Sejarah Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memulihkan Tag: Pengembalian manual |
Jaya CFJ 99 (bicara | kontrib) k Menyunting Artikel Baru Tag: Dikembalikan Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
{{pp-move}}
'''Sejarah Indonesia''' meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman [[prasejarah]] berdasarkan penemuan "[[Manusia Jawa]]" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode [[sejarah]] [[Indonesia]] dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]] dan[[Islam]] di [[Jawa]], [[Sumatra]], dan [[Kalimantan]] yang terutama mengandalkan perdagangan; Era [[kolonialisme|Kolonial]], masuknya orang-orang [[Eropa]] (terutama [[Imperium Belanda|Belanda]], [[Imperium Portugal|Portugis]], dan [[Imperium Spanyol|Spanyol]]) yang menginginkan [[rempah-rempah]] mengakibatkan [[penjajahan]] oleh [[Belanda]] selama sekitar 3,5 abad antara awal [[abad ke-17]] hingga pertengahan [[abad ke-20]]; Era Kemerdekaan Awal, pasca-[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ([[1945]]) sampai jatuhnya [[Soekarno]] ([[1966]]); Era [[Orde Baru]], 32 tahun masa pemerintahan [[Soeharto]] ([[1966]]–[[1998]]); serta Orde [[Sejarah Indonesia (1998-sekarang)|Reformasi]] yang berlangsung sampai sekarang.
== Prasejarah ==
{{utama|Nusantara pada periode prasejarah}}
[[Berkas:Sangiran 17-02.JPG|jmpl|jmpl|Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran]]
Secara geologi, wilayah [[Indonesia]] modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut [[Nusantara]]) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: [[Lempeng Eurasia]], [[Lempeng Indo-Australia]], dan [[Lempeng Pasifik]] (lihat artikel [[Geologi Indonesia]]). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya [[es]] setelah berakhirnya [[Zaman Es]], sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa [[Pleistosen]], ketika masih terhubung dengan [[Asia]] Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' [[manusia Jawa]] dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (''[[Homo floresiensis]]'')<ref>Masih diperdebatkan, apakah termasuk ''H. erectus'' atau ''H. sapiens''</ref> di [[Liang Bua]], [[Flores]], membuka kemungkinan masih bertahannya ''H. erectus'' hingga masa [[Zaman Es]] terakhir.<ref>Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. ''Am. J. Hum. Genet.'' 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.</ref>
''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai [[Asia]] dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<ref>Roberts 1990.</ref> Mereka, yang ber[[fenotipe]] kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli [[Melanesia]] (termasuk [[Papua]]) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong ([[Paleolitikum]]). Gelombang pendatang ber[[bahasa Austronesia]] dengan kultur [[Neolitikum]] datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui [[Formosa]] dan [[Filipina]] membawa kultur beliung persegi ([[kebudayaan Dongson]]). Proses migrasi ini merupakan bagian dari [[pendudukan Pasifik]]. Kedatangan gelombang penduduk berciri [[Mongoloid]] ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk [[Maluku]] serta [[Nusa Tenggara]]. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik [[pertanian]], termasuk bercocok tanam [[padi]] di [[sawah]] (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), be[[peternakan|ternak]] [[kerbau]], pengolahan [[Zaman Perundagian|perunggu]] dan [[Zaman Perundagian|besi]], teknik [[tenun ikat]], praktik-praktik [[megalitikum]], serta pemujaan roh-roh ([[animisme]]) serta benda-benda keramat ([[dinamisme]]). Pada abad pertama SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari [[India]] akibat hubungan perniagaan.
== Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara ==
=== Sejarah awal ===
{{lihat pula|Sejarah Nusantara}}
Para cendekiawan [[India]] telah menulis tentang [[Dwipantara]] atau kerajaan [[Hindu]] [[Jawa Dwipa]] di Pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]] atau Swarna Dwipa sekitar [[200 SM]]. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak [[Hinduisme]] pada [[abad ke-5]], yaitu Kerajaan [[Tarumanagara]] yang menguasai [[Jawa Barat]] dan [[Kerajaan Kutai]] di pesisir [[Sungai Mahakam]], [[Kalimantan]]. Pada tahun [[425]] ajaran [[Buddhisme]] telah mencapai wilayah tersebut.
[[Nusantara]] telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua imperium besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] pada [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-14|ke-14]] dan [[Majapahit]] di [[Jawa]] pada [[abad ke-13]] sampai [[abad ke-16|ke-16]], ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang acap kali menjadi vasal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan perdagangan (seperti di [[Maluku]]). Hal tersebut telah terjadi sebelum [[Eropa Barat]] mengalami masa [[Abad Renaisans|Renaisans]] pada [[abad ke-16]].
=== Kerajaan Hindu-Buddha ===
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}}
[[Berkas:Prasasti tugu.jpg|jmpl|200px|Prasasti Tugu peninggalan Raja [[Purnawarman dari Taruma]]]]
[[Berkas:Prasasti Hujung Langit.jpg|jmpl|280|ka|[[Prasasti Hujung Langit]] terpahat nama raja Punku Aji Yuwarajya Sri Haridewa]]
Pada [[abad ke-4]] hingga [[abad ke-7]] di wilayah [[Jawa Barat]] terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha, yaitu [[Tarumanegara|Kerajaan Tarumanagara]] yang dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai [[abad ke-16]]. Pada [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-14]], kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok, [[I Ching]], mengunjungi ibu kota Sriwijaya, [[Palembang]], sekitar tahun [[670]]. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh [[Jawa Barat]] dan [[Semenanjung Melayu]]. [[Abad ke-14]] juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]], [[Majapahit]]. Patih Majapahit antara tahun [[1331]] hingga [[1364]], [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam [[budaya Jawa|kebudayaan Jawa]], seperti yang terlihat dalam [[wiracarita]] [[Ramayana]].
=== Kerajaan & Kesultanan Islam ===
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}}
[[Kesultanan]] sebagai sebuah pemerintahan oleh [[khalifah|penguasa Muslim]] hadir di Indonesia sekitar [[abad ke-12]] dan membangung [[peradaban|tamadun]]. Namun, sebenarnya [[Islam]] sudah masuk ke [[Indonesia]] pada [[abad ke-7]] [[Masehi]]. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui [[Selat Malaka]] yang menghubungkan [[Dinasti Tang]] di [[Tiongkok]], [[Sriwijaya]] di [[Asia Tenggara]], dan [[Bani Umayyah]] di [[Asia Barat]] sejak [[abad ke-7]].<ref>Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.</ref>
Menurut sumber-sumber [[Berita Tiongkok|Cina]] zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin permukiman Arab [[Muslim]] di pesisir pantai [[Sumatra]]. [[Islam]] pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini tampak pada tahun 100 H ([[718 M]]) [[Raja]] [[Sriwijaya]] [[Jambi]] yang bernama [[Srindravarman]] mengirim surat kepada [[Khalifah]] [[Umar bin Abdul Aziz]] dari [[Kekhalifahan Bani Umayyah]] meminta dikirimkan dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan [[Allah]]. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun [[720 M]], Raja Srindravarman, yang semula [[Hindu]], [[mualaf|masuk Islam]]. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya [[Palembang]] yang masih menganut [[Buddha]].<ref>Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.</ref>
[[Islam]] terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama [[Kesultanan Peureulak]] didirikan pada 1 Muharram 225 H atau [[12 November]] [[839 M]]. Contoh lain adalah [[Kepaksian Sekala Brak]] yang berdiri pada 29 Rajab 688 Hijriyah dengan Raja yang beragamakan Islam Umpu Ngegalang Paksi , [[Kesultanan Ternate]]. Islam masuk ke kerajaan di [[Kepulauan Maluku]] ini tahun [[1440]]. Rajanya seorang [[Muslim]] bernama [[Bayanullah dari Ternate|Bayanullah]].
[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian semakin menyebarkan pelbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir [[abad ke-16]] di [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Hanya [[Bali]] yang tetap mempertahankan mayoritas [[Hindu]]. Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan [[Kristen]] dan [[Islam]] diketahui sudah aktif pada [[abad ke-16]] dan [[abad ke-17|17]], dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua [[agama]] di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar [[Nusantara]]; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[mubalig]] merupakan utusan dari negara-negara Muslim yang datang dari luar [[Indonesia]], maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para [[mubalig]] ini bekerja melalui cara [[berdagang]], para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para [[pedagang]] dari [[pribumi-Indonesia|penduduk indigenos]], hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: [[Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak]], [[Kesultanan Demak]] [[Kerajaan Djipang]] [[Kerajaan Samudera Pasai]], [[Kesultanan Banten]] yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara [[Eropa]], [[Kesultanan Mataram]], [[Kerajaan Iha|Kesultanan Iha]], [[Kesultanan Gowa]], [[Kesultanan Gorontalo]], [[Kesultanan Ternate]], dan [[Kesultanan Tidore]] di [[Maluku]].
== Era kolonial ==
=== Kolonisasi Portugis dan Spanyol ===
{{utama|Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol}}
[[Afonso de Albuquerque|Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque]]. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan [[Nusantara]] waktu itu dikenal oleh orang [[Eropa]] dan dimulainya [[kolonisasi]] berabad-abad oleh [[Imperium Portugal|Portugis]] bersama [[bangsa Eropa]] lain, terutama [[Imperium Inggris|Britania]] dan [[Imperium Belanda|Belanda]]—juga [[Imperium Spanyol|Spanyol]] dalam waktu yang singkat.
Dari [[Sungai Tejo|Sungai Tajo]] yang bermuara ke [[Samudra Atlantik]] itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati [[Tanjung Harapan]] di [[Afrika]], menuju [[Selat Malaka]]. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke [[Kepulauan Maluku]] untuk mencari [[rempah-rempah]], komoditas yang setara [[emas]] kala itu.
”Pada [[abad ke-16]] saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri [[Katolik]] itu diberkati oleh [[pastor]] dan raja sebelum berlayar melalui [[Sungai Tagus]],” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh [[Raja Manuel]] pada tahun [[1502]] di tempat saat [[Vasco da Gama]] memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh [[Raja Luis]] pada [[22 Juli]] [[1863]] untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni ''feitoria, fortaleza'', dan ''igreja''. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
== Periode kolonisasai Portugis di Nusantara ==
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1522, Portugis sudah sampai di Pelabuhan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang dengan Raja Sunda. Perjanjian dagang tersebut dilakukan pada tanggal 21 Agustus 1522.{{sfnp|Slamet Muljana|2005|pp=221|ps=:Pada tahun 1522, orang-orang Portugis sudah sampai di pelabuhan Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengan raja Sunda. Pada tanggal 21 Agustus 1522, telah dicapai persetujuan antara pihak Portugis dan pihak Sunda untuk mengadakan hubungan dagang.}} Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]] di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkih dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di [[Sunda Kelapa]].{{sfnp|Edi Sedyawati|1987|pp=15|ps=:Kelimpahan hasil pelabuhan inilah yang telah memikat pemimpin-pemimpin Portugis yang berpangkal di Malaka untuk menjalin hubungan erat dengan pajajaran, khususnya dengan maksud m=untuk mendapakan izin membangun benteng di Sunda Kelapa. Izin telah diberikan pada 21 Agustus 1522, diperingati dengan pendirian sebuah batu peringatan berinskripsi.}}
Pada 1512, Afonso de Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.{{sfnp|M. Adnan Amal|2002|pp=[https://books.google.co.id/books?id=7g9SAQAAMAAJ&dq=Maluku+Utara+%3A+perjalanan+sejarah+1250-1800&focus=searchwithinvolume&q=Kepulauan+Banda 82]|ps=:Pada 1512, d'Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.}}
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku. Di Jakarta, terdapat Kampong Tugu yang terletak di antara Kali Cakung, pantai Cilincing, dan tanah Marunda. Penduduk kampung tersebut menamakan diri "orang Portugis" dan percaya bahwa mereka adalah turunan bangsa Portugis.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1974|url=https://books.google.co.id/books?id=Nh8sAAAAIAAJ&q=portugis+%22Kampong+Tugu%22&dq=portugis+%22Kampong+Tugu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwin-K3v0qbrAhVm7XMBHd_6DLIQ6AEwAnoECAIQAg|title=Masyarakat Indonesia|location=Jakarta|publisher=Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|isbn=|volume=1|pages=|language=|url-status=live}}</ref>
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthoni d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu.{{sfnp|Lembaga budaya pela dan gandong di Maluku|2000|pp=[https://books.google.co.id/books?id=AvkuAAAAMAAJ&dq=Lembaga+budaya+pela+dan+gandong+di+Maluku%3A+Latar+sejarah%2C+peranan%2C+dan+fungsinya.&focus=searchwithinvolume&q=portugis 14]|ps=:Bangsa Eropa yang pertama menemukan Kepulauan Maluku adalah Portugis: tahun 1512. Pada tahun itu dua armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthoni d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Pulau Banda dan Pulau Penyu}} Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, yang terletak di antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang.{{sfnp|Sumarsono|1993|pp=25|ps=:Di Maluku, bangsa Portugis sempat mendirikan sebuah benteng di Pikapoli dengan seizin masyarakat setempat, yaitu antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang .}} Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah [[Fransiskus Xaverius]]. Tiba di Ambon pada tahun 1546,{{sfnp|Jan S. Aritonang|2004|pp=35|ps=:Ketika Xaverius tiba di Pulau Ambon pada tahun 1546, ia telah menemukan sejumlah jemaat atau gereja lokal dan ribuan umat Kristen yang umumnya berasal dari lingkungan ulusiwa }} kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate.{{sfnp|M. Adnan Amal|2016|pp=79|ps=:Pada bulan Juni 1546, evangelis terkenal Magister Franciscus Xaverius tiba di Ternate dari Ambon setelah suatu pelayaran selama delapan hari yang meletihkan.}} Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Pada akhir tahun 1575, bangsa Portugis menyerah kepada [[Baabullah|Sultan Babullah]].{{sfnp|Hamka|2020|pp=602|ps=:Akhirnya, pada akhir tahun 1575, menyerahlah bangsa Portugis kepada Sultan Babullah, dan diturunkanlah bendera Portugis dari atas bentengnya, dan diganti dengan bendera Ternate.}}
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz.<ref>{{Cite book|last=Usman Kansong|first=|date=2000|url=http://worldcat.org/oclc/604918957|title=Merajut damai di Maluku: Telaah konflik antarumat, 1999-2000|location=|publisher=Yayasan Pustaka Ummat|isbn=|pages=6|oclc=604918957|url-status=live}}</ref> Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.<ref>{{Cite book|last=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan (Indonesia)|first=|date=1984|url=http://worldcat.org/oclc/14215474|title=Monografi daerah Maluku|location=|publisher=Proyek Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|isbn=|pages=13|oclc=14215474|url-status=live}}</ref> Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.<ref>{{Cite book|last=John Pattikayhatu|first=|date=1978|url=https://books.google.co.id/books?id=6gt_CgAAQBAJ&pg=PA66&dq=1605+%22Steven%22+belanda&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi7j7zZ1abrAhWz9nMBHVOYCOQQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=1605%20%22Steven%22%20belanda&f=false|title=Sejarah Daerah Maluku|location=|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=|pages=66|language=id|url-status=live}}</ref> Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku:Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
=== Perlawanan Rakyat terhadap Portugis ===
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
==== Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis ====
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa di antaranya di Amurang dan Kema.<ref>{{Cite book|last=Jessy Wenas|first=|date=2007|url=http://worldcat.org/oclc/225501253|title=Sejarah dan kebudayaan Minahasa|location=|publisher=Institut Seni Budaya Sulawesi Utara|isbn=|pages=41|oclc=225501253|url-status=live}}</ref>
==== Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis ====
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Usaha perlawanan kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan [[Fatahillah]]/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama [[Sunda Kelapa]] menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.<ref>{{Cite book|last=Supangat, Agus. Dillenia, Ira. Hasanah, Nia Naelul.|first=|date=2006|url=http://worldcat.org/oclc/609055547|title=Menelusuri jiwa bahari bangsa Indonesia dalam proses integrasi bangsa : sejak jaman prasejarah hingga abad XVII : buku sejarah maritim Indonesia|location=|publisher=Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, Lembaga Penelitian, Universitas Diponegoro|isbn=979-3768-07-X|pages=64|oclc=609055547|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Indonesia. Angkatan Darat. Kodam VI/Siliwangi. Dinas Sejarah.|first=|date=1979|url=http://worldcat.org/oclc/6959195|title=Siliwangi dari masa ke masa|location=|publisher=Angkasa|isbn=|pages=2|oclc=6959195|url-status=live}}</ref>
==== Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis ====
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh.<ref>{{Cite book|last=Azra|first=Azyumardi|date=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=hcDXAAAAMAAJ&q=portugis+1555+aceh&dq=portugis+1555+aceh&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiz5Zyu2KbrAhVz9nMBHbyQBAcQ6AEwCHoECAkQAg|title=Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII : akar pembaruan Islam Indonesia|location=|publisher=Kencana|isbn=|pages=40|language=|url-status=live}}</ref> Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, [[Kerajaan Aceh]] pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1984|url=http://worldcat.org/oclc/23180610|title=Sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di Riau.|work=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|pages=24|oclc=23180610|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Arsip Nasional Republik Indonesia Sonstige|first=|date=2002|url=http://worldcat.org/oclc/1075966196|title=Perlawanan tokoh-tokoh masyarakat Aceh terhadap rezim kolonial Belanda.|location=|publisher=Arsip Nasional Republik Indonesia|isbn=979-8101-68-5|pages=5|oclc=1075966196|url-status=live}}</ref>
==== Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis ====
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di [[Maluku]] pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh [[Sultan Hairun]] dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1977|url=https://books.google.co.id/books?id=3ER_CgAAQBAJ&pg=PA62&dq=1570+%22Sultan+Hairun%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwij4rCy2abrAhVLIbcAHapJBzAQ6AEwAnoECAUQAg#v=onepage&q=1570%20%22Sultan%20Hairun%22&f=false|title=Sejarah Daerah Sulawesi Utara|work=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|location=|publisher=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=62|oclc=|url-status=live}}</ref> Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di [[Pulau Timor]].
== Garis waktu kolonialisasi Eropa di Indonesia ==
=== Kolonialisasi Spanyol ===
* [[1521]] [[Spanyol]] mendarat di [[Sulawesi Utara]]
** [[1560]] Spanyol mendirikan pos di [[Manado]].
** [[1617]] Gerakan perlawanan rakyat [[Minahasa]] di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
** [[1646]] Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung [[Bolaang Mongondow]] yang berakhir tahun [[1692]].
=== Kolonialisasi Portugis ===
==== 1509 - 1520 ====
Baris 134 ⟶ 135:
** Para pedagang Portugis mulai mengunjungi [[Flores]] dan [[Kabupaten Flores Timur|Solor]].
** [[Banjar]] di [[Kalimantan]] menjadi [[Kesultanan|Kesultanan Islam]].
==== 1521 – 1530 ====
* [[1521]]
** Unus memimpin armada dari Demak dan [[Cirebon]] melawan orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. [[Trenggana|Trenggono]] menjadi [[Kerajaan Demak|Sultan Demak]].
Baris 154 ⟶ 155:
** Aceh merebut Pasai dan [[Pedir]] di [[Sumatra Utara]].
* [[1525]]
** Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin [[Banten]] mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Nyerupa [[Lampung]], bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah surat Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin.
* [[1526]]
** Portugis membangun benteng pertama di Timor.
Baris 170 ⟶ 171:
** [[Surabaya]] dan [[Pasuruan]] takluk kepada Demak. Demak merebut [[Blambangan]], kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
** [[Gowa]] mulai meluas dari Makassar.
** Banten memperluas
==== 1531 – 1540 ====
* [[1536]]
Baris 184 ⟶ 185:
** Portugis berhubungan dengan Gowa.
** [[Kesultanan Butung]] didirikan.
==== 1541 – 1550 ====
* [[1545]]
Baris 201 ⟶ 202:
* [[1554]]
** Arya Penangsang meninggal, Kesultanan Demak runtuh.
==== 1551 – 1560 ====
* [[1551]]
** Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan armada [[Ratu Kalinyamat]] dari [[Jepara]].
** Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai [[Jailolo, Halmahera Barat|Kesultanan Jailolo]] di [[Halmahera]] dengan bantuan Portugis.
* [[1552]]
** [[Sultan Hasanuddin]] memisahkan diri dari Demak dan mendirikan [[Kesultanan Banten]], lalu
** Aceh mengirim duta ke [[Suleiman I]], [[Daftar sultan Kesultanan Utsmaniyah|Sultan Utsmaniyah]] di [[Istanbul]].
* [[1558]]
Baris 220 ⟶ 221:
** Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di [[Panarukan]], di ujung timur Jawa.
** Spanyol mendirikan pos di Manado.
==== 1561 – 1570 ====
* [[1561]]
** Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
Baris 240 ⟶ 241:
** Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Gubernur Lopez de Mezquita,<ref>Bartholonew Leonardo de Argensola. 1708. The Discovery and Conquest of Molucco and Philippine Islands. London. hal. 50</ref> tetapi agen Portugis membunuh Sultan Hairun.<ref>C. Bathurst, J. F. and C. Rivington, A. Hamilton, T. Payne, T. Longman, S. Crowder, B. Law, T. Becket, J. Robson, F. Newbery. 1781The Modern Part of an Universal History, from the earliest accounts to the present time, Volume 8. London hal.98</ref> [[Baabullah]] menjadi Sultan Ternate (hingga * [[1583]]), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
** [[Maulana Yusuf]] menjadi Sultan Banten.
==== 1571 – 1590 ====
* [[1571]]
** Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga [[1607]].
Baris 277 ⟶ 278:
* [[1590]]
** Desa asli Medan didirikan.
==== 1591 – 1659 ====
* [[1591]]
** Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
Baris 292 ⟶ 293:
* [[1654]]
** Orang Minahasa mengizinkan Belanda membangun loji di Manado.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1986|url=https://books.google.co.id/books?id=KcUeAAAAMAAJ&pg=PA4&dq=Spanyol+%22Manado.%22+%22tahun%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiKh6iFq8DrAhXGTX0KHUdQBOYQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=Spanyol%20%22Manado.%22%20%22tahun%22&f=false|title=Sejarah kota Manado, 1945-1979|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|pages=4|language=id|url-status=live}}</ref>
=== Kolonisasi VOC ===
Mulai tahun [[1602]] Kongsi dagang [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] yang didirikan di [[Belanda|Republik Persekutuan Tujuh Provinsi]] bersaing dengan kerajaan [[Portugal]] dan Kerajaan [[Spanyol]] dalam dominasi perdagangan rempah di Hindia Timur ([[Nusantara]]), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC berhasil mengeliminasi Kongsi dagang [[Perusahaan Hindia Timur Britania|EIC]] yang didirikan oleh kerajaan [[Inggris]] yang bertahan di bengkulu hingga 1824, satu-satunya koloni Portugal yang masih bertahan hingga abad 20 adalah [[Timor Portugis]], yang tetap dikuasai [[Portugal]] hingga [[1975]] ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama [[Timor Timur]].
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] ([[bahasa Belanda]]: ''Verenigde Oostindische Compagnie'' atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun [[1602]]. Markasnya berada di [[Batavia]], yang kini bernama [[Jakarta]].
Kongsi Dagang VOC dan dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda mendominasi Indonesia selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945), kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai [[Britania]] setelah [[Perang Jawa Britania-Belanda]] (perpanjangan dari [[Peperangan era Napoleon|perang Napoleonik]] di Eropa) dan masa penjajahan [[Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Pada masa penguaasaan VOC terhadap nusantara banyak penduduk di nusantara menderita akibat monopoli, peperangan dan pajak dari [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]], salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam sejarah, Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih oleh kerajaan [[Belanda]] dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai mengembangkan [[Hindia Belanda]] menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua baru ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan [[monopoli]]nya terhadap [[perdagangan rempah-rempah]] di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil [[rempah-rempah]], dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk [[Kepulauan Banda]] terus menjual [[pala|biji pala]] kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin [[Mataram]] dan [[Banten]].
=== Kolonisasi pemerintah Belanda ===
{{utama|Indonesia: Era Belanda}}
==== Era Napoleon (1800-1811) ====
Setelah [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] (''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'') jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir [[abad ke-18]], tepatnya adalah pada tahun 1 Januari [[1800]] dan setelah Belanda kalah [[Peperangan era Napoleon|Perang Eropa]] dan dikuasai Prancis, maka Hindia Belanda jatuh ke tangan Prancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan [[Republik Belanda]] (hingga 1806), kemudian dilanjutkan [[Kerajaan Hollandia]] (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Prancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia Belanda dan perjanjian, antara lain [[Persetujuan Amiens]] hingga [[Kapitulasi Tuntang]].
Dalam masa ini Hindia Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal [[Overstraten]], [[Wiese]], [[Daendels]], dan yang terakhir adalah [[Janssens]]. Pada masa Daendels dibangunlah [[Jalan Raya Pos]] (jalur [[Pantura]] sekarang), kemudian
==== Interregnum Britania (1811-1816) ====
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Wakil Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali [[Candi Borobudur]], salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan [[Gunung Tambora]] di [[Sumbawa]] meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa
==== Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816) ====
Setelah [[Kongres Wina]] mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah [[Belanda|Kerajaan Belanda]] berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah [[Hindia Belanda]] yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun [[1814]] dan diamendemen tahun [[1848]], [[1872]], dan [[1922]] menurut perkembangan wilayah [[Hindia Belanda]], hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam [[Perang Dunia II]].
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatra, yang terkenal dengan [[Perang Diponegoro]] atau [[Perang Jawa]], pada tahun [[1825]]-[[1830]], dan [[Perang Padri]] (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun [[1830]] sistem [[tanam paksa]] yang dikenal sebagai ''cultuurstelsel'' dalam [[bahasa Belanda]] mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti [[teh]], [[kopi]] dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah [[1870]].
Pada [[1901]] pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Politik Etis]] (bahasa Belanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jenderal [[Johannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] pemerintah Hindia Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
=== Gerakan nasionalisme ===
Pada [[1905]] gerakan nasionalis yang pertama, [[Serikat Dagang Islam]] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun [[1908]] oleh gerakan nasionalis berikutnya, [[Budi Utomo]]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, [[Soekarno]].
=== Perang Dunia II ===
Pada Mei [[1940]], awal [[Perang Dunia II]], Belanda diduduki oleh [[Nazi]] [[Jerman]]. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke [[Amerika Serikat]] dan [[Britania]]. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni [[1941]], dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
=== Pendudukan Jepang ===
{{utama|Sejarah Nusantara (1942–1945)}}
{{wikisource|Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence|Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia}}
Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang.
Pada [[9 Agustus]] [[1945]] Soekarno, Hatta dan [[Radjiman Widjodiningrat]] diterbangkan ke [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
== Era kemerdekaan ==
=== Proklamasi kemerdekaan ===
{{utama|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}}
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada [[16 Agustus]], Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan [[Pembela Tanah Air]] (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada [[18 Agustus]] [[1945]] Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan [[Mohammad Hatta]] sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada [[31 Agustus]] dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: [[Sumatra]], [[Kalimantan]] (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] (termasuk [[Papua]]) dan [[Kepulauan Sunda Kecil|Nusa Tenggara]].
=== Perang kemerdekaan ===
{{utama|Sejarah Indonesia (1945–1949)}}
[[Berkas:Proklamasi.png|250px|jmpl|ka|Teks Proklamasi]]
Dari [[1945]] hingga [[1949]], persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota mereka. Pada [[27 Desember]] [[1949]] (lihat artikel tentang [[Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu [[Juliana dari Belanda]] memindahkan kedaulatan kepada pemerintah [[Republik Indonesia Serikat|Federal Indonesia]]. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 [[PBB]].
=== Demokrasi parlementer ===
{{Main|Sejarah Indonesia (1950–1959)}}
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi [[UUD '45|undang-undang baru]] yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau [[MPR]]. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun [[1955]], sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara [[sekuler]] yang berdasarkan [[Pancasila]] sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada [[syariah|hukum Islam]].Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
=== Demokrasi terpimpin ===
{{utama|Sejarah Indonesia (1959–1965)}}
Pemberontakan yang gagal di [[Sumatra]], [[Sulawesi]], Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada [[1959]] ketika Presiden [[Soekarno]] secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "[[Demokrasi Terpimpin]]". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok [[Uni Soviet]]. Para pemimpin tersebut berkumpul di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] pada tahun [[1955]] dalam [[KTT Asia-Afrika]] untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi [[Gerakan Non-Blok]].
Pada akhir [[1950-an]] dan awal [[1960-an]], Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan partai komunis terbesar setelah [[Uni Soviet]] dan [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]].
=== Nasib Irian Barat ===
{{utama|Konflik Papua Barat}}
Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua) . Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag pada 1949, dicapai kesepakatan bahwa status Koloni belanda di belahan barat [[nugini]] (Papua) akan dibicarakan setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda ke Republik Indonesia Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah perundingan Meja Bundar mencapai kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan penduduk Nugini Belanda pada [[1 Desember]] [[1961]].
Negosiasi susulan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal mencapai kata sepakat, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian dan terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan tertutup dengan Indonesia yang menghasilkan [[Perjanjian New York]] pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap [[Irian Jaya]] pada [[1 Mei]] [[1963]].
=== Konfrontasi Indonesia—Malaysia ===
{{utama|Konfrontasi Indonesia-Malaysia}}
Soekarno menentang pembentukan Federasi [[Malaysia]] dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial [[Inggris]] di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan [[Federasi Malaysia]], hal ini dianggap akan memperluas pengaruh [[imperialisme]] negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan [[PBB]] untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap [[Dewan Keamanan PBB]], presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal [[20 Januari]] [[1965]] dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru ([[CONEFO]]) sebagai tandingan [[PBB]] dan [[GANEFO]] sebagai tandingan [[Olimpiade]]. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
=== Gerakan 30 September ===
{{utama|Gerakan 30 September}}
Hingga [[1965]], PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk [[Soekarno]] untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "[[Angkatan Kelima]]" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
[[Berkas:Hammer and sickle.svg|ka|jmpl|130px|[[Partai Komunis Indonesia]]]]
Pada [[30 September]] [[1965]], enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya [[kudeta]] yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen [[Soeharto]], menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada [[1966]] mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di [[Jawa]] dan [[Bali]].
== Era Orde Baru ==
{{utama|Orde Baru}}{{See also|Sejarah Indonesia (1965–1966)}}
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal [[19 September]] [[1966]] mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal [[28 September]] [[1966]], tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada [[1968]], MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun [[1973]], [[1978]], [[1983]], [[1988]], [[1993]], dan [[1998]].
Presiden Soeharto memulai "[[Orde Baru]]" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi ([[Pembangunan lima tahun|Pelita]]) sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang [[kelaparan]] dikurangi dengan besar pada tahun [[1970-an]] dan [[1980-an]].
=== Irian Jaya ===
{{Main|Irian Jaya}}
Setelah menolak supervisi dari [[PBB]], pemerintah Indonesia melaksanakan "''Act of Free Choice''" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
=== Timor Timur ===
{{Main|Timor Timur|Operasi Seroja}}
Dari [[1596]] hingga [[1975]], Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai [[Timor Portugis]] dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh [[Laut Timor]]. Akibat [[Revolusi Anyelir|kejadian politis di Portugal]], pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, [[Fretilin]], sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham [[Marxisme]], dan [[UDT]], menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada [[7 Desember]] [[1975]], pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah [[operasi militer]] yang disebut ''[[Operasi Seroja]]''. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia ([[ABRI]]) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran [[HAM]] yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada [[30 Agustus]] [[1999]], rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan [[PBB]]. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak [[infrastruktur]] di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, [[MPR]] membatalkan dekret 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei [[2002]] sebagai negara [[Timor Leste]].
=== Krisis ekonomi ===
{{Main|Krisis finansial Asia 1997}}
[[Berkas:Suharto resigns.jpg|ka|jmpl|300px|Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.]]
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: [[Krisis finansial Asia]]), disertai [[kemarau]] terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. [[Rupiah]] jatuh, [[inflasi]] meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang [[Pendudukan Gedung DPR/MPR|menduduki gedung DPR/MPR]], Soeharto mengundurkan diri pada [[21 Mei]] [[1998]], tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, [[B. J. Habibie]], untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
== Era reformasi ==
{{utama|Sejarah Indonesia (1998–sekarang)}}
=== Pemerintahan Habibie ===
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari [[Dana Moneter Internasional]] dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
=== Pemerintahan Wahid ===
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada [[7 Juni]] [[1999]]. [[PDI Perjuangan]] pimpinan putri Soekarno, [[Megawati Sukarnoputri]] keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; [[Golkar]] (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; [[Partai Persatuan Pembangunan]] pimpinan [[Hamzah Haz]] 12%; [[Partai Kebangkitan Bangsa]] pimpinan [[Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur) 10%. Pada Oktober [[1999]], MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, [[Kabinet Persatuan Nasional]] pada awal November 1999 dan melakukan ''reshuffle'' kabinetnya pada Agustus [[2000]].
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di [[Aceh]], [[Maluku]], dan [[Papua]]. Di [[Timor Barat]], masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
=== Pemerintahan Megawati ===
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada [[29 Januari]] [[2001]], ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian. Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan [[Kabinet Gotong Royong]].
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar ketika [[Sengketa Sipadan dan Ligitan|Pulau Sipadan dan Ligitan lepas dari NKRI]] berdasarkan keputusan [[Mahkamah Internasional]].
=== Pemerintahan Yudhoyono ===
Pada [[2004]], [[Pemilihan umum Indonesia 2004|pemilu satu hari terbesar]] di dunia diselenggarakan, dengan [[Susilo Bambang Yudhoyono]] terpilih sebagai [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|presiden pertama yang dipilih secara langsung]] oleh rakyat, kemudian membentuk [[Kabinet Indonesia Bersatu]]. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|gempa bumi besar di Aceh dan Nias]] pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari [[Aceh]] serta [[gempa bumi Sumatra Maret 2005|gempa bumi lain pada awal 2005]] yang mengguncang Sumatra.
Pada [[17 Juli]] [[2005]], sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah [[Aceh]].
=== Pemerintahan Joko Widodo ===
{{Kembangkan bagian}}
== Catatan kaki ==
{{reflist|2}}
=== Lihat pula ===
* [[Sejarah nama Indonesia]]
* [[Sejarah Lembaga Kepresidenan Indonesia]]
* [[Garis waktu sejarah Indonesia]]
=== Sumber dan bacaan lebih lanjut ===
* {{en}} [http://www.asianscholarship.org/ejourn/articles/soh_byungkuk.doc Ideals without Heat: Indonesia Raya and the Struggle for Independence in Malaya, 1920-1948]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
Baris 477 ⟶ 478:
* {{Cite book|last=Mukhaer Pakkanna|first=|date=2000|url=http://worldcat.org/oclc/606570300|title=Bara di Maluku : upaya untuk mempertahankan sejengkal tanah|location=|publisher=Yayasan Lukman Harun|isbn=979-95997-2-5|oclc=606570300|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Hamka|first=|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=WWjeDwAAQBAJ&pg=PA602&dq=babullah+%221575%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjx1OSm1KbrAhUigUsFHSQUCNYQ6AEwAHoECAQQAg#v=onepage&q=babullah%20%221575%22&f=false|title=Sejarah Umat Islam: Pra-Kenabian hingga Islam di Nusantara|location=|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-714-7|language=|url-status=live}}
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/index.html Sejarah Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20041204114332/http://www.gimonca.com/sejarah/index.html |date=2004-12-04 }}; alur waktu dalam sejarah indonesia
* {{en}} [http://www.google.com/search?tbs=tl%3A1&q=history+of+indonesia Google: Timeline history of Indonesia]
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=p7Z6rZhPcCY Film dokumenter Hindia Belanda 1602-1949]
{{Topik Indonesia}}
{{Sejarah Indonesia navbox|state=show}}
{{Sejarah provinsi Indonesia}}
{{Sejarah Asia}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia| ]]
[[Kategori:Indonesia]]
[[bn:ইন্দোনেশিয়া#ইতিহাস]]
|