Samaun Bakri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
artikelnya rapi
Baris 47:
 
== Kehidupan pribadi ==
Samaun Bakri lahir pada 28 April 1908 di Nagari Kurai Taji, Nan Sabaris, Padang Pariaman, Sumatra Barat, putra dari pasangan Bagindo Abu Bakar dan Siti Syarifah. Kakeknya dari garis ayah adalah Bagindo Tan Labiah, seroang [[dubalang]] [[Tuanku Imam Bonjol]].<ref>{{Cite journal|last=Salam|first=Abdul|date=2018-05-31|title=Samaun Bakri: Nationalist Portrait in 1925-1948|url=http://dx.doi.org/10.30872/yupa.v2i1.115|journal=Yupa: Historical Studies Journal|volume=2|issue=1|pages=44–54|doi=10.30872/yupa.v2i1.115|issn=2549-8754}}</ref>

Ia menempuh pendidikan menengah pertama di ''Vervolgschool'', lalu di [[Sumatra Thawalib]] [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]]. Selain itu, Samaun juga memperbanyak ilmunya dengan berbagai [[kursus]], sepert kursus ilmu politik, bahasa asing, dan lainnya. Ia menikah tiga kali. Dengan istri pertamanya ia dikaruniai anak yang bernama Abdul Muis. Sedangkan istri ketiganya bernama Siti Maryam. Selain Abdul Muis, Samaun juga punya anak lainnya, diantaranya Fuad S. Bakri.<ref name="historia.co.id" />
Samaun juga berperan besar pada awal hubungan antara Soekarno dengan [[Fatmawati]]. Ketika Soekarno berada di Jakarta setelah bebas dari pengasingan di Bengkulu, Samaun diutus Soekarno untuk membawa pesan dan bingkisan untuk Fatmawati di Bengkulu. Ia bersama [[Abdul Karim Oei Tjeng Hien|Abdul Karim Oei]] dan [[Mohammad Djamil|dr. Djamil]] kemudian juga berperan mengurus pernikahan Fatmawati dengan Soekarno pada [[1 Juni]] 1943, yang diwakilkan teman dekatnya, opseter (pengawas) Sarjono. Setelah pernikahan itu, Samaun kemudian membawa dan mengawal Fatmawati dan rombongannya yang terdiri dari orang tua, serta paman dari ibu Fatmawati, Moh. Kancil, yang juga penjahit pakaian Bung Karno saat di Bengkulu, ke Jakarta.<ref name="historia.co.id"/>