Mahrus Amin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
sunting sumber kutipan
menambahkan kisah mengembangkan darunnajah
Baris 102:
Sementara itu tanah di Ulujami hingga tahun 1972, tak kunjung terjual. Maka di tahun ini pula, rencana pembangunan Ponpes Darunnajah Petukangan diurungkan, dan ikhtiar mendirikan Ponpes di Ulujami kembali digiatkan. Di masa mendatang, perkembangan Darunnajah Ulujami memberi dampak positif bagi perkembangan Madrasah Darunnajah Petukangan. Layaknya saudara kandung, Darunnajah Petukangan semakin populer di masyarakat berkat kurikulumnya yang memadukan pengetahuan agama dan umum.  Pada perkembangannya, di tahun 2005, Madrasah Darunnajah Petukangan berganti nama menjadi '''Madrasah Annajah'''.   
 
== Merintis Hadirnya Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami '''     ''' ==
Berbekal restu dari H. Abdul Manaf yang di tahun 1972, telah menjadi mertuanya, Mahrus mulai menyeriusi ikhtiarnya membangun Ponpes di Ulujami. Di awal ikhtiar ini berkendala, karena masyarakat Petukangan tidak ingin wilayahnya kehilangan kesempatan untuk memiliki Ponpes. Namun selepas musyawarah guru di Cibodas, Mahrus bersama istri secara diam-diam mulai menetap di perkebunan Ulujami untuk memulai pembangunan Ponpes Darunnajah Ulujami.
 
Baris 115:
Di tahun 1978, Mahrus dibantu Agus Cik (Staf Ketua Dewan Dakwah Islamiyah H. Mohammad Natsir) mengirimkan proposal pembangunan 2 gedung asrama putra ke pemerintah arab Saudi di Jakarta, '''Syeikh Abu Bakar Khumaish.''' Proposal itu disetujui dengan komitmen bantuan dana sebesar USD 100.000 (Rp. 100.000.000) pada tahun 1979.
 
== Berjuang Meraih Dukungan Masyarakat ==
Awal pendirian Ponpes Darunnajah, berbagai rintangan tidaklah terelakkan. Salahsatunya dari masyarakat sekitar yang melihat kehadiran Ponpes sebagai ancaman. Mereka kuatir Mahrus yang bukan berasal dari masyarakat setempat, membawa ajaran Islam dan kultur yang berbeda dengan yang mereka jalani. Menghadapi hal ini, Mahrus memunculkan ide cemerlang untuk merangkul masyarakat dengan membentuk koperasi serba usaha yang mengakomodir kebutuhan ''home industry'' masyarakat perajin peci/songkok.<ref>{{Cite book|last=Lutfi, MM.|first=Muhaemin, KH., Drs., Ustadz|date=2010|title=Sosok Manusia Unik, Antik dan Menarik dalam "Kyai Entrepreneur: 70 Tahun KH. Mahrus Amin"|location=Jakarta|publisher=Panitia Tasyakuran 70 Tahun KH. Mahrus Amin|pages=285+xvii|url-status=live}}</ref>  
 
Baris 125:
 
Mahrus memberi materi Al-Qur’an dan terjemahannya serta membahas kitab ''Riyadusshalihiin'' dan ''Durratunnasihiin.'' Majelis Taklim ini berjalan hingga kini, setiap tahunnya menyalurkan zakat fitrah dan melakukan distribusi daging kurban dari Darunnajah ke masyarakat sekitar.  Dengan izin Allah, upaya-upaya yang dilakukan mampu merebut hati masyarakat. Mereka mendukung kehadiran Darunnajah. Bahkan mereka mengapresiasi segenap upaya yang dilakukan Mahrus dan segenap pengelola Ponpes. Hal ini ditujukan dengan semakin banyaknya anak-anak dari masyarakat sekitar yang bersekolah di Ponpes.
 
Berbekal kepercayaan di masyarakat, di tahun 1978, Darunnajah memperkaya jenjang pendidikan yang dimilikinya dengan membuka TKI (Taman Kanak-Kanak Islam). Pendirian TKI dimaksudkan untuk menyediakan pendidikan usia dini bagi anak-anak guru di kalangan keluarga Ponpes dan masyarakat Ulujami sekitarnya. Saat itu keberadaan TK masih jarang sehingga masyarakat mendapat kemudahan akses terhadap PAUD dengan kehadiran TKI Darunnajah. Besarnya kepercayaan masyarakat terhadap Darunnajah, sejak berdiri sampai kini, TKI Darunnajah selalu diminati. Pada perkembangannya TKI ini juga menjadi wadah bagi alumni untuk praktek mengajar.
 
== Mengembangkan Darunnajah ==
Tahun 1986 atau 12 tahun setelah Darunnajah berdiri, Mahrus melihat Ponpes sudah siap untuk meluaskan perannnya. Ibarat pohon pisang, agar manfaatnya dirasakan banyak orang, perlu dipisahkan dan ditanamkan di tempat lain sehingga tumbuh menjadi pohon-pohon pisang baru. Kiprah Darunnajah juga demikian, perlu dikembangkan dengan mendirikan pesantren-pesantren cabang dan filial (binaan).
 
Langkah pertama yang diambil Mahrus adalah mendirikan perguruan tinggi agama Islam. Lembaga ini ditujukan untuk menyempurnakan kapasitas Darunnajah menyiapkan ulama dan kiai yang akan berkiprah di pesantren-pesantren cabang dan filial. Lembaga tersebut kemudian hadir dengan nama '''IAID''' (Institut Agama Islam Darunnajah).
 
Di kemudian hari berubah menjadi '''STISDA''' (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darunnajah) dan kini menjadi '''STAIDA''' (Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah) dengan program studi S1 tarbiyah dan syariah, juga PGSD/MI (Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyyah) dan PGTK/RA (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal).
 
Di tahun yang sama, Darunnajah juga mulai membuka cabang. Cabang pertama berlokasi di Cipining, Bogor. Hanya selang 2 tahun dari pembelian tanah seluas 70 hektar di lokasi tersebut, yaitu tahun 1988, berdiri Ponpes Darunnajah Cipining, atau biasa disebut Darunnajah Cipining. Selang tiga tahun kemudian, pada 1991, Darunnajah III dibuka. Berlokasi di Pabuaran, Serang, Banten, Darunnajah III diberi nama Ponpes Al-Mansur yang merupakan gabungan nama '''KH. Abdul Manaf''' dan '''Ibunda Hj. Surayah Manaf''' istri KH. Abdul Manaf. Ponpes ini dibangun untuk mengenang perjuangan KH. Abdul Manaf saat mengusir penjajah Belanda sekaligus mengenang desa tempat Ibunda Surayah berasal.
 
==Riwayat Pendidikan==