Raden Santri Gresik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fatumm00 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{kembangkan}} {{noref}}Raden Santri atau Sayyid Ali Murtadlo dikenal juga sebagai Sunan Gresik adalah salah satu dari penyebar agama Islam di Jawa dan sekitarnya khususnya Gresik. Beliau merupakan putera dari [[Syekh Ibrahim As-Samarqandi bin jamaluddin Akbar Khan, serta merupakan kakak dari Raden Rachmat (Sunan Ampel) dan merupakan sepupu dari Maulana Malik Ibrahim. Raden Santri juga dikenal sebagai Sunan Gisik yang memiliki arti s...'
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
 
Syaukia~ (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{kembangkan}}
{{noref}}[['''Raden Santri]]''' atau [['''Sayyid Ali Murtadlo]]''' dikenal juga sebagai [[Sunan Gresik]] adalah salah satu dari penyebar agama Islam di Jawa dan sekitarnya, khususnya [[Gresik]]. BeliauDia merupakan puteraputra dari [[Syekh Ibrahim As-Samarqandi bin jamaluddin Akbar Khan]], serta merupakan kakak dari [[Sunan Ampel|Raden Rachmat (Sunan Ampel)]] dan merupakan sepupu dari [[Maulana Malik Ibrahim]].
 
Raden Santri juga dikenal sebagai [[Sunan Gisik]] yang memiliki arti seorang guru agama atau tokoh yang dihormati yang berada di daerah pesisir. Dalam catatan [[Cina]] kata ‘Sunan’ berasal dari dialek [[Hokkian]] yaitu ‘Su’ dan ‘Nan’, dimana ‘Su’ bermakna ‘Suhu’ atau ‘Saihu’ yang memiliki arti guru sedangkan ‘Nan’ berarti selatan. Kata ‘Gisik’ sendiri dalam bahasa [[Jawa]] memiliki arti pantai, sesuai dengan lokasi dakwah Raden Santri yang berada di daerah pesisir Gresik]]<ref>{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>.
 
Raden Santri wafat pada tahun [[1317 saka]]/[[1449 M]] 15 Muharram abad ke-8 Hijrirah, makam Beliau terletak sekitar 100 m sebelah utara alun-alun kota Gresik, tepatnya di jalan Raden Santri. Kelurahan [[Bedilan]], Gresik atau hanya berjarak 200 m seelah utara dari makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tepat di samping pusara Raden Santri terdapat pusara murid kesayangan Beliau, yaitu [[Sayyid Hasan]]. Haul Beliau sering diperingati oleh masyarakat Gresik pada setiap tanggal [[15 Muharram]] yang bertepatan juga dengan haul kakek Beliau yaitu [[Sayyid Jumadil Kubro]] di Desa [[Troloyo Trowulan Mojokerto]]<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>.
Baris 10:
Ibu Raden Santri bernama [[Dewi Candrawulan]] (Chandravati). Dewi Candrawulan merupakan putri dari [[Sultan Kuthara]] (Kerajaan Champa) yaitu [[Bong Tak Keng]] dengan [[Putri Indravarman VI]] (Putri Raja Champa). Kakek Raden Santri, Bong Tak keng berasal dari [[Suku Hui]] yang sudah beragama [[Islam]] dimana mendapat tugas untuk menjadi pemimpin di [[Komunitas Cina]] di Champa serta menjadi [[Duta Cina]] untuk Champa yang dipilih oleh [[Laksamana Cheng Ho]] [[(Sam Po Bo]] atau [[Haji Mahmud Shams)]] dari [[Dinasti Ming]]<ref>{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>.
== Penyebaran Agama Islam ==
Raden Santri menyertai ayahanda serta saudaranya datang ke [[Jawa]] untuk menyebarkan agama Islam serta berkunjung ke bibinya, yaitu [[Dewi Condro Wulan]]/[[Dwarawati]] yang mejadimenjadi istri dari [[Prabu Kertajaya]]/[[Brawijaya]]. Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gisikharjo). Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]]<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>. Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya. Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikhardjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh).
 
Satu tahun berlalu Raden Santri hendak kembali ke [[Campa]], tetapi negeri tersebut telah hancur dan dikuasai oleh [[Raja Pelbegu]] dari [[Kerajaan Koci]]. Raden Santri kemudian menerima saran dari Raja Kertajaya untuk tetap menetap di Majapahit dan tinggal di [[Gresik]]<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>. Setelah wafatnya [[Syekh Maulana Malik Ibrahim]] pada tanggal [[9 April 1419]], Raden Santri melanjutkan tugasnya yaitu sebagai penyebar [[Islam]] di [[Gresik]].<ref>{{cite web|first=DISPARBUD|last=Gresik|url=https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|title=Makam Raden Santri|date=19 Maret 2021|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
Setelah wafatnya [[Syekh Maulana Malik Ibrahim]] pada tanggal [[9 April 1419]], Raden Santri melanjutkan tugasnya yaitu sebagai penyebar [[Islam]] di [[Gresik]].<ref>{{cite web|first=DISPARBUD|last=Gresik|url=https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|title=Makam Raden Santri|date=19 Maret 2021|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
 
Raden Santri disebut sebagai [[Sunan Lembayung]] oleh masyarakat [[Madura]], karena Beliaubeliau berkeliling dakwah di daerah Madura. Sedangkan [[Nusa tenggara]] sampai dengan [[Bima]] menjuluki Raden Santri sebagai [[Raja Pandhita Bima]]. Dalam catatan sejarah Raden Santri dijelaskan menjadi penyebar agama Islam pertama di [[Nusa Tenggara Barat]] yang nantinya menjadi pondasi awal [[Kerajaan Bima]] yang berlandaskan [[Islam]] “Ahlussunah wal jamaah”. Setelah menyebarkan agama Islam di daerah Madura dan Nusa Tenggara, Raden Santri diminta untuk kembali ke Gresik untuk menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim.
 
Di Gresik sendiri Raden Santri juga diberi gelar yaitu [[Raja Pandhita Wunut]], gelar ini merupakan anugrah rahasia yang diberikan oleh [[Raja Majapahit]] untuk penguasa yang beragama [[Islam]]<ref>{{cite web|url=https://www.eastjava.com/east-java/tourism/gresik/ina/raden-santri.html|title=Makam Raden Santri|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>. Masyarakat [[Gresik]] sendiri lebih sering menyebut Beliaubeliau sebagai Raden Santri. Terdapat pula nama lain atau gelar Beliaubeliau, yaitu [[Dian Santri Ali]], [[Raden Samat]], [[Raden Atmaja]], [[Ngali Murtolo]], [[Ali Hutomo]], [[Ali Musada]], [[Sunan Lembayung Fadl]] dan [[Fadl As-Samarqandi]]<ref>{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>..
== Pernikahan ==
Raden Santri memiliki 2 istri yang pertama adalah [[Rara Siti Taltun]] dan kemudian menikah lagi dengan [[Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo]]. Raden Santri menikah dengan [[Rara Siti Taltun]] atau [[RA. Madu Retno binti Aryo Baribin]] dari pernikahan itu Raden Santri memiliki 4 orang anak. Anak Beliau bernama [[Usman Haji (Sunan Ngudung)]], [[Haji Usman]], [[Nyai Gede Tundo]] dan [[Ali Musytar]]. Anak [[pertama]] Raden Santri yaitu [[Usman Haji]] menikah dengan [[Putri Tumenggung Wilwatikta]], dari pernikahan tersebut lahirlah [[Sunan Kudus]] (Amir Haji atau Dja’far Sodiq) dan anak perempuan yang diberi nama [[Dewi Sujinah]]. Haji Usman menikah dengan [[Siti Syari’at]] dan memiliki anak yang bernama [[Amir Hasan]] (Sunan Manyuran). Anak perempuan Raden Santri menikah dengan [[Kholifah Husain]] (Sunan Kertoyoso) dan memili anak yaitu [[Kholifah Suhuroh]]<ref>{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>..
 
 
 
 
 
<br />
 
[[Kategori:Tokoh menurut abad dan kewarganegaraan]]
Raden Santri memiliki 2dua istri, yang pertama adalah [[Rara Siti Taltun]] dan kemudian menikah lagi dengan [[Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo]]. Raden Santri menikah dengan [[Rara Siti Taltun]] atau [[RA. Madu Retno binti Aryo Baribin]] dari pernikahan itu Raden Santri memiliki 4 orang anak. Anak Beliau bernama [[Usman Haji (Sunan Ngudung)]], [[Haji Usman]], [[Nyai Gede Tundo]] dan [[Ali Musytar]]. Anak [[pertama]] Raden Santri yaitu [[Usman Haji]] menikah dengan [[Putri Tumenggung Wilwatikta]], dari pernikahan tersebut lahirlah [[Sunan Kudus]] (Amir Haji atau Dja’far Sodiq) dan anak perempuan yang diberi nama [[Dewi Sujinah]]. Haji Usman menikah dengan [[Siti Syari’at]] dan memiliki anak yang bernama [[Amir Hasan]] (Sunan Manyuran). Anak perempuan Raden Santri menikah dengan [[Kholifah Husain]] (Sunan Kertoyoso) dan memili anak yaitu [[Kholifah Suhuroh]]<ref>{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>..
 
 
 
 
 
== Referensi ==