Sejarah Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jaya CFJ 99 (bicara | kontrib) k Menyunting Artikel Baru Tag: Dikembalikan Suntingan visualeditor-wikitext |
Jaya CFJ 99 (bicara | kontrib) k →Kerajaan & Kesultanan Islam: institusi budaya bangsa Tag: Dikembalikan Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 33:
Menurut sumber-sumber [[Berita Tiongkok|Cina]] zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin permukiman Arab [[Muslim]] di pesisir pantai [[Sumatra]]. [[Islam]] pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini tampak pada tahun 100 H ([[718 M]]) [[Raja]] [[Sriwijaya]] [[Jambi]] yang bernama [[Srindravarman]] mengirim surat kepada [[Khalifah]] [[Umar bin Abdul Aziz]] dari [[Kekhalifahan Bani Umayyah]] meminta dikirimkan dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan [[Allah]]. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun [[720 M]], Raja Srindravarman, yang semula [[Hindu]], [[mualaf|masuk Islam]]. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya [[Palembang]] yang masih menganut [[Buddha]].<ref>Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.</ref>
[[Islam]] terus mengokoh menjadi institusi
[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian semakin menyebarkan pelbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir [[abad ke-16]] di [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Hanya [[Bali]] yang tetap mempertahankan mayoritas [[Hindu]]. Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan [[Kristen]] dan [[Islam]] diketahui sudah aktif pada [[abad ke-16]] dan [[abad ke-17|17]], dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua [[agama]] di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar [[Nusantara]]; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[mubalig]] merupakan utusan dari negara-negara Muslim yang datang dari luar [[Indonesia]], maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para [[mubalig]] ini bekerja melalui cara [[berdagang]], para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para [[pedagang]] dari [[pribumi-Indonesia|penduduk indigenos]], hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: [[Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak]], [[Kesultanan Demak]] [[Kerajaan Djipang]] [[Kerajaan Samudera Pasai]], [[Kesultanan Banten]] yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara [[Eropa]], [[Kesultanan Mataram]], [[Kerajaan Iha|Kesultanan Iha]], [[Kesultanan Gowa]], [[Kesultanan Gorontalo]], [[Kesultanan Ternate]], dan [[Kesultanan Tidore]] di [[Maluku]].
== Era kolonial ==
|