Mahrus Amin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan informasi di Mengembangkan Darunnajah
menambah informasi pada mengembangkan darunnajah
Baris 131:
Tahun 1986 atau 12 tahun setelah Darunnajah berdiri, Mahrus melihat Ponpes sudah siap untuk meluaskan perannnya. Ibarat pohon pisang, agar manfaatnya dirasakan banyak orang, perlu dipisahkan dan ditanamkan di tempat lain sehingga tumbuh menjadi pohon-pohon pisang baru. Kiprah Darunnajah juga demikian, perlu dikembangkan dengan mendirikan pesantren-pesantren cabang dan filial (binaan).
 
Langkah pertama yang diambil Mahrus adalah mendirikan perguruan tinggi agama Islam. Lembaga ini ditujukan untuk menyempurnakan kapasitas Darunnajah menyiapkan ulama dan kiai yang akan berkiprah di pesantren-pesantren cabang dan filial. Lembaga tersebut kemudian hadir dengan nama '''IAID''' (Institut Agama Islam Darunnajah).
 
Di kemudian hari berubah menjadi '''STISDA''' (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darunnajah) dan kini menjadi '''STAIDA''' (Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah) dengan program studi S1 tarbiyah dan syariah, juga PGSD/MI (Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyyah) dan PGTK/RA (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal).
 
Langkah berikutnya yang diambil mulai mengembangkan diri dengan membuka cabang dan binaan, baik dengan membeli tanah dan mewakafkannya secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak lain. Khusus yang bekerjasama dengan pihak lain, bila model pengasuhan dan kurikulum serta manajemen diserahkan pengelolaannya ke Yayasan Darunnajah maka dikelompokkan ke dalam Ponpes cabang. Sementara bila hanya menyerahkan model pengasuhan dan kurikulum untuk dikelola ke Yayasan Darunnajah maka dikategorikan sebagai Ponpes filial.
Di tahun yang sama, Darunnajah juga mulai membuka cabang. Cabang pertama berlokasi di Cipining, Bogor. Hanya selang 2 tahun dari pembelian tanah seluas 70 hektar di lokasi tersebut, yaitu tahun 1988, berdiri Ponpes Darunnajah Cipining, atau biasa disebut Darunnajah II. Selang tiga tahun kemudian, pada 1991, Darunnajah III dibuka. Berlokasi di Pabuaran, Serang, Banten, Darunnajah III diberi nama Ponpes Al-Mansur yang merupakan gabungan nama pasutri '''KH. Abdul Manaf''' dan '''Ibunda Hj. Surayah Manaf'''. Ponpes ini dibangun untuk mengenang perjuangan KH. Abdul Manaf saat mengusir penjajah Belanda sekaligus mengenang desa tempat Ibunda Surayah berasal.
 
Pengembangan ini diawali dengan '''Ponpes Darul Muttaqien''' di Jabon Mekar, Parung, Bogor. Ponpes ini berdiri pada 8 Agustus 1986 di atas tanah wakaf dari '''H. Muhammad Nahar''', wartawan senior Antara. Pada mulanya, Ponpes ini diharapkan dipimpin oleh Z. Muttaqien, namun karena beberapa kendala, pada akhirnya pembangunan Ponpes diserahkan ke Darunnajah. Oleh Mahrus, Ponpes ini diberi nama Darul  Muttaqien.
 
Masih di tahun yang sama, KH. Abdul Manaf membeli tanah seluas 70 hektar untuk membuka cabang pertama Darunnajah yang berlokasi di Cipining, Bogor. Hanya selang 2 tahun dari pembelian tanah, yaitu tahun 1988, '''Ponpes Darunnajah Cipining,''' atau biasa disebut '''Darunnajah II''' hadir sebagai Ponpes cabang Darunnajah.     
 
Tahun 1989, '''KH. Abdul Manaf''' bersama dua sahabatnya, '''KH. Sadeli''' dan '''H. Hadidi,''' membangun '''Ponpes Al-Hidayah''' di Ciomas, Serang. Dipimpin oleh KH. Sadeli, Ponpes ini menggunakan model pengasuhan dan kurikulum Ponpes Darunnajah. Masih di tahun yang sama, '''Ponpes Annajah''' di Desa Kertasari, Kecamatan Pebayuran, Bekasi berdiri di atas tanah wakaf seluas 9 hektar dari '''H. Muhammad Yasin.''' Ponpes ini merupakan Ponpes pertama yang menerima limpahan santri sebanyak 150 orang yang tidak tertampung di Darunnajah Ulujami pada 1 Agustus 1989. ''' '''  
 
Pengembangan Ponpes cabang juga dilakukan hingga ke luar Pulau Jawa. Tahun 1989, Mahrus diundang keluarga pengusaha Dr. Th. M. Gobel, pendiri PT. Panasonic Gobel yangmewakafkan tanahnya seluar 9 hektar di daerah kelahirannya, Gorontalo. Ponpes yang Bernama Hubulo ini sejak awal pendiriannya, telah mengasuh 20 santri yatim. Ponpes ini merupakan Ponpes binaan Darunnajah. Setahun setelah berdiri, Darunnajah mulai mengirimkan guru-guru untuk mengajar di sana.
 
Di tahun yang sama, Darunnajah juga mulai membuka cabang. Cabang pertama berlokasi di Cipining, Bogor. Hanya selang 2 tahun dari pembelian tanah seluas 70 hektar di lokasi tersebut, yaitu tahun 1988, berdiri Ponpes Darunnajah Cipining, atau biasa disebut Darunnajah II. Selang tigadua tahun kemudian, pada 1991, '''Darunnajah III''' dibuka. Berlokasi di Pabuaran, Serang, Banten, Darunnajah III diberi nama '''Ponpes Al-Mansur''' yang merupakan gabungan nama pasutri '''KH. Abdul Manaf''' dan '''Ibunda Hj. Surayah Manaf'''. Ponpes ini dibangun untuk mengenang perjuangan KH. Abdul Manaf saat mengusir penjajah Belanda sekaligus mengenang desa tempat Ibunda Surayah berasal.
 
Ingin mengikuti jejak KH. Abdul Manaf, Mahrus juga membangun Ponpes di daerah asalnya, Kalimukti, Ciledug, Cirebon. Bernama '''Madinatunnajah''', Ponpes ini merupakan Ponpes binaan Darunnajah. Semula Ponpes ini hanya berukuran 300 meter persegi, namun seiring waktu, luasnya menjadi 2 hektar. Ponpes ini menampung santri cilik dari anak-anak yatim.
 
 
 
 
 
 
 
==Riwayat Pendidikan==