel."''</ref>
Tatkala [[Kekaisaran Sasaniyah|bangsa Persia]]
=== Keterlibatan di dalam kontroversi Monotelitisme ===
[[Image:Hexagram-Constans II and Constantine IV-sb0995.jpg|left|thumb|300px|
While Maximus was in Carthage, a controversy broke out regarding how to understand the interaction between the human and divine natures within the [[Incarnation (Christianity)|person]] of [[Jesus]]. This Christological debate was the latest development in disagreements that began following the [[First Council of Nicaea]] in 325, and were intensified following the [[Council of Chalcedon]] in 451. The [[Monothelite]] position was developed as a compromise between the [[dyophysite|dyophysitists]] and the [[miaphysitism|miaphysists]], who believed dyophysitism is conceptually indistinguishable from [[Nestorianism]]. The Monothelites adhered to the [[Chalcedonian]] definition of the [[hypostatic union]]: that two natures, one divine and one human, were united in the person of Christ. However, they went on to say that Christ had only a divine will and no human will (Monothelite is derived from the Greek for "one will").
|