Sukarjo Wiryopranoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 56:
|religion = [[Islam]]
}}
'''Sukarjo Wiryopranoto''' ({{lahirmati|[[Kesugihan, Cilacap|Kesugihan]], [[Cilacap]], [[Jawa Tengah]]|5|6|1903|[[New York]], [[Amerika Serikat]]|23|10|1962}}) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. Sukarjo sendiri bergabung ke dalam beberapa organisasi ternama, salah satunya [[Budi Utomo]]. Ia juga turut menjadi pejuang perebutan kembali Irian Barat ke pangkuan [[Indonesia|Republik Indonesia]] (RI).
== Kehidupan Awal ==
Sukarjo adalah putra Bapak Wiryodiharjo yang bekerja pada Jawatan Kereta Api pada zaman Hindia Belanda. Ibunya berasal dari [[Purwokerto]], keturunan seorang alim ulama, bernama Kyai Asmadi. Sukarjo dilahirkan di Desa Kasugihan dan mempunyai saudara berjumlah tujuh orang dan ia adalah anak keenam.
Ketika Sukarjo berumur tiga tahun, ayahnya meninggal dunia. Sehingga ia dan saudara-saudaranya dibesarkan oleh Ibu Wiryodiharjo. Ia adalah seorang ibu yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cermat, teguh, dan bercita-cita tinggi dalam memajukan dan mencerdaskan putra-putrinya.
Pada masa sekolah, Sukarjo menempuh pendidikannya di [[Europesche Lagere School]] (ELS) atau Sekolah Dasar zaman Hindia Belanda. Ia berangkat ke sekolah pada waktu subuh dengan naik kereta api setiap harinya, dan pulang dari sekolah ketika sudah agak sore. Pada tahun 1917, Sukarjo lulus dari ELS. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Hukum atau Rechts School di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Lima tahun kemudian setelah lulus dari Sekolah Hukum, ia mulai bekerja sebagai pegawai negeri.
Awalnya ia bekerja di Pengadilan Negeri Purwokerto. Ketika tahun 1962, Sukarjo dipindahkan ke [[Magelang]], tetapi hanya berlangsung 40 hari karena merasa tidak diperlakukan dengan adil oleh atasannya. Oleh sebab itu, Sukarjo dipindah ke [[Lumajang]].
Ketika Sukarjo berada di Lumajang, terjadilah pemberontakan PKI tahun 1926/1927. Sukarjo menjadi salah satu pemuda yang paling berani, karena ia mendatangi rumah seorang dokter bernama dr. Muhammad. Karena putra dari dr. Muhammad, Sunaryo ikut ditangkap dan dibuang ke Digul karena dianggap terlibat pemberontakan PKI. Oleh sebab itulah, banyak orang yang tidak berani mendatangi rumahnya, kecuali Sukarjo. Sukarjo mendatangi rumah dr. Muhammad bersama istrinya, Umaryani untuk berkenalan dan menenangkan dr. Muhammad yang sedang terpukul atas kejadian tersebut.
Perbuatan Sukarjo pada zaman ini dapat dikatakan membahayakan dirinya, namun ia merupakan seorang yang bijaksana. Sukarjo pun mulai tertarik pada pergerakan nasional, sehingga ia menjadi anggota dari [[Jong
== Kehidupan Politik ==
Baris 75:
=== Budi Utomo ===
Berkat keaktifannya dalam dunia hukum dan politik, Sukarjo pun tergabung dalam organisasi Budi Utomo dan dipercaya menjadi Ketua Cabang [[Malang]]. Selama bergabung dalam [[Budi Utomo]], Sukarjo berusaha keras untuk mempertebal rasa kebangsaan dan harga diri bangsa.
=== Volksraad (Dewan Rakyat) ===
Pada tahun 1937, Sukarjo diangkat menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai wakil [[Budi Utomo]]. Ia tergabung sebagai anggota Fraksi Nasional di bawah pimpinan [[Mohammad Husni Thamrin|M.H. Thamrin]] bersama [[Soeroso|R.P. Soeroso]] dan [[Oto Iskandar di Nata|Otto Iskandardinata]].
Langkah-langkah politik yang Sukarjo lakukan di dalam [[Volksraad]] antara lain adalah membela nasib pegawai rendah. Ia juga mengusulkan agar pengangkatan anggota-anggota Gemeenteraad atau Walikota bagi orang Indonesia disamakan dengan orang Belanda.
Cita-cita Sukarjo itu terlaksana ketika tahun 1937, Mr. Dr. Subroto diangkat menjadi Walikota [[Madiun]]. Pengangkatan ini menimbulkan kegaduhan di kalangan bangsa Belanda. Dua tahun kemudian Mr. Dr. Sunroto diangkat menjadi Walikota [[Bogor]], sedangkan Mr. Susanto Tirtoprojo menggantikan sebagai Walikota [[Madiun]].
Sukarjo aktif dalam pendirian dan perjuangan [[Gabungan Politik Indonesia|GAPI]] (Gabungan Politik Indonesia). Pada tahun 1939, GAPI melancarkan perjuangan dengan semboyan “Indonesia Berparlemen”. Maksudnya agar [[Volksraad]] menjadi Dewan Perwakilan Rakyat yang sebenarnya.
=== Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) ===
Sukarjo Wiryopranoto diangkat menjadi anggota [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Pada tahun 1943, ia diangkat menjadi ketua muda Jawa Shinbun Kai, yaitu perserikatan surat kabar di Jawa.
=== Agresi Militer II ===
Sebelum Agresi Militer II (Desember 1948), Sukarjo Wiryopranoto ditangkap Belanda di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] dan diusir serta dikirim ke [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], karena majalah “Mimbar Indonesia” yang dianggap berbahaya bagi politik Belanda. Sesudah majalah tersebut diizinkan terbit kembali pada bulan Februari 1949, ia kembali ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
=== Kabinet Syahrir ===
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sukarjo Wiryopranoto diangkat sebagai juru bicara negara dalam Kabinet [[Sutan Syahrir|Syahrir]].
=== Duta Besar Republik Indonesia ===
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Duta Besar RI di [[Vatikan]] dan merangkap sebagai Duta Besar Luar Biasa RI dan Berkuasa Penuh pada Pemerintah [[Italia]].
Kemudian ia ditarik kembali ke tanah air menjabat sebagai kepala Direktorat Asia-Pasifik pada Departemen Luar Negeri. Selanjutnya, ia ditugaskan menjadi Duta Besar Luar Biasa RI dan Berkuasa Penuh pada Pemerintah [[Tiongkok|Republik Rakyat Cina]] dan merangkap sebagai kepala Perwakilan Diplomatik pada Pemerintah Rakyat [[Mongolia]].
=== Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ===
Empat tahun kemudian, pada tahun 1960, Sukarjo diangkat menjadi Wakil Tetap RI di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]]. Selama menjabat di PBB, ia sibuk memperjuangkan pengembalian Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.
== Akhir Hidup ==
Ketika bangsa [[Indonesia]] berhasil memasukkan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi, Sukarjo Wiryopranoto meninggal pada tanggal 23 Oktober 1962 di [[Kota New York|New York]]. Jenazahnya dikebumikan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
== Penghargaan ==
|