Maksimus Pengaku Iman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 42:
=== Terlibat kontroversi Monotelitisme ===
[[Image:Hexagram-Constans II and Constantine IV-sb0995.jpg|left|thumb|300px|Sekeping ''[[Heksagram (mata uang)|heksagrama]]'' perak bergambar Kaisar [[Konstans II]] bersama putranya. Kaisar Konstans II mendukung [[Monotelitisme]], dan menjatuhkan pidana pengasingan kepada Maksimus lantaran tidak bersedia menerima Monotelistisme.]]
Saat Maksimus tinggal di Kartago, timbul kontroversi seputar upaya memahami interaksi antara kodrat insani dan kodrat ilahi di dalam [[Inkarnasi (Kekristenan)|pribadi]] [[Yesus]]. Debat kristologis ini adalah buntut dari selisih paham yang timbul seusai penyelenggaraan [[Konsili Nikea I]] tahun 325, dan kian meruncing seusai penyelenggaraan [[Konsili Kalsedon]] tahun 451. [[Monotelitisme]] (ajaran tentang satu kehendak) digagas sebagai jalan tengah gunayang diharapkan mampu merukunkan golongan pengusung [[Diofisitisme]] dengan golongan pengusung [[Miafisitisme]] yang yakin bahwa Diofisitisme secara konseptual tidak dapat dibedakan dari [[Nestorianisme]]. Pengusung Monotelitisme menganut ajaran Konsili Kalsedon tentang [[persatuan hipostatik|kemanunggalan hipostatis]], yakni ajaran bahwa kodrat ilahi dan kodrat insani manunggal di dalam pribadi Kristus. Meskipun demikian, pengusung Monotelitisme melangkah lebih jauh lagi dengan mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki kehendak ilahi, dan tidak memiliki kehendak insani.
 
Monotelitisme dipromulgasi [[Sergius I dari Konstantinopel|Batrik Konstantinopel Sergius I]] bersama [[Pirus dari Konstantinopel|Pirus]], sahabat sekaligus pengganti Maksimus selaku abas biara Krisopolis.<ref>{{CathEncy|wstitle=St. Maximus of Constantinople}}: "Tindakan pertama Santo Maksimus yang kita ketahui dalam perkara ini adalah mengirim sepucuk surat kepada Pirus, yang ketika itu adalah seorang abas di Krisopolis ..."</ref> Sesudah Batrik Sergius mangkat pada tahun 638, Pirus menjadi Batrik Konstantinopel menggantikannya, tetapi dipecat tidak lama kemudian lantaran alasan politik. Semasa Pirus menjalani hukuman pengasingannya dari Konstantinopel, Maksimus menantangnya berdebat secara terbuka mengenai Monotelistisme. Di dalam acara debat yang disaksikan uskup-uskup Afrika Utara itu, Maksimus mempertahankan pendiriannya bahwa Yesus memiliki kehendak ilahi maupun kehendak insani. Pirus akhirnya insyaf dan mengakui kekeliruan Monotelitisme di ujung debat, dan Maksimus menemaninya berkunjung ke Roma pada tahun 645.<ref>[[Philip Schaff]], ''History of the Christian Church'', Jilid IV: Mediaeval Christianity. A.D. 590–1073 (edisi daring)[http://www.ccel.org/ccel/schaff/hcc4.i.xi.vi.html §111], diakses tanggal 15 Januari 2007.</ref>